Ariana Kau Milikku

Setelah berkomitmen untuk berjuang bersama, Alfatra dan Ariana kembali ke rutinitas mereka, namun kali ini dengan perspektif yang lebih matang. Mereka berdua sepakat untuk tidak menyerah begitu saja pada hubungan mereka meskipun jarak masih menjadi tantangan terbesar. Setiap hari terasa seperti ujian, dan mereka harus belajar untuk menyesuaikan diri dengan dunia yang jauh lebih berbeda dari yang pernah mereka bayangkan.

~

Kehidupan jarak jauh mengajarkan mereka tentang kompromi. Alfatra, yang kini sibuk dengan pekerjaannya yang penuh tuntutan, berusaha keras untuk menyediakan waktu bagi Ariana. Setiap akhir pekan, meskipun lelah, ia selalu menyempatkan diri untuk menelepon atau video call. Namun, meskipun ia berusaha keras, kadang-kadang Ariana merasa seperti ia berjuang sendirian. Rasanya seolah-olah mereka berbicara lebih banyak tentang pekerjaan dan hal-hal sepele, daripada perasaan mereka.

"Ari, aku tahu aku tidak sering ada di sini," kata Alfatra suatu malam melalui panggilan video. "Tapi aku ingin kamu tahu, aku selalu memikirkan kita. Aku ingin hubungan ini berhasil, dan aku akan berusaha lebih keras."

Ariana tersenyum, meski sedikit kesedihan terlihat di wajahnya. "Aku tahu, Alfa. Aku mengerti kamu sibuk. Tapi terkadang aku merasa seperti hubungan ini hanya ada di atas kertas, bukan di kehidupan nyata. Aku ingin lebih dari sekadar percakapan singkat setiap hari."

Alfatra mengangguk, merasakan kegetiran dalam kata-kata Ariana. "Aku tidak pernah bermaksud membuatmu merasa seperti itu, Ari. Kita perlu lebih banyak waktu untuk satu sama lain. Aku janji akan mencoba lebih banyak memberi perhatian."

Namun, meskipun kata-kata itu melegakan hati Ariana, ia tetap merasa cemas. Setiap kali mereka mengakhiri percakapan, rasa rindu yang semakin dalam tetap menghantuinya.

~

Tidak hanya jarak yang menguji mereka, tetapi juga kenyataan bahwa keluarga masing-masing mulai mempertanyakan pilihan mereka. Keluarga Ariana, meskipun mendukung pada awalnya, mulai merasa khawatir dengan ketidakpastian hubungan mereka. Ibu Ariana, yang selalu pragmatis, tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

"Ari, aku ingin yang terbaik untukmu. Tapi kamu tahu hidupmu di sini, keluarga dan teman-temanmu ada di sini. Apa kamu yakin ini yang terbaik?" tanya ibunya pada suatu malam.

Ariana menatap ibunya dengan perasaan campur aduk. "Bu, aku mencintainya. Aku tahu ini tidak mudah, dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Tapi aku ingin mencoba. Aku ingin melihat apakah ini bisa berhasil."

Ibu Ariana hanya menghela napas, seakan berat memikirkan jalan yang akan diambil putrinya. "Kamu tidak harus membuktikan apapun, Ari. Tapi jangan sampai kamu terluka."

Di sisi lain, keluarga Alfatra juga tak lepas dari kekhawatiran. Terutama ibunya, yang melihat Alfatra sering kali kelelahan dan cemas. Suatu malam, ibunya berbicara dengan Alfatra setelah ia selesai mengerjakan pekerjaan.

"Alfa, kamu terlihat sangat lelah. Apa kamu yakin hubungan ini tidak membebanimu? Cinta itu penting, tetapi jangan sampai kamu mengabaikan dirimu sendiri," kata ibunya dengan perhatian yang dalam.

Alfatra menatap ibunya dengan ekspresi serius. "Aku mencintai Ariana, Bu. Tapi aku tahu ini tidak mudah. Aku hanya ingin memastikan aku membuat keputusan yang tepat, untuk diriku dan untuk kami berdua."

Ibunya menghela napas. "Cinta memang butuh pengorbanan, tapi jangan sampai kamu kehilangan dirimu sendiri dalam prosesnya. Jangan terlalu keras pada dirimu."

~

Pada akhirnya, meskipun mereka berdua merasa rindu dan berat, Alfatra dan Ariana tahu bahwa mereka harus membuat keputusan besar. Hubungan jarak jauh mereka telah mencapai titik kritis, di mana mereka harus memilih apakah mereka akan terus berjuang atau mengakui bahwa mungkin cinta mereka tidak cukup untuk mengatasi jarak dan perbedaan yang ada.

Ariana memutuskan untuk mengunjungi Alfatra lagi, kali ini untuk membicarakan masa depan mereka. Setelah beberapa hari bersama, mereka duduk berdua di taman kota, ditemani oleh cahaya matahari yang perlahan meredup.

“Ari, aku merasa kita sudah sampai di titik yang harus kita tentukan. Apa yang kita inginkan dalam hidup ini?” kata Alfatra, suaranya serius namun penuh kehangatan.

Ariana menarik napas panjang, merenung sejenak sebelum menjawab. "Aku ingin kita bersama, Alfa. Aku ingin kita melanjutkan ini, meskipun itu tidak mudah. Tapi kita harus bisa berkompromi, kita harus mencari cara agar kita tetap bisa berkembang bersama."

Alfatra menatapnya dalam-dalam, melihat keteguhan dalam mata Ariana. "Aku juga ingin kita terus bersama, Ari. Aku akan berusaha mencari cara agar kita bisa lebih dekat, walaupun pekerjaan ini menguji kita. Aku tidak ingin kehilanganmu."

Setelah percakapan panjang itu, mereka sepakat untuk memberi satu sama lain kesempatan terakhir. Mereka akan mencari cara agar bisa bertemu lebih sering, bahkan jika itu berarti harus berkorban lebih banyak. Mereka sadar bahwa hubungan ini tidak akan mudah, tetapi mereka merasa bahwa cinta mereka layak untuk diperjuangkan.