NovelToon NovelToon
Pernikahan Satu Tahun

Pernikahan Satu Tahun

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:22.2k
Nilai: 5
Nama Author: wiwit rthnawati

Andara Mayra terpaksa menerima perjodohan dengan seorang pria yang sudah dipilihkan oleh ayahnya.

Namun dibalik perjodohan yang ia terima itu ternyata ia sudah memiliki kesepakatan sebelumnya dengan sang calon suami. kesepakatan jika setelah satu tahun pernikahan, mereka akan bercerai.

akankah mereka benar-benar teguh pada kesepakatan mereka? atau malah saling jatuh cinta dan melupakan kesepakatan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwit rthnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berkunjung ke rumah mertua

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka. Oh ya tuhan. Rambutnya basah. Jangan-jangan benar dugaanku kali ini mas Bara tak mampu menahan godaannya. Aku menggigit bibir bawahku dan menatapnya takut. Aku berbalik hendak keluar dari ruangan mas Bara.

"Kami tidak melakukan apa-apa. Dan ruangan ini berantakan bukan karena seperti yang kamu pikirkan." Seolah tahu apa yang ada didalam pikiranku, mas Bara mencoba mengatakan kebenarannya.

"Aku gak peduli mas bara mau ngapain juga. Sama mbak ana ke, sama mbak bella ke. Mau 18+ kek mau 21+ kek terserah. Asal jangan sama aku aja." Aku merutuki ucapanku. Kenapa harus bawa-bawa aku sih. Aku segera berlari keluar dari ruangan mas Bara.

Seperti ucapanku. Aku ingin pulang sendiri, dan ternyata mencari kendaraan umum disini cukup sulit. Mana ponselku mati, aku jadi tidak bisa pesan taksi online. Apalagi hari ini aku ada lemburan, jadi aku pulang dengan hari yang sudah lumayan malam.

Tinn

Mobil mas Bara berhenti tepat di sampingku.

"Masuk. Ini sudah malam. Kamu gak takut apa, disini banyak preman yang suka merawanin gadis nakal. Apalagi kecil sepertimu pasti mudah sekali mereka bawa ke tempat sepi." Aku mendelik menatapnya.

"Aku serius. Gak becanda." ia kembali berucap dengan serius, membuatku akhirnya menatap jalanan yang sepi. Ah bagaimana jika ucapan mas Bara benar. Akhirny dengan terpaksa aku segera masuk kedalam mobilnya.

"Tahu gitu besok aku mau minta mobil saja sama papa."

Ciiit

"Kamu sadar sama ucapan kamu?" Mas Bara menatapku heran.

"Emang kenapa?"

"Kamu magang di kantor suamimu, berangkat dari rumah suamimu, pulang ke rumah suamimu, dan bekerja berasama suamimu. Lalu kenapa gak bareng suamimu aja sih? Kenapa harus beda mobil?"

"Ya tapi kan aku-"

"Udah stop kegilaan kamu hari ini. Gak ada kayak hari ini lagi. Besok kamu harus berangkat bareng aku dan pulang bareng aku titik. Gak bisa diganggu gugat. Kalau ada yang ngatain aneh-aneh tentang kamu, bilang sama aku. Biar aku bongkar status kamu didepan semua orang kalau kamu itu istriku." Ucapan mas Bara kembali membuatku takut. Tambah ribet aja kalau semua karyawan tahu aku istri mas Bara. Aku jadi gak bisa denger gosip-gosip tentang mas Bara lagi nanti.

"Iya iya iya. Udah ayo kita pulang. Aku capek pengen tidur."

Mas bara kembali melajukan mobilnya.

Dua bulan berlalu, perubahan kini begitu terasa. Dari mas Bara yang dulu dingin kini berubah hangat. Dari mas bara yang dulu datar, kini ia berubah menjadi lebih ekspresif.

Tiap weekend dia pasti mengajakku jalan. Entah ke pantai atau hanya ke mall. Dan aku yang sempat menolak sebelumnya kini mulai terbiasa.

Namun weekend ini mas Bara mengajakku menginap di rumah orang tuanya. Mama Arum ingin merasakan masak bareng menantu katanya.

Akupun mulai belajar masak bersama mama Arum. Seperti sore ini, aku memasak beberapa hidangan lezat untuk makan malam nanti.

"Bara suka banget sama sop iga kayak gini."

"Oh ya mah?"

"He.eum. bahkan kalau dia sakit dia bisa langsung sembuh kalau mama buatin ini." Mama Arum mencium asap sup yang mulai mengepul.

"Emang bara gak pernah cerita?"

"Enggak. Mungkin dia ngerti kalau aku gak bisa masak ma."

"Iya ya. Hmm tapi mulai sekarang kamu harus mau belajar masak ya. Laki-laki itu kalau perut dan bawah perutnya kenyang. Dia gak mungkin melirik wanita lain." Ucapan mama membuatku kikuk. umurku sudah mau 21 tahun, jadi aku tahu apa yang dimaksud mama.

"Kamu faham kan?"

"Iya ma."

"Mama tahu mungkin sebelum menikah diantara kamu dan Bara belum ada cinta. Tapi setidaknya sekarang mama rasa benih-benih cinta itu sudah mulai tumbuh. Mama berharap banyak sama kamu May." Mama mengambil mangkuk untuk menempatkan sup didalamnya.

"Kamu tahu. Mama pernah hampir saja kehilangan satu-satunya anak mama gara-gara seorang wanita yang sebenarnya sudah mama anggap kerabat." Mama menatapku intens.

"Kamu pasti tahu anastasya? Kamu juga pasti pernah mendengar dia pernah menjalin hubungan dengan Bara kan?" Bukan pernah, tapi masih mah. Aku mengangguk pelan.

"Mungkin ada yang bilang kalau mama dan papa menentang hubungan Bara dengan Anastasya karena status sosial yang berbeda. Tapi itu tidaklah benar may." Aku menatap mama tak percaya. Aku mencari kebohongan disana, tapi aku tak menemukan itu.

"Anastasya memang gadis yang baik, mama mengenal dia sudah dari kecil. Bahkan mama sudah menganggapnya sebagai putri mama. Mama tahu karakternya dari kecil, dia pintar, dia juga baik tapi ambisinya untuk menjadi seorang model kelas dunia sangatlah besar dan kuat. Mama dan papa sebagai orang tua Bara merasa takut, takut jika kehidupan anak kami akan terabaikan andai mereka menikah nanti. Kami ingin anak kami satu satunya, penerus kami memiliki seorang istri yang mampu memprioritaskan dia dan keluarganya. Bukan ambisinya. Dan mama yakin mama bisa mendapatkannya darimu May." Mama mengelus rambutku pelan. Aku memejamkan mata dengan air mata yang mulai lolos. Maafkan aku mah.

"Dengan kamu yang langsung menyetujui keinginan papamu, itu sudah membuat mama tahu jika papamu adalah prioritas utamamu. Dan sekarang mama yakin jika yang akan menjadi prioritasmu selanjutnya adalah Bara, suamimu." Dadaku kembali sesak. Aku tak seperti yang mama pikir. Aku menikah dengan mas Bara karena sebuah kesepakatan yang sudah kami sepakati sebelumnya. Maafkan aku yang sudah membohongi kalian.

"Mama percaya sama kamu May. Kamu pasti bisa menjaga dan membahagiakan anak mama." Aku tak kuasa. Aku langsung memeluk mama dan menangis didalam pelukannya.

"Maafkan May ma. Maafkan May."

"Eeeeit ada apa ini? Kok melow melow sih?" Papa dirga datang memecah kesedihanku.

"Ah enggak pa. Kami cuma sedang berbagi pengalaman aja ya sayang."

"Hehe iya pa."

Kami berempat makan bersama. Aku hanya diam tak mampu berkata-kata. Ucapan mama Arum tadi terus terngiang-ngiang.

"Kulihat dari tadi kamu hanya diam. Kenapa?" Mas bara ikut berbaring di sampingku. Baru kali ini aku dan dia tidur dalam satu ranjang bersama. Setelah malam pengantin yang mengharuskan aku dan dia satu kamar bersama dan mungkin satu ranjang bersama, namun aku tak mengingat itu karena terlelap pulas. Kami tak pernah satu ranjang lagi. Kami asing dan saling mengasingkan diri.

"Aku pikir kita sudah salah mas melakukan pernikahan ini. Tidak seharusnya kita menipu kedua orang tua kita seperti ini. Mereka begitu berharap banyak pada pernikahan kita, sedang kita malah menipu mereka mentah-mentah." Kuberanikan menatap dia yang sedang menatap langit-langit kamarnya.

"Kenapa kamu bicara seperti ini? Apa mama mengatakan sesuatu?" Ia beralih menatapku.

"Kita menjalani pernikahan sudah hampir setengah dari kesepakatan yang kita tentukan, dan aku banyak menemukan sesuatu yang tak pernah kuduga sebelumnya. Apa lebih baik kita akhiri saja semuanya sekarang ya mas? Kita jujur saja pada kedua orang tua kita."

"Hey. Apa yang kamu katakan. Kamu mau papaku serangan jantung karena mendengar ini?"

"Ya bukan begitu, tapi aku takut mas."

"Hhh Mereka pasti akan sangat sedih kalau kita mengatakannya dadakan seperti ini. Lebih baik kamu tenangkan saja dulu dirimu. Setelah itu kita cari solusi terbaiknya."

"Tapi aku benar-benar gak tahan mas. Aku merasa bersalah pada mereka. Aku merasa."

"Sssst Sudah sudah. Sekarang kamu tidur aja dulu. Keadaan hati dan pikiranmu sepertinya sedang tidak baik sekarang. Besok juga rasa bersalah itu pasti hilang." Mas bara memelukku. Ini kali pertama aku merasakan kehangatan dari pelukannya.

Lama mas bara memelukku hingga akupun terlelap dalam pelukannya.

Pagi hari aku terbangun masih dalam keadaan memeluknya. Kulihat wajahnya yang terlelap pulas. Ternyata dia sangat tampan, hidung yang mancung alis tebal dengan rahang yang kokoh membuat ia bak dewa yunani yang nyasar kesini. Setelah kulihat-lihat kenapa wajahnya sangat familiar ya, dia sedikit mirip dengan wajah, kak Satria. Aku segera menjauhkan Tubuhku darinya. Tak seharusnya aku memandang kagum padanya. Tidak, jangan sampai aku jatuh cinta padanya. Jangan.

Aku bangkit dan bergegas menuju kamar mandi. Setelah mandi tak lupa aku merias diri dan memoles sedikit make up di wajahku agar terlihat cantik Natural. Entah jam berapa mas Bara tertidur, tumben sekali dia tidur sampai sesiang ini.

"Mas bangun mas. Sudah siang." Sebelum turun ke dapur, aku sempatkan untuk membangunkannya terlebih dahulu.

"Eummh." Ia malah menarik tanganku membuatku terjerembab jatuh diatas tubuhnya.

Perlahan matanya terbuka, lalu ia tersenyum dengan senyuman yang sangat manis.

"Cantik. Tumben ada bidadari cantik turun ke bumi sepagi ini." Bicaranya masih begitu ngawur.

"Cepat bangun mas ih. Ini sudah siang." Aku hendak bangkit namun ia malah memelukku erat.

"Ini udah bangun dari semalam. Sekarang minta ditidurin." Aku tak mengerti dengan ucapannya.

"Apaan sih gak jelas banget."

"Jelas kok sayang. Adik kecilku ini dari semalam udah bangun, dan sekarang kamu harus tanggung jawab buat nidurin dia." Aku segera bangkit mendengar perkataan mas Bara yang absurd. Aku memgambil bantal disisi tubuhnya dan melemparnya kesal pada wajah mas Bara.

"Dasar buaya omes." Dengan wajah kesal aku beranjak pergi meninggalkannya.

"Pagi mah." Kulihat mama sudah sibuk di dapur, ternyata mama tidak main-main dengan ucapannya. Ia memegang kendali penuh atas semua kebutuhan suaminya.

"Maaf May kesiangan."

"Gak papa sayang, masih proses kan."

Aku hanya tersenyum dan segera membantu mama.

Setelah makanan siap kulihat papa mulai turun disusul dengan mas Bara di belakangnya. Ya tuhan, rambutnya benar-benar basah. Berarti ucapan dia yang tadi itu sungguhan. Ah aku harus hati-hati berurusan dengan pria dewasa yang satu ini.

Disela-sela sarapan, kulihat mas Bara terus mencuri pandang padaku. Entah apa yang ia pikirkan saat ini. Kuharap ia tidak sedang melecehkanku dengan otaknya yang mesum itu.

"Kalian beneran mau pulang hari ini? Padahal mama seneng banget kalian disini."

"Kapan-kapan kami nginep lagi di sini mah. Mama tenang saja." Mas bara langsung menimpali ucapan mamanya itu.

"Iya ma. Mama harus ngerti dong. Pengantin baru masih senang bereksperimen iyakan Bar?" Ucapan papa membuatku menatap bingung pada mas Bara.

"Iya pa. Tuh papa ngerti ma."

"Hhhm kalian ini. Jangan sering-sering. Nanti gak jadi-jadi." Aku yang masih polos tak mengerti dengan apa yang mereka ucapkan.

"Iya ma."

Aku dan mas Bara akhirnya pamit. Kamipun kembali ke rumah.

1
aca
may uda kayak. pelacur murah
aca
pergi aja may
aca
kata cerai bukan main2 woy aneh
Adinda
biru adalah bara
Cahaya Senja: terimakasih sudah mengamati
total 1 replies
Ruzita Ismail
Luar biasa
Ruzita Ismail
Lumayan
Chysea
kebalik kalimatnya
Cahaya Senja: eh iya, baru nyadar kalimatnya kebalik. thanks kak sudah komen.🙏
total 1 replies
Guillotine
Nyesel kalo gak baca.
Cahaya Senja: thank you
total 1 replies
Niki Fujoshi
Nggak bisa move on.
Cahaya Senja: terimakasih atas komenannya
total 1 replies
Shinn Asuka
Ngga bisa berhenti!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!