NovelToon NovelToon
Pernikahan Di Atas Skandal

Pernikahan Di Atas Skandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Selingkuh / Cinta Terlarang / Nikah Kontrak / Pelakor / Pelakor jahat
Popularitas:47.6k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Btari harus menjalani pernikahan kontrak setelah ia menyetujui kerja sama dengan Albarra Raditya Nugraha, musuhnya semasa SMA. Albarra membutuhkan perempuan untuk menjadi istru sewaan sementara Btari membutuhkan seseorang untuk menjadi donatur tetap di panti asuhan tempatnya mengajar.
Sebenarnya Btari ragu menerima, karena hal ini sangat bertolak belakang dengan prinsip hidupnya. Apalagi Btari menikah hanya untuk menutupi skandal Barra dengan model papan atas, Nadea Vanessa yang juga adalah perempuan bersuami.
Perdebatan selalu menghiasi Btari dan Barra, dari mulai persiapan pernikahan hingga kehidupan mereka menjadi suami-istri. Lantas, bagaimanakah kelanjutan hubungan kedua manusia ini?
Bagaimana jika keduanya merasa nyaman dengan kehadiran masing-masing?
Hingga peran Nadea yang sangat penting dalam hubungan mereka.
Ini kisah tentang dua anak manusia yang berusaha menyangkal perasaan masing

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MASA LALU?

Malam pameran berlangsung meriah. Gedung megah itu dipenuhi tamu dari berbagai kalangan seniman, kolektor seni, hingga pengusaha yang tertarik dengan acara amal yang Btari dan para fotografer lainnya selenggarakan. Nadea juga hadir mendampingi Ardya. Walaupun tadi Ardya sudah menyapa Btari dengan ramah, namun Nadea hanya tersenyum tipis. Kekasih Barra itu tampak tidak menyukai Btari. Cahaya lampu sorot menyoroti karya-karya yang dipajang dengan elegan, sementara suara musik latar menambah kesan eksklusif.

Btari mengenakan gaun panjang berwarna emerald yang anggun, dipadukan dengan hijab lembut yang membingkai wajahnya dengan sempurna. Senyumnya tidak pernah lepas, menyambut para tamu yang datang. Namun, semua berubah saat seorang pria tiba-tiba muncul di hadapannya.

“Btari?”

Suara itu begitu familiar, membuat Btari sejenak terdiam. Tatapannya terangkat, dan di sana berdiri seseorang yang tak pernah ia duga akan muncul—Adam.

Adam-lelaki yang Btari tahu pernah terukir namanya di dalam hatinya. Adam pula yang akhirnya pernah mematahkan hatinya. Mereka tidak pernah menjalin hubungan layaknya orang pacaran. Namun Btari tahu, hatinya sudah menyukai Adam semenjak bangku SMA. Pertemuan mereka pun lebih intensif ketika tergabung dalam satu komunitas yang sama, Fotografi.

Hanya saja, seperti yang Barra rasakan, Btari pun merasakan itu. Adam pernah melamarnya secara tidak resmi, namun tiga bulan sebelum itu bertemu Barra, Btari justru mendapati kabar lelaki itu telah dijodohkan oleh orang tuanya. Sejak saat itu, Btari berusaha menutup hatinya. Berusaha menormalkan setiap sikap peduli dan perhatian setiap lelaki asing, termasuk Barra kepadanya.

Jatuh karena harapan sendiri itu, jauh lebih sakit.

“Adam?” Btari mengedipkan mata, memastikan ia tidak salah lihat. Jantungnya berdetak hebat. Ah, tepatnya ia kaget.

Apalagi penampilan lelaki ini tampak berbeda dari terakhir mereka bertemu. Tampak kumis tipis menghiasi wajah tampannya. Namun sorot matanya, masih sama. Tatapan yang membuat Btari terperangkap dalam harapan yang tidak berujung. Atau lebih tepatnya, harapan yang dikiranya membuat bahagia, namun ternyata membuat duka.

Adam tersenyum kecil. “Aku nggak nyangka bakal ketemu kamu di sini. Aku baru balik dari Jerman dan dengar soal pameran ini. Ternyata ini proyek kamu?”

“Iya, tepatnya Mas Alvian yang menginisiasi,” jawab Btari, masih berusaha mengendalikan emosinya.

Adam berjalan mendekat. Senyumnya hilang dan menatap Btari dengan sendu.

"Maaf, atas apa yang pernah terjadi di antara kita." Ucap lelaki itu lirih.

Btari diam. Hal yang paling menyakitkan adalah, ketika hubungan itu berakhir tanpa pernah dimulai. Seperti yang ia dan Adam rasakan. Terjebak dalam hubungan pertemanan bertahun-tahun, bertahan dalam mempertahankan prinsip masing-masing, namun ketika jalinan itu baru akan dimulai, badai datang mengakhiri.

"Seharusnya aku lebih memperjuangkan kamu dan bersikap tegas pada orang tuaku."

Btari menatap lurus lelaki di hadapannya. Perasaannya bercampur aduk. Detik kemudian ia tersenyum, "Kamu tidak salah. Setiap orang tua pastu ingin anaknya bahagia. Bersamaku ataupun tidak, aku akan selalu mendoakan semoga kamu selalu bahagia."

"Bahagiaku, bersamamu, Bee..."

Btari terdiam. Tak ada lagi senyum di bibirnya. Tangannya mengepal kuat.

Saat itu, Barra muncul, matanya langsung menatap tajam pria di depan istrinya. Ada ketidaknyamanan yang langsung menyelimuti suasana. Barra mendekat dan berdiri di samping Btari, tangannya tanpa sadar menyentuh punggungnya—sebuah gestur yang tampak protektif.

Btari menoleh dan Barra sekilas tersenyum padanya.

“Siapa dia?” tanya Barra dengan nada datar. "Sepertinya tidak asing?"

Btari terdiam sesaat sebelum tersenyum kecil. Menyamarkan kegelisahan hatinya. "Dia Adam, Bar. Teman SMA kita. Dan Adam, Ini Barra. Semoga kalian bisa saling mengingat."

Adam kaget. Terlebih kedekatan Barra terhadap Btari seolah memperlihatkan bahwa mereka ada hubungan dekat. Namun lelaki itu tersenyum tipis dan mengulurkan tangan, sementara Barra menyipit seolah mencoba mengingat siapa lelaki ini.

“Albarra Raditya?” Adam bertanya, matanya sedikit menyipit, seakan mencoba mengingat sesuatu.

"Iya. Dan kamu... Adam Firdaus? Si Ketua OSIS?" Barra membalas jabatan tangan Adam.

Adam tersenyum sambil mengangguk. "Iya. Sudah lama tidak bertemu. Senang bertemu kembali." Adam memeluknya layaknya kenalan lama.

Barra tertawa kecil. Ia mengingat lelaki berwajah teduh ini. Tapi apa hubungannya dengan Btari? Mengapa wajah Btari tidak setenang biasanya?

"Kalian berdua-dekat?" Tanya Adam menatap Barra dan Btari bergantian.

"Iya. Kami sudah menikah." Jawab Barra menggenggam tangan Btari yang terasa dingin.

Barra bisa melihat jelas ada perubahan dari raut Adam ketika mengetahui fakta tersebut. Pun juga Btari, tangan gadis itu masih begitu dingin dalam genggamannya. Ia juga tidak secerewet biasanya.

"Ahh iya. Selamat atas pernikahan kalian." Adam tersenyum kaku. "Maaf, saya tidak tahu kalau Btari sudah menikah."

"Terima kasih. Pernikahan kami memang tertutup. Makanya tidak banyak yang tahu." Ujar Barra.

"Bar, aku kesana dulu, ya. Bantu yang lainnya karena sebentar lagi acara inti akan dimulai." Btari akhirnya bersuara. Lalu ia menatap Adam. "Saya kesana dulu, Dam. Terima kasih atas kedatangannya."

"Iya. Aku nunggu Alea dan Mas Shaka disini. Relax, ya." Ucap Barra menenangkan Btari.

"Iya, Bee. Sama-sama." Jawab Adam.

Mata Barra menatap Adam dengan terkejut. Ia tidak suka cara Adam memanggil Btari dengan nama itu.

...****************...

Malam semakin larut. Acara sudah memasuki tahap puncak. Namun kini Barra melangkah menuju rooftop, tempat Nadea memintanya datang. Udara malam terasa lebih dingin dari biasanya, atau mungkin itu hanya perasaannya saja. Dari sini, ia bisa melihat gemerlap lampu kota yang membentang luas, tetapi pikirannya tidak bisa fokus pada pemandangan itu.

Nadea berdiri di dekat pagar pembatas, lengannya terlipat di dada. Wajahnya tempat cantik dan anggun seperti biasa namun tatapannya tajam, dan begitu melihat Barra datang, ia langsung menyemburkan napas tajam.

"Akhirnya kamu datang juga," katanya sinis. "Aku pikir kamu benar-benar akan mengabaikanku selamanya."

Barra tahu Nadea akan semarah ini. Namun ia mencoba bersikap tenang. "Kenapa mengajak bertemu disini? Apa yang kamu inginkan?"

Wanita itu mendengus. "Apa yang aku inginkan? Haruskah aku mengatakannya dengan jelas, Barra?"

Nadea melangkah maju, matanya menyala oleh emosi yang sudah ia pendam.

"Sejak kapan kamu mulai mengabaikanku? Sejak kapan Btari menjadi lebih penting daripada aku?" Suaranya bergetar, bukan hanya karena marah, tetapi juga karena terluka. "Aku menunggumu, Barra. Tapi kamu—kamu bahkan tidak membalas pesanku!" Seru Nadea kesal.

Barra menghela napas panjang, merasakan kebimbangannya sendiri. Ia tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Semakin Btari menjaga jarak, semakin ia ingin mendekatinya. Semakin wanita itu menutup diri, semakin ia ingin memahami pikirannya.

Namun Nadea? Entahlah. Ia sendiri bingung bagaimana perasaannya kepada Nadea sekarang. Namun melihat Nadea semarah itu, Barra menjadi tidak nyaman.

"Kita perlu menjaga jarak sebentar, Nad. Kemarin Abangnya Btari juga datang. Aku nggak mungkin mengabaikan dia, sementara ia satu-satunya keluarga kandung Btari yang masih ada."

"Jangan berikan aku alasan itu, Barra."

Nadea menatapnya penuh kemarahan dan kepedihan. "Kita sama-sama tahu bahwa pernikahan itu hanya sandiwara. Kamu menikahi Btari untuk menutupi skandal kita! Itu kesepakatan kita!"

Barra mengalihkan pandangannya. Ya, itu benar. Tapi kenapa sekarang terasa berbeda?

"Jangan bilang kau mulai benar-benar mencintainya," lanjut Nadea, suaranya kini melembut, hampir seperti bisikan.

Barra tetap diam. Apa iya seperti itu?Dan keheningan itu cukup membuat Nadea semakin marah.

Wanita itu mendekat, menatap Barra tajam. "Kamu tidak bisa begitu saja meninggalkan ini semua, Barra."

Nadea menarik ponselnya dan mengangkatnya di depan wajah Barra.

"Jika kamu terus seperti ini, aku akan membocorkan semuanya. Tentang pernikahanmu yang hanya kesepakatan, tentang hubungan kita, semuanya! Aku akan pastikan keluargamu tahu, Bar."

Ancaman itu membuat Barra menegang. Rahangnya mengeras. "Jangan main-main, Nadea."

"Aku tidak main-main," balas Nadea dingin. "Kamu jelas tahu bagaimana hubunganku dan Ardya. Dari awal aku tidak pernah mencintai Ardya. Jangan salahkan aku kalau kesehatan Pak Andreas akan menurun ketika ia tahu bahwa anak dan menantu kesayangannya melakukan kesalahan sefatal ini."

Barra mengepalkan tangannya, merasakan gejolak amarah sekaligus rasa bersalah.

Nadea mendekat, suaranya semakin rendah. "Aku tidak ingin menjadi musuhmu, Barra. Aku hanya ingin Barra-ku yang lama kembali."

Barra menatapnya dalam diam. Kembali? Apakah ia memang sudah sejauh ini melangkah mulai mencintai Btari?

Wanita itu menarik napas dalam, lalu tersenyum pahit. "Kalau begitu, kita lihat saja, Barra."

Ia melangkah mundur, meninggalkan Barra sendirian di rooftop, dengan pikirannya yang semakin kacau.

Barra terdiam. Tidak berniat mengejar Nadea yang sedang diselimuti amarah.

Lama ia berdiri disana sendirian. Hingga tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Alea erpampang di layar.

"Halo-"

"Kakak dimana? Mbak Btari, Kak. Dia berdarah." Suara panik Alea membuat Barra segera berlari turun.

1
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Riyall Arieserra
up lgi thor
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Riyall Arieserra
up terus thor
Raisha Harahap
lanjut kk...di tunggu notif y😊
Edelweis Namira: Sudah yaaah
total 1 replies
Raisha Harahap
bagus
Bupoh
Mangkanya bar klo mau ketemuan sm nadae usahakan jgn hanya berdua biar gk ada salah paham
Edelweis Namira: Suka asal emang nih dia /Smile/
total 1 replies
Riyall Arieserra
lanjut Thor, up nyaa di rutinin dong
Edelweis Namira: Okee siap. Jangan lupa dukungannya ya
total 1 replies
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Edelweis Namira: Udaah yaah/Smile/
total 1 replies
muthia
be mampir tp maaf may tanya Maya sama Raka itu siapa ya🙏
muthia: oh, ia di maklumi soalnya br mampir cm bingung aja, semangat dan sehat selalu🙏
Edelweis Namira: Aah maaf kak. belum sempat direvisi. itu tokohku dicerita pf lain..maaf ya. banyak typo namanya
total 2 replies
Aisyah Ranni
Ahh pelaku tender bisa jadi Nadea dan gosip itu pelakunya Nadea juga
Indra wijaya: yahh kok cuma satu thor up nya lagi dong 😁😁
total 1 replies
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Edelweis Namira: Udah yaa. terima kasih like dan komennya
total 1 replies
Indra wijaya
suka banget sama ceritanya semoga penulis yah diberikan kesehatan selalu supaya rajin up nyah soalnya aku penasaran tau sama kelanjutan nyah
Edelweis Namira: Aamiin..makasih reader
total 1 replies
Indra wijaya
ahhh kapan sih jadi suami istri beneran nyah
Edelweis Namira: sabar ya. semua butuh proses
total 1 replies
Riyall Arieserra
up yang rutin dong torr, seru kali cerita nya
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Bupoh
Robek aja surat kontraknya bar biar btari percaya klo kamu serius
bagastama gaming
suka banget dengan interaksi interaksi manies mereka....pacaran setelah halal...walau awal pernikahan yang tidak indah..tapi lupakanlah..kalian harus bahagia..
Edelweis Namira: Pacaran setelah halal itu memang manis
total 1 replies
asmara wati
kalo cantik gak pingin nyium bar,udah sah loh, cinta juga udah di rasa,deketin jangan nglirik doang,kek banci jadinya, lebih agresif gitu.sekalian biar Btari terbiasa harus ada sentuhan kan /Smile/
Edelweis Namira: Barra takut Btari ngamuk kayaknya
total 1 replies
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!