Perasaan Bisma yang begitu besar kepada Karenina seketika berubah menjadi benci saat Karenina tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Akankan Bisma dan Karenina bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 Rencana Pernikahan
Setelah selesai urusan di kantor polisi, Bisma pun segera pergi ke klinik untuk menemani Nina. Sedangkan Venna memilih pulang untuk membersihkan rumahnya yang berantakan dibantu oleh Rani. "Bagaimana keadaan Nina?" tanya Bisma yang baru saja sampai di klinik.
"Nina baik-baik saja, sekarang juga sudah boleh pulang kok," sahut Nino.
Bisma pun memapah Nina, mereka bertiga pulang ke rumah Nina.
Malam pun tiba...
Nina dan Nino sedang menonton TV bersama, Venna menghampiri keduanya sembari membawa sesuatu di tangannya. "Nina, ini Mama punya sedikit simpanan perhiasan, kamu jual saja untuk modal usaha kamu lagi," ucap Mama Venna.
"Tidak Ma, Mama simpan saja tidak usah mengkhawatirkan Nina nanti biar Nina cari solusinya," sahut Nina sedih.
"Pakai saja ini, jangan pikirkan Mama. Kamu itu tidak boleh kerja capek ingat apa yang dikatakan Dr.Ami," ucap Mama Venna kembali.
"Tapi Ma, ini tabungan Mama selama ini. Mama sudah mengumpulkannya susah payah masa sekarang Nina dengan enaknya menjual perhiasan Mama," tolak Nina.
"Tidak apa-apa, Mama ikhlas dan ridho karena Mama yakin jika Allah berkehendak, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik," sahut Mama Venna dengan senyumannya.
Nina terdiam, dia sangat bingung. Di satu sisi dia membutuhkan modal kembali tapi di sisi lain, Nina tidak mau menjual perhiasan milik Mamanya itu. Nina menepuk pundak Nina membuat Nina tersentak kaget.
"Pakai saja, nanti biar kakak yang mengganti perhiasan Mama," ucap Nino.
Nina meneteskan air matanya, dia pun segera memeluk Mamanya. "Terima kasih Ma, maafkan Nina karena selama ini Nina hanya bisa menyusahkan Mama saja," ucap Nina.
"Tidak sayang, kamu jangan bicara seperti itu. Mama do'akan, semoga kamu bahagia dan usaha kamu berjalan dengan lancar tanpa ada orang yang sirik lagi." Venna mengusap kepala Nina dengan penuh kasih sayang.
"Amiin, terima kasih Ma," lirih Nina.
***
Nina terpaksa harus menjual perhiasan milik Mamanya. Setelah dijual, Nina menggenggam erat uang hasil penjualan itu. "Ya, Allah permudahlah usaha Hamba dan biarkan Hamba bisa membahagiakan orang-orang disekitar Hamba sebelum Engkau memanggilku suatu saat nanti," do'a Nina.
Hari ini Nina dan Bisma mulai memproduksi roti lagi, mereka bertekad semoga usaha mereka berjalan dengan lancar dan tidak akan ada yang mengganggu lagi. Kali ini mereka menyewa sebuah ruko kecil untuk mereka berjualan. "Semoga di tempat ini usaha kita semakin sukses," ucap Bisma.
Keduanya mulai dagang di ruko yang baru saja mereka sewa. Pembeli mulai berdatangan, ternyata yang sudah tahu dengan roti buatan Nina membuat mereka ketagihan. Pembeli pun semakin banyak dan membuat Nina serta Bisma sangat bersyukur.
"Akhirnya wanita itu tidak bisa jualan lagi," batin Nadira dengan senyumannya.
Pagi ini Nadira datang ke tempat tinggal Nina hanya ingin memastikan jika usaha Nina dan Bisma sudah bangkrut. Terlihat Nina sudah tidak berjualan lagi di depan rumahnya. Nadira tidak tahu jika Nina dan Bisma saat ini jualan di ruko tidak di depan rumah lagi.
***
Satu minggu pun berlalu, usaha Nina dan Bisma semakin maju pesat. Banyak pembeli berdatangan dan mengantri hanya untuk membeli roti yang saat ini sedang viral. Kali ini Nina dan Bisma dibantu oleh Gisel, Hilmi, dan juga Rendra kebetulan hari ini adalah hati sabtu mereka libur kerja.
"Gila, yang beli tidak henti-hentinya dari tadi," ucap Gisel.
"Alhamdulillah, Sel. Itu yang aku harapkan," sahut Nina dengan senyumannya.
Menjelang tengah siang, roti buatan Nina sudah habis terjual dan Nina pun menutup rukonya. Bisma membeli minuman dingin untuk semuanya dan mereka beristirahat sebentar di dalam ruko. "Alhamdulillah, untuk pertama kalinya roti kita habis, Bisma," ucap Nina bahagia.
"Alhamdulillah, semoga setiap hari terus seperti ini," sahut Bisma.
"Sepertinya tidak lama lagi kamu bakalan jadi bos roti, Nin," puji Hilmi.
"Amiin, semoga saja," sahut Nina bahagia.
"Tapi kamu tetap harus jaga kesehatan, Nin. Aku lihat sekarang tubuh kamu kaya kurusan," ucap Rendra.
Bisma langsung melihat ke arah Nina. Benar saja, tubuh Nina memang sedikit kurus dan sangat disayangkan Bisma tidak menyadarinya justru Rendra yang menyadari terlebih dahulu. Nina tersenyum ke arah Rendra dengan senyuman yang terlihat bahagia.
"Aku baik-baik saja kok Ren, jadi kamu tidak usah khawatir," sahut Nina dengan senyumannya.
Setelah beres-beres di ruko, Rendra dan yang lainnya pun pamit pulang. Bisma dan Nina pulang dengan menaiki motor Bisma. "Besok kita libur jualan dulu ya," ucap Bisma di sela-sela perjalanan mereka.
"Lah, kok libur? besok hari minggu Bisma, pasti yang beli banyak," protes Nina.
"Pokoknya kita libur dulu, dan jangan lupa besok kamu dandan yang cantik ya," seru Bisma dengan senyumannya.
"Memangnya kamu mau ngajak aku ke mana? aku lagi senang jualan Bisma, jangan ajak aku jalan-jalan dulu," rengek Nina.
"Kamu tanya saja sama Tante Venna, dia tahu kok besok bakalan ada apaan," sahut Bisma.
"Ih, kok tanya sama Mama? berarti kalian sudah merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuan aku dong," kesal Nina.
Bisma terkekeh dan tidak mau menjawab pertanyaan Nina membuat Nina semakin kesal dan penasaran. Sampai di depan rumah Nina, Bisma pun pamit untuk pertama kalinya membuat Nina lagi-lagi bingung karena biasanya Bisma akan mampir terlebih dahulu. Nina segera masuk dan mencari keberadaan Mamanya.
"Ma, Mama!" panggil Nina.
"Mama di dapur sayang," sahut Mama Venna.
Nina segera ke dapur, dan lagi-lagi Nina terkejut karena Mamanya sedang membuat makanan begitu banyak. "Ma, ada apa ini? memangnya bakalan ada acara? kok buat makanan banyak banget," tanya Nina.
"Iya, besok 'kan acara kamu dan Bisma," sahut Mama Venna dengan senyumannya.
"Acara Nina dan Bisma? ada apa sih sebenarnya, kok Nina gak dikasih tahu sebelumnya?" seru Nina bingung.
Venna menghentikan kegiatannya dan menghampiri Nina lalu menggenggam kedua tangan Nina. "Nina sayang, besok Bisma dan Mamanya akan datang ke sini," sahut Mama Venna.
"Mau ngapain?" tanya Nina.
"Bisma ingin menikahi kamu. Besok kalian akan melaksanakan ijab kabul, semua surat-surat Mama dan Nino yang urus jadi besok kamu tinggal siap-siap saja," sahut Mama Venna.
Nina membelalakkan matanya, dia sangat kaget mendengar penjelasan dari Mamanya itu. "Kenapa tiba-tiba sekali? dan kenapa kalian tidak bilang dulu sama Nina?" tanya Nina sedikit kesal.
"Bisma sudah beberapa kali mengajakmu menikah tapi kamu selalu bilang nanti saja, Bisma itu ingin secepatnya menikahi kamu, lagipula apa yang kamu tunggu lagi? Bisma adalah pria yang baik, Mama ingin melihat kamu menikah supaya ada yang jaga kamu dan Mama merasa sangat tenang jika kamu sudah menikah," sahut Mama Venna.
"Iya, tapi tidak secepat ini juga Ma," keluh Nina.
"Gak apa-apa, lebih cepat lebih baik. Hal baik itu jangan ditunda-tunda, sayang," ucap Mama Venna dengan mengelus kepala Nina.
Nina terdiam, dia tidak bisa bicara apa-apa lagi. Sebenarnya dia tidak bermaksud menunda tapi Nina masih bingung dengan perasaannya sendiri. Penyakit yang dia derita membuat Nina ragu-ragu untuk menerima ajakan nikah dari Bisma.
Tapi jika sekarang Bisma keukeuh ingin menikahinya, Nina merasa sangat bahagia. Itu tandanya Bisma benar-benar sudah yakin dengan cintanya kepada Nina. Terus, jika Bisma sudah yakin lantas tidak ada alasan untuk Nina menolaknya.