Clarisa hanya bisa menyesal setelah diceraikan oleh Arga, suaminya yang dua tahun ini menikahinya karena sebuah perjodohan.
Arga yang sudah berusaha mencintai Risa sepenuh hati sudah tidak tahan dengan sikap Risa yang susah di atur, keras kepala, kekanakan dan suka menghamburkan uang. Bahkan Risa masih sering pergi bersama teman-temannya ke club malam untuk berpesta.
Tapi setelah resmi bercerai, Risa baru tau kalau dia sedang mengandung anak dari Arga. Penyesalan tinggallah penyesalan saat Risa mengetahui Arga sudah menikah lagi dengan mantan pacarnya setelah menceraikan Risa.
"Mama, apa Papa nggak sayang sama Tiara? Kok Papa nggak pernah pulang?"
"Bukannya tidak sayang sama kamu Tiara. Tapi Papa sudah bahagia dengan keluarganya!" Risa hanya bisa menjawab pertanyaan anaknya di dalam hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan tinggalkan Ara dan Mama lagi!
Pagi harinya, Risa benar-benar terkejut saat perawat datang dan ingin memindahkan Ara begitu saja.
"Sebenarnya anak saya mau di pindah ke mana SuS?" Rissa masih mencoba menghalangi mereka membawa Ara.
"Ke ruang VVIP Bu, semuanya sudah diurus untuk pemindahan pasien!"
"Diurus? Siapa yang mengurus Sus?"
"Aku!" Arga ikut muncul di sana.
"Enggak! Biar anak saya tetap di sini Suster!" Risa langsung menolaknya begitu tau jika Arga yang ingin memindahkan Ara ke ruangan yang mahal dan mewah itu.
"Risa, biar Ara di pindahkan dulu. Di sana akan lebih nyaman untuk Ara. Kamu juga bisa istirahat dengan nyaman!" Pinta Arga dengan memohon.
"Maaf Mas, tapi biar kami di sini saja. Ini sudah cukup nyaman di ruangan ini!" Tolak Risa dengan keras kepala.
Arga mendekat pada Risa, dia tak enak dengan pasien lain yang ada di ruangan itu. Apalagi semenjak Arga datang pasien itu terus menangis dan merengek pada Ibunya.
"Risa, coba pikirkan tentang Ara. Apa dia bisa beristirahat dengan tenang kalau satu ruangan dengan pasien lain yang terus menangis seperti itu. Aku mohon Risa!"
Risa menatap ke arah Ara yang tampak gelisah, tadi Ara juga sempat mengeluh pusing karena mendengar suara tangisan dari sebelah.
"Baiklah" Dengan berat hati Risa membiarkan Arga memindahkan Ara saat ini.
Risa tampak tertegun melihat ruangan baru Ara sekarang. Jika dia sendiri yang membayar ruangan itu, pasti dia sangat-sangat tidak mampu.
Risa baru ingat kalau Arga pemilik perusahaan yang begitu besar, pastinya kalau hanya membayar biaya rawat inap di ruangan mewah seperti itu adalah hal yang kecil.
Wanita yang tampak begitu cantik dengan wajah polos tanpa make up itu melihat Arga yang sudah duduk di dekat Ara. Sampai sekarang, Risa tidak tau kenapa dulu Arga menyembunyikan tentang Arga sebagai seorang CEO dari Risa.
"Mungkin aku ini tidak penting bagi Mas Arga, makanya dia begitu tertutup"
"Kapan jadwal Ara kemoterapi lagi?" Suara Arga membuyarkan lamunan Risa.
Dia buru-buru memalingkan wajahnya dari Arga. Dia merasa malu karena ketahuan menatap mantan suaminya itu.
"Nanti Mas" Jawab Risa.
Dia lebih memilih merapikan barang-barang milik Ara untuk mengindari Arga.
"Nanti Papa temani Ara kemoterapi ya?" Bujuk Arga pada putrinya yang masih terus mendiamkannya.
Meski saat ini Ara hanya diam, tapi Arga senang Ara tidak menolak kehadirannya di sana. Arga berjanji, dia akan mengganti waktu yang pernah terlewatkan selama enam tahun ini untuk Ara dan Risa.
Entah bagaimana caranya, sekarang dia akan menahan kedua wanita itu disisinya. Arga tidak akan pernah melepaskannya lagi.
Arga kembali melirik wanita yang masih sibuk merapikan barang-barang milik Ara. Tampaknya dia harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan hari Risa.
"Apa sampai sekarang kamu tidak pernah ada sedikitpun rasa cinta untukku Sa?" Arga merasa miris dengan dirinya sendiri. Dia mencintai wanita yang usianya terpaut hampir sepuluh tahun darinya, tapi dia sama sekali tak bisa mendapatkan hatinya.
"Mungkin karena itu juga, kamu akhirnya memilih menyembunyikan Ara dariku. Kamu tidak mau terikat dengan ku, laki-laki yang tidak pernah kamu cintai"
"Mama haus"
Suara Ara membuat lamunan Arga buyar. Dengan sigap dia meraih air mineral untuk Ara.
"Ayo bangun sayang, Papa bantu!" Arga membantu Ara untuk bangun tanpa adanya penolakan. Dia juga membantu Ara minum dengan telaten.
Risa yang membiarkan Arga melakukan itu, hanya terdiam meski dalam hatinya merasa haru karena akhirnya Ara bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah seperti yang Ara harapkan selama ini.
"Tapi, apa ini akan bertahan lama? Bagaimana jika Ara tau, kalau Papa yang selama ini ia nantikan bukan cuma miliknya seorang?" Risa buru-buru memalingkan wajahnya, dia tidak bisa menahan air matanya kalau menyangkut Ara.
"Ara mau apa lagi? Atau mau makan apa, biar Papa belikan ya?"
Ara hanya menggeleng sambil memainkan Molla.
"Terus mau apa?"
"Ara nggak mau apa-apa, Ara cuma..." Ara tampak menghentikan ucapannya, dia menatap Arga dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Cuma apa sayang, bilang sama Papa. Hmm?" Arga menggenggam tangan putrinya.
"Ara cuma mau Papa di sini, jangan pergi lagi. Papa jangan tinggalin Ara dan Mama lagi! Hiks..hiks..."
Betapa sakitnya hati Arga mendengar permintaan putrinya yang amat sangat sederhana namun dari dulu tidak pernah bisa ia lakukan.
Di bawanya tubuh mungil Ara ke dalam dekapannya. Akhirnya dia bisa memeluk Ara, menyalurkan segala perasaannya yang beberapa hari ini ia rasakan. Rindu, rasa bersalah, juga kasih sayangnya pada Ara.
"Papa nggak akan pergi lagi, Papa janji sama Ara. Papa nggak akan pernah ninggalin Ara dan Mama lagi. Papa minta maaf!" Arga pun tak kuasa menahan tangisnya. Dia menangis sambil memeluk putrinya dengan erat.
Sementara Risa yang mendengar semuanya, masih tetap sibuk dengan baju-baju Ara meski saat ini wajahnya juga sudah basah dengan air mata.
Rasanya ingin membantah apa yang Arga katakan. Risa tidak ingin Arga menjanjikan sesuatu pada Ara namun tak bisa Arga tepati.
Bagaimana mungkin Arga tidak akan meninggalkan Ara dan juga dirinya sementara Arga sendiri sudah punya keluarga sendiri.
Tapi tidak mungkin jika Risa langsung membantahnya di depan Ara sedangkan gadis kecilnya itu sedang bahagia karena kehadiran Papanya saat ini.
Brak...
Risa dan juga Arga terkejut dengan kehadiran seseorang yang tiba-tiba saja membuka pintu ruangan itu dengan keras.
"Oh jadi ini tujuan kamu sebenarnya??!!"