TAMAT 03 FEBRUARI 2024
Demi bisnis Mahesa yang hampir bangkrut, ia harus mau menikahi anak gadis milik konglomerat yang dulu pernah menjadi tunangannya: Snowy.
Sekarang, karena ulah menolaknya dahulu, Snowy menjadi membencinya. Menjadi tak lagi respect padanya.
Tugas pertama Mahesa setelah menikah adalah, harus mengatasi banyak lelaki yang masih berstatus sebagai pacar Snowy White Rain.
Sialnya lagi adalah, Mahesa mulai menyukai gadis bermata biru itu. Gadis bodoh yang memiliki banyak pria bodoh di hidupnya.
Snowy mungkin tidak sadar, jika dia sedang dimanfaatkan para kekasihnya, diperdaya para lelaki yang mengincar sesuatu darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ENAM
"Sarapan!" Mahesa menyodorkan nasi goreng spesial pada Snowy dan hanya dimakan telur mata sapinya saja.
"Cuma telur?" Mahesa heran, dua hari ini menikah dengan Snowy. Tapi, gadis itu tak sekalipun terlihat memakan makanan berat.
Hanya sedikit saja nasi khusus diet di siang hari bersama sayur mayur, buah di malam hari, sarapan telur dan sayur di pagi hari.
Makanan mereka dikirim dari jasa penghitung gizi. Tapi, tetap saja Snowy masih sibuk sendiri mengurangi kalori.
"Snowy diet!" Wanita itu meraih ponsel, dia harus menghubungi kekasihnya yang sudah akan sampai penthouse.
"Ngapain diet? Kamu nggak ngerasa udah tinggal tulang doang hmm?" Mahesa khawatir istrinya pingsan jika terus makan sedikit.
Tubuhnya ringkih, sudah jauh lebih kurus dari sebelumnya. Mahesa saja sampai pangling ketika pertama kali bertemu lagi, entah ada inspirasi dari mana mau diet hingga sekecil itu.
"Gland bilang aku langsing."
Mahesa tertawa ringan, jadi inilah alasan Snowy diet ketat, karena kekasihnya suka cewek yang langsing. "Cowok kamu nggak enak ajah mungkin ngomong jujur sama kamu, Snow!"
"Sirik!" Snowy naik ke sofa untuk duduk dan menelepon kekasihnya.
"Mau ketemuan?" tanya Mahesa lagi. Dia perlu tahu apa pun yang Snowy lakukan di dalam atau di luar penthouse.
"Hmm, yes." Perempuan itu mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari layar.
"Siapa lagi sekarang?"
"Gland." Snow menatap wajah Mahesa yang biasa saja sepertinya. Tidak ada cemburu sama sekali, itu karena Mahesa gay tentunya.
"Hari ini kan kita masih bulan madu. Jadi Snow belum ngantor, dari pada waktunya terbuang sia-sia mendingan dihabisin buat kencan."
"Di mana ketemuannya?" cecar Mahesa.
"Di sini lah, di mana lagi?" kata Snowy. "Di mana mana ada anak buah Papi!" gerutunya.
Mahesa memutar bola matanya. Snowy semakin menjadi-jadi saja, dia ada di rumah dan kekasih Snow datang ke sini, benar-benar luar biasa si makhluk kecil itu.
"Keberatan?" tanya Snowy kemudian.
"Aku, keberatan?" Mahesa menunjuk ujung hidungnya sendiri, dia tertawa. "Tidak sama sekali! Kamu boleh bawa pacar pacar bodoh kamu ke sini!" ketusnya tegas.
"Baguslah. Snowy mau ganti baju dulu. Nanti kalo ada yang dateng suruh masuk. Ferdy, eh bukan, Gland udah di bawah soalnya." Snowy masuk ke dalam kamar.
"Udah mirip Oland tuh anak. Nama pacar pacarnya sampe lupa." Mahesa menggerutu, tak lama pintu lift terbuka, sudah tentu pacar Snowy yang ke 19 datang.
"Hei, Brother..." Mahesa berdiri bersidekap, menatap Gland dari bawah sampai atas penuh penilaian.
Kali ini pacar Snowy sedikit beringas, tipe tipe Roland sepertinya yang agresif, Mahesa jadi penasaran, berapa kali cowok ini mencium bibir Snowy dalam sekali pertemuan.
"Kamu Gland?" tanya Mahesa.
"Tepat, Anda siapa Snowy?"
"Suaminya."
Gland tertawa dan berdecak lidah. "Oh, yang dijodohin itu ya? Yang Snowy nolak ya? Yang sebenernya Snowy nggak suka ya?"
"Hmm..." Mahesa ingin sekali memutilasi pria sialan itu, tapi tidak sekarang. Dia hanya perlu diam untuk menuju eksekusi berikutnya.
Gland merangkul Mahesa. "Sabar ya Bro... Selera Snow terlalu tinggi, kamu ganteng..."
Gland lantas menjauh mundur untuk menatap Mahesa secara seksama. "Tunggu, tapi aku lihat-lihat lagi kamu dan pakaian kamu tidak se menarik aku."
"Sepertinya begitu." Mahesa mulai muak, rasanya ingin sekali mencekik Gland si banyak bicara, tapi sabar dulu, dia perlu taktik.
"Kau beruntung, Gland." Mahesa merangkul Gland dan dituntun menuju ke sofa ruang tamu. "Snow bisa jatuh cinta padamu."
"Tentu saja, sini aku bisikin." Gland mendekati telinga Mahesa yang terdiam. "Wanita itu cuma perlu satu dari kita."
"Apa itu?" Mahesa perlu juga belajar sesuatu dari pemuda sialan ini. "Coba kasih tahu aku."
"Pujian," kata Gland.
"Lalu?"
"Snow tidak kurang suatu apa pun kan? Dia cantik, langsing, dan dia seksi. Sering sering puji dia, mungkin dia akan menatap mu. Walau rasanya itu tidak mungkin karena kau tidak terlalu modis."
Gland ini bermuka dua, satu sisi dia ingin memberikan tutorial. Tapi, di sisi yang lainnya Gland juga menghina dina dirinya.
"Sudahlah, aku ikhlas istriku lebih memilih mu, Gland," bohong Mahesa.
"Terima kasih." Gland memeluk Mahesa, yang padahal Gland sendiri tak melihat bagaimana ekspresi muak Mahesa hingga mulutnya meluah ingin muntah.
"Kalian akur?" Snowy yang baru datang sedikit bingung dengan pemandangan ini. Jelas itu sangat aneh, di mana suami dan pacar saling berpelukan.
-Mungkinkah Kak Esa suka sama Gland?
"Suamimu sangat baik, Baby." Gland lalu tertawa kecil. "Kami bersahabat sekarang."
"Mau aku bikinin minum?" tawar Mahesa.
"Boleh." Gland menepuk pundak Mahesa lalu duduk di sofa menghadap Snowy yang juga duduk di sana. "Jadi kau cuma jadikan suamimu pembantu, Baby?"
Telinga Mahesa tidak buta. Mata Mahesa juga tidak tuli. Tentunya dia dengar ungkapan Gland yang sialan. "Sekarang, kau yang akan lebih tahu siapa suami Snow ini!" gumamnya bersiasat.
"Dia sadar diri. Kau kaya raya makanya layak jadi ratu berkuasa di rumah tangganya." Gland terus mengolok-olok Mahesa di belakang, dan lagi-lagi Mahesa jelas mendengarnya.
"Bisa tidak jangan bahas suamiku!" ketus Snowy. Entahlah, dia jadi tidak suka ada yang mencemooh Mahesa.
"Aku kasihan, dia mirip tikus miskin yang tidak berguna di hidup mu."
Mahesa datang membawa dua gelas minuman segar. Jus mangga. "Tidak perlu tidak enak. Bukankah ucapan pacar ke sembilan belas mu benar?" bisiknya di telinga Snowy.
"Minum dulu." Mahesa menatap Gland yang langsung menenggak minumannya.
"Ini enak. Kau tahu cara membuat minuman yang sangat enak," puji Gland. Yang membuat, Esa menyengir sambil memberikan gesture seperti angkat topi dengan bangganya.
Snowy kesal, tiba-tiba panas hati, Mahesa seperti meratukan Gland. Agaknya, Mahesa suka pada Gland yang sejuta pesona itu.
'Dasar gay...
Snowy meneguk jus mangga miliknya hingga tandas, harusnya dia ingat jika jus mangga mengandung lemak tapi lupa karena hawa sekeliling yang tiba-tiba berubah.
Brukkk...
...Brukkk......
Mahesa menyengir kala Gland jatuh tertidur di lantai, dan Snowy melunglai di pahanya karena sengaja dia tahan agar tak terjatuh.
Mahesa lekas meraih ponsel dari saku celananya. Lalu menelepon scurity yang bertugas di gedung megah ini.
Tak perlu waktu lama, dua orang berseragam datang menghadap. "Siap Mas Esa!" sigapnya tegas.
"Seret cowok sialan ini dan geletakkan di samping mobilnya." Mahesa menunjuk Gland dengan arahan matanya.
"Baik." Dua orang berbadan besar itu membawa Gland yang tidak sadarkan diri pergi dengan merangkul dan memapahnya.
Mahesa memboyong istrinya ke kamar, lalu melucuti seluruh pakaian wanita itu. "Taram, bangun tidur nanti kamu akan dapat surprise Snow," tawanya cekikikan.