Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak ingin mengabaikanmu
"Bayi... Aku akan memiliki seorang bayi?" Wanita berkaca mata itu sesekali mengelus perut buncitnya selama dalam perjalanan pulang.
Antara senang dan sedih menjadi satu di dalam hatinya saat ini. Ia begitu senang karena bisa memiliki seorang bayi mungil yang akan menjadi teman di dalam hidupnya sebentar lagi. Namun hatinya juga begitu kalut saat membayangkan raut wajah kecewa dari kedua orang tuanya nanti saat mendengar kabar yang akan ia bawa pulang. Apalagi ia kini mengandung anak dari pria yang sudah merusak mental dan tubuhnya.
"Ayah... Ibu... Maafkan Nai..." Gumam Naina dengan terisak.
Saat berhenti di lampu merah, pandangan Naina pun terpusat pada minimarket dengan spanduk salah satu produk susu ibu hamil tergantung di sana. Naina kembali mengelus perutnya. Sudah hampir lima bulan ia tidak mengetahui adanya malaikat kecil di dalam perutnya dan juga ia mengabaikan kebutuhan gizi anaknya.
Tanpa pikir panjang Naina pun membelokkan motornya ke arah kiri. "Aku harus membeli beberapa kotak susu ibu hamil untuknya." Gumamnya mengelus sayang perut buncitnya. Turun dari motor, Naina memakai lebih dulu maskernya yang ada di dalam jok motornya, kemudian melangkah masuk ke dalam mini market.
*
Kaki Naina melangkah dengan lunglai memasuki rumahnya. Untung saja pagi itu ayah dan ibunya sudah berada di toko dan adiknya sedang bersekolah sehingga Naina bisa dengan bebas mengeluarkan sesak di dadanya dengan menangis panjang.
Naina pun masuk ke dalam kamarnya tak lupa mengunci rapat pintu kamarnya walau pun Naina tahu jika di rumahnya hanya ada dirinya seorang diri. Berjalan menuju ranjang lalu menjatuh tubuhnya dengan hati-hati di atas ranjang saat mengingat ada bayi mungil yang kini bersemayam di dalam perutnya.
Air mata Naina pun kembali mengalir deras. Naina melepas kacamatanya lalu membiarkan air mata itu semakin membasahi pipinya. Hatinya semakin remuk saat menginat dosa besar yang telah dilakukannya atas nama cinta. Dan dengan bodohnya dirinya terbuai akan kata cinta palsu yang diberikan oleh seorang pria badjingan bernama Daniel.
Cukup lama Naina merenungi nasibnya yang buruk di dalam kamarnya. Tiba-tiba saja ia teringat dengan susu hamilnya yang ada di dalam tasnya. Naina membuka resleting tasnya kemudian mengeluarkan dua kotak susu ibu hamil yang dibelinya.
"Aku harus meminumnya." Ucapnya tak ingin mengabaikan janin di perutnya.
Malam hari pun tiba. Ibu dan Ayah Naina nampak bingung melihat putri sulungnya hanya diam saja saat makan malam berlangsung dengan wajah sendu. Sedangkan Amara hanya fokus pada ayam goreng kesukaannya tanpa menyadari raut wajah sang kakak.
Setelah menyelesaikan makan malam bersama, Ayah Naina pun mengajak istri dan anak-anaknya untuk duduk di ruang keluarga sambil menikmati sinetron kesukaan ibu Naina. Saat sedang duduk dengan diam sambil menunggu Amara menghidupkan tv, Ibu dan Ayah Naina dikejutkan oleh gerakan Naina yanga tiba-tiba saja bersujud di hadapan mereka.
"Naina... Apa yang kau lakukan..." Ucap Ibu sedikit meninggi saat merasa terkejut oleh sikap Naina.
Mendengar teriakan sang Ibu, membuat Amara mengurungkan niat menghidupkan layar televisinya.
"I-ibu... A-ayah..." Ucap Naina tergagap dengan deraian air mata di wajahnya.
"Naina... Kamu kenapa nak?" Ayah nampak begitu khawatir melihat putrinya yang tiba-tiba menangis di kakinya.
"Maafkan Naina Ibu... Maafkan Naina Ayah..." Ucapnya semakin terisak. Setelah mengumpulkan keberaniannya, Naina pun mengutarakan permasalahan besar yang tengah menimpanya dan akan menjadi aib bagi keluarganya.
***
Untuk mendukung karya author yang baru. Mohon berikan dukungan dengan cara...
Like
Komen
Votenya
Agar author semakin semangat melanjutkan ceritanya. Terimakasih😊😊