NovelToon NovelToon
Istri Ku Penghianat

Istri Ku Penghianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dendam Kesumat
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

**"Siapa sangka perempuan yang begitu anggun, patuh, dan manis di depan Arga, sang suami, ternyata menyimpan sisi gelap yang tak pernah ia duga. Di balik senyumnya yang lembut, istrinya adalah sosok yang liar, licik, dan manipulatif. Arga, yang begitu percaya dan mencintainya, perlahan mulai membuka tabir rahasia sang istri.
Akankah Arga bertahan ketika semua topeng itu jatuh? Ataukah ia akan menghancurkan rumah tangganya sendiri demi mencari kebenaran?"**

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

perasaan berbeda

Setelah beberapa jam berlalu, Mentari akhirnya memutuskan untuk mengakhiri pertemuannya dengan Reza. Dengan langkah lunglai, ia berjalan menghampiri Arga dan Rian yang sudah menunggunya di kejauhan. Ekspresinya tampak lelah, namun ada sesuatu yang berbeda di matanya.

"Cape ya?" tanya Rian dengan nada ringan, memandang mentari yang terlihat kelelahan. Mentari hanya mengangguk pelan, menyerahkan diri pada kelelahan yang menyertainya.

"Capek, Pak. Pura-pura itu ternyata menguras tenaga," jawab Mentari dengan suara lelah, namun masih mencoba mempertahankan senyum di wajahnya.

Arga yang mendengarnya, memandang dengan tatapan penuh perasaan campur aduk. Sesuatu yang ia rasakan saat melihat mereka begitu akrab—Rian yang berbicara dengan begitu santai, bahkan dengan gaya bicara yang jauh berbeda saat ia berbicara dengan Arga, membuatnya merasa cemburu.

Mengapa mentari merasa begitu nyaman dan bebas dengan Rian, sementara dia selalu merasa seperti tertekan? Arga tak bisa mengerti. Selama ini, dia memperlakukan Mentari dengan cukup baik, namun kenapa dia merasa ada jarak yang jauh antara mereka berdua? Mungkin, di balik sikap Mentari yang tampak polos dan lugu, ada ketegangan yang tak bisa diungkapkan.

Pikiran Arga semakin rumit, namun ia berusaha menyembunyikan perasaan tersebut di balik senyum tipisnya, mencoba untuk tetap mengontrol situasi.

Mereka bertiga pulang dengan hati yang lega, membawa bukti-bukti yang cukup untuk melangkah ke tahap berikutnya. Arga sudah merasa cukup puas dengan hasil dari rekaman, foto, dan rekaman CCTV yang mereka ambil, tapi dia tahu masih ada satu langkah lagi yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah ini.

"Bagaimana selanjutnya?" tanya Rian, memandang bosnya dengan serius, menunggu instruksi lebih lanjut.

"Sepertinya sudah cukup," jawab Arga, suaranya tegas namun penuh perhitungan. "Aku akan mengusir Alya dari rumah, tapi sebentar...," katanya, lalu menatap Mentari dengan pandangan serius, "Jika kamu melihat Alya membawa Reza ke rumah, cepat telepon aku. Aku akan segera muncul dan membongkar semuanya."

Mentari tersenyum tipis, mengangguk dengan penuh keyakinan. "Baik, Pak," jawabnya dengan suara lembut, senyum mengembang di wajahnya, seolah-olah dia sudah siap menjalankan perintah tersebut.

Arga mengamati Mentari sejenak. Walaupun situasi mereka rumit, dia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam diri Mentari—sesuatu yang membuatnya merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan ini. Namun, di sisi lain, ada rasa cemas yang mulai tumbuh dalam dirinya. Perasaan ini bisa jadi jauh lebih rumit daripada yang dia kira.

Setelah sampai di rumah, suasana terlihat normal, tidak ada yang berubah. Alya belum pulang, dan Arga menghembuskan napas lega, merasa sedikit lebih tenang. Sementara itu, Mentari cepat-cepat berlari ke arah kamarnya untuk membersihkan makeup dan merawat dirinya. Baginya, berdandan adalah hal yang jarang dilakukan, dan tentu saja, itu membuatnya merasa lelah.

Rian duduk di sofa empuk milik Arga, menunggu sambil mengamati sekeliling. Arga kemudian menyusulnya dan duduk di sampingnya.

"Arga, gue prihatin dengan pengkhianatan istri lu," kata Rian dengan suara pelan, berusaha menenangkan teman baiknya. "Semangat ya, banyak kok wanita tulus di luar sana."

Arga hanya tersenyum sambil mendengarkan, namun di matanya, ada sedikit amarah yang masih membara. "Tapi kalo Mentari bisa jadi, gue...," katanya sambil menggoda, melemparkan tatapan nakal ke arah Rian.

"Jangan dong, ga, dia punya gue," jawab Rian dengan cepat, mencoba melucu. Namun Arga tak berhenti, ia menggoda lagi.

"Kalo dia suka gue, gimana?" tanya Arga dengan senyum mengejek.

Rian tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "Ya, gue kalah dong. Gak mungkin kan gue memaksa hati seseorang," jawabnya dengan nada putus asa, tapi masih dengan tawa.

Arga tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh Rian. Kebersamaan mereka memang tak ternilai, penuh dengan candaan dan kepercayaan. Mereka sudah bersahabat sejak SMP, dan tak ada ruang untuk pengkhianatan antara mereka. Saling percaya, bahkan dalam situasi yang paling rumit sekalipun.

Sore itu, Rian sudah pulang ke kos-nya setelah menghabiskan waktu bersama Arga. Meski Arga pernah menawarkan Rian untuk tinggal bersama di rumahnya, Rian menolaknya dengan halus, merasa cukup dengan kebaikan yang sudah diberikan Arga selama ini. Sebagai teman lama, ia menghargai segala perhatian yang telah diberikan.

Sementara itu, Alya baru pulang dengan tubuh yang segar dan tampak baru saja dimanjakan di salon. Dia tersenyum manis dan terlihat bersemangat. Sesampainya di rumah, dia mencari-cari suaminya, namun tidak menemukan Arga di dalam. Dengan langkah ringan, Alya berjalan menuju taman belakang, tempat yang biasa Arga habiskan waktu untuk menenangkan pikirannya.

Ternyata, di sana Arga tengah duduk dengan tatapan kosong, memandangi pemandangan yang ada. Alya mendekatinya dengan senyum manis, lalu dengan lembut berkata, "Mas, aku pulang," sambil melangkah mendekat.

Arga menoleh ke arah Alya, hanya memberikan senyum tipis yang sulit dibaca. Meskipun Alya berusaha menunjukkan sikap manis, Arga merasa ada yang aneh dalam sikapnya. Namun, dia hanya diam, tidak berkata apa-apa, membiarkan suasana menjadi hening sejenak.

Alya tertegun, perasaan bingung dan kesal bercampur aduk dalam hatinya. Sudah hampir satu bulan, Arga mendiamkan dirinya seperti ini. Setiap kali mereka bertemu, suasana terasa tegang, dan Arga lebih memilih untuk diam ketimbang berbicara dengannya seperti dulu. Alya tahu, ada sesuatu yang tidak beres, meskipun Arga selalu tampak tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda ketegangan di wajahnya.

"Mas, kenapa sih?" tanyanya dengan suara lembut, mencoba membuka percakapan. "Kenapa kita jadi seperti ini? Aku nggak tahu apa yang terjadi, tapi aku merasa ada yang berubah antara kita."

Arga menatapnya sejenak, matanya tajam, seolah-olah menilai setiap kata yang keluar dari bibir Alya. Namun, dia hanya menarik napas panjang dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Tak ada yang perlu dijelaskan," jawabnya datar, tanpa emosi. "Alya, semuanya sudah jelas."

Alya merasa semakin terpojok. Meskipun dia mencoba untuk mendekati suaminya, ada sesuatu yang menghalangi, sesuatu yang tak bisa ia pahami. Ia tahu bahwa ada lebih banyak yang disembunyikan, dan perasaan itu membuatnya semakin cemas.

1
Talnis Marsy
/Good/
Irma
semangat Thor semangat
Irma
udah di kasih suami pengertian nggak kasar mapan pula masih saja kau selingkuh manusia sekarang kurang bersyukur banget

semangat Thor
ayusw: terimakasih sudah mampir,terus ikuti ceritanya ya kak like dan komen biar aouthor semangat buat update nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!