Ellara, gadis 17 tahun yang ceria dan penuh impian, hidup dalam keluarga yang retak. Perselingkuhan ayahnya seperti bom yang meledakkan kehidupan mereka. Ibunya, yang selama ini menjadi pendamping setia, terkena gangguan mental karena pengkhianatan sang suami bertahun tahun dan memerlukan perawatan.
Ellara merasa kesepian, sakit, dan kehilangan arah. Dia berubah menjadi gadis nakal, mencari perhatian dengan cara-cara tidak konvensional: membolos sekolah, berdebat dengan guru, dan melakukan aksi protes juga suka keluyuran balap liar. Namun, di balik kesan bebasnya, dia menyembunyikan luka yang terus membara.
Dia kuat, dia tegar, dia tidak punya beban sama sekali. itu yang orang pikirkan tentangnya. Namun tidak ada yang tahu luka Ellara sedalam apa, karena gadis cantik itu sangat pandai menyembunyikan luka.
Akankah Ellara menemukan kekuatan untuk menghadapi kenyataan? Akankah dia menemukan jalan keluar dari kesakitan dan kehilangan?
follow ig: h_berkarya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kambuh
Memasuki halaman rumah besar Wijaya, Gavin berlari cepat masuk ke dalam. Om Delon menyusulnya tak kalah cepat. Pria paruh baya itu juga tidak lupa menghubungi Daddy Marvin dan istrinya.
“Kakak, kakak sudah pulang? ” sampai ruang tamu, Gavin di sambut sama gadis kecil berumur 4 tahun, adik kandung Gavin, anak dari mami Nadia.
Namanya Keira Wijaya, gadis itu berlari hendak memeluk kaki Gavin. Namun apa yang terjadi? Gavin menyeretnya begitu saja, membawanya ke arah dapur tanpa peduli Keira kini menangis di perlakukan kasar olehnya.
“Gavin, lepaskan dia!! Dia adik kamu, sadar Gavin!” Teriak Om Delon dari belakang. Kehebohan itu mengundang perhatian banyaknya para pelayan di rumah tersebut.
Mereka yang mendengar teriakan Keira dan juga Om Delon, berlari ke sana.
“Jangan mendekat! Aku akan membunuhnya!” ujar Gavin seperti orang yang berbeda. Dia kambuh, ya itu adalah penyakit yang di derita Gavin selama ini.
Dia meraih pisau yang terletak di dekat meja, mengarahkan pisau itu pada Keira.
Ingatan Gavin~~
‘Bunuh saja, bunuh dia!’
“lihat kesini! Kamu harus tahu cara membunuh orang, agar nanti kamu tidak hanya bisa melihat orang lain membunuh seperti mereka membunuh Adara!” masih di ruang bawah tanah, Gavin berpaling muka saat melihat seorang pria yang kini terkulai lemas di ubin lantai. Darah segar mengalir dari dalam tubuhnya.
Pisau yang ada di tangan wanita itu menari di atas wajahnya. Pria itu gemetar hebat, dia menggelengkan kepalanya tak Terima di perlakukan seperti ini.
Dia di jadikan sebagai bahan percobaan oleh wanita itu. Objek nyata yang dia gunakan untuk mengajari putranya bagaimana cara membunuh.
Eliza Adriani Wijaya, wanita yang awalnya begitu penyayang terhadap dua anaknya kini berubah total, menjelma menjadi seorang psikopat.
Putrinya yang saat itu berusia tiga tahun lebih, di bunuh oleh orang tak berperasaan. Tidak hanya di bunuh, mereka juga memperkaos anak di bawah umur itu.
Gavin yang tidak punya kuasa untuk sekedar melawan saat itu, harus menyaksikan kematian tragis adiknya di depan matanya sendiri. Bagaimana bisa dia melawan, dia bahkan di ikat dengan mulut di sumpal oleh kain.
“kamu pasti melihat cara mereka membunuh adikmu kan? Maka lakukan hal yang sama pada dia! Sekarang Gavin!” teriak Mommy Eliza, memberi pisau itu pada Gavin.
Dia berjalan mendekat, duduk di atas tubuh pria yang masih di ikat itu. Tangan mungil Gavin bergerak---
“Arghhhhhhhhh” teriakan pria di bawahnya menggema seiring pisau itu menancap di dadanya.
Awalnya Gavin tidak berani membuka mata, tapi seiring mendengar teriakan itu, Gavin kecil semakin buas, menancap nya berkali kali, hingga pria di bawahnya merenggang nyawa.
Prokkk
Prokkk
Prokk
Mommy Eliza tersenyum puas melihat itu.
“Bagus, hidup ini memang harus kejam” ujarnya sinis.
“Karena kamu menurut, aku tidak akan mencambukmu hari ini! Tapi kamu masih harus berada di sini!” wanita itu kembali mengikat Gavin di kursi rotan, tempat biasa pria kecil itu di hukum.
Kali ini, Gavin tidak sendirian di bawah sana. Mayat pria tadi, serta bau anyir yang menyeruak, begitu menusuk indra penciuman nya.
flashback off.
...----------------...
“Sayang, kamu pulang sendiri aja ya, aku mau ke rumah Gavin” Lucas menghampiri Ghea yang terlihat masih sama Ellara di parkiran.
Wajah pria itu tampak panik, dia tidak menghiraukan panggilan dari Aiden dan Ethan di belakangnya.
“kenapa kamu panik gitu?” tanya Ghea penasaran. Lucas berkali kali menarik nafas kasar, hendak menjelaskan, tapi waktunya tidak banyak.
“Aku belum bisa jelasin sekarang sayang, intinya aku tidak bisa mengantarmu pulang hari ini, Gavin— Gavin sedang tidak baik baik saja di rumah, dia—“
“Apa maksudmu?” mendengar nama Gavin, Ellara langsung bertanya.
“ya, dia sedang tidak baik baik saja, kamu kalau bisa, ikut aku Ella!”
“Ya udah ayok! Naik motor ku saja!” Ujar Ellara berlalu cepat menaiki motornya. Gadis itu juga terlihat sangat cemas, dia melesatkan motornya dari parkiran begitu cepat.
“Apa yang terjadi pada Gavin, Lucas?” tanya Ellara di sela sela melajukan motor nya. Cara bertanya nya juga terdengar sangat cemas.
“dia kambuh..” jawab Lucas dari belakang.
“Kambuh? Maksudnya gimana? Emang dia sakit selama ini?” banyak pertanyaan yang ada di benak Ellara, dan dia sangat memerlukan jawaban. Tapi Lucas tidak banyak menjelaskan, pria itu hanya menjawab sekilas.
Hingga tidak sampai lima belas menit, motor Ellara sudah sampai di depan rumah besar Wijaya.
“Loh, Dokter..” panggil Ellara kala berpapasan dengan Mami Nadia. Wanita paruh baya itu keluar dari mobil dengan wajah yang terlihat panik juga.
Dia hanya menoleh sebentar, kemudian berlari masuk ke dalam rumah.
Ellara dan Lucas juga demikian.
“Gavin...” teriak Mami Nadia sampai di telinga mereka. Wanita itu menangis, membuat detak jantung Ellara kian cepat.
Hingga mereka sampai di dapur, Ellara membulatkan matanya melihat apa yang terjadi di depannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kenapa diam? Anda sudah menyadarinya? Ya sudah, aku ke kam—"
Koreksi sedikit ya.