NovelToon NovelToon
Batal Nikah

Batal Nikah

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: mama reni

Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.

Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?

Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Sebelas

Para tamu undangan yang terdiri dari tetangga masih menyicipi hidangan sehingga waktu untuk Ana bicara masih panjang. Mungkin mereka pikir, Ana hanya sekedar mengobrol dengan keluarganya saja. Tapi, tak sedikit yang memandang dengan tatapan heran.

Mereka tahu jika Erik adalah tunangan Ana, tapi yang dinikahi adiknya. Yang menjadi pertanyaan, kenapa gadis itu tak tampak sedih. Banyak yang ingin tahu kebenarannya.

Ana menyalami ayah dan ibunya. Berhadapan dengan sang ayah, air matanya tak bisa lagi dibendung. Bukan karena sedih, tapi kecewa. Pria yang seharusnya jadi cinta pertamanya tapi justru orang yang paling banyak menorehkan luka.

Jika cinta pertamamu tidak bisa lagi memberikan kenyamanan, untuk apa masih bertahan. Anak hanya ingin menjaga kewarasannya. Jangan sampai dia nekat bunuh diri.

"Ayah, aku pamit. Terima kasih atas semua yang pernah kau lakukan untukku. Baik itu kebahagiaan atau pun luka yang kau beri. Bagimu mungkin aku bukan putri yang baik, yang bisa kau banggakan. Tapi perlu Ayah tahu, kenapa aku bertahan hingga hari ini walaupun aku sudah sering terluka, karena aku masih berharap Ayah bisa sadar jika masih memiliki putri kandung. Aku ingin Ayah kembali seperti saat ibu masih ada. Aku masih berharap tanganmu itu memelukku," ucap Ana.

Ucapannya terjeda. Air mata jatuh membasahi pipinya. Ana menarik napas untuk mengatur emosinya. Dadanya terasa nyeri. Dengan tangan, dihapusnya air mata yang jatuh di pipi.

"Namun, ternyata harapanku terlalu tinggi. Aku terlalu berharap jika Ayahku kembali seperti ayah yang dulu. Aku terlalu berangan, sehingga sekarang aku merasakan sakit, sakit yang teramat sangat saat aku sadar jika Ayah tak pernah peduli padaku lagi, Ayah tak pernah menganggap aku ada," ucap Ana sambil memukul dadanya yang terasa sakit dan sesak.

Refdi hanya diam. Dia tak tahu harus berkata apa. Semua yang di ucapkan putrinya itu memang kenyataan. Dia tak pernah lagi peduli dengan anaknya itu sejak kepergian sang istri.

"Selamat tinggal Ayah, maafkan aku. Aku pergi, dan tak tau kapan akan kembali. Semoga dengan kepergianku kali ini, Ayah akan lebih bahagia," ucap Ana lagi.

Ana lalu memeluk ayahnya. Pria itu membalas memeluk putri kecilnya yang telah dewasa. Hampir lima belas tahun sejak kepergian sang istri dia tak pernah memeluknya lagi.

"Maafkan Ayah ...," ucap Refdi. Hanya itu kata yang keluar dari bibirnya.

Ana lalu melepaskan pelukannya. Sebenarnya dia masih ingin lebih lama berada dalam pelukan pria itu. Dia rindu kehangatan tubuh ayahnya. Namun, dia sadar. Ini bukan waktu yang tepat. Mereka saja sudah menjadi pusat perhatian.

Ana mendekati ini tirinya. Mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sang ibu menyambut dengan terpaksa.

"Maaf, jika aku ada salah, Bu. Tolong jaga ayahku. Sayangi dia seperti dia menyayangi Ibu dan Ayu. Ibu pasti tau, jika Ayah lebih memilih Ibu dan Ayu, dia lebih menyayangi anak Ibu dari aku anak kandungnya. Jadi aku harap Ibu membalas hal yang sama. Sayangi Ayahku, jaga dia hingga tutup usia," ucap Ana.

Setelah mengucapkan itu, Ana segera turun dari pelaminan. Tak ingin air matanya makin tumpah membasahi pipi.

Banyak mata memandanginya dengan iba. Ana tak peduli. Dia terus melangkah meninggalkan rumah itu.

Ana memesan taksi dan meminta supir untuk membawanya ke makam ibunya. Dia ingin berpamitan.

Sampai di pemakaman, Ana langsung masuk ke areanya dan menuju kuburan sang ibu. Dia tadi juga menyempatkan diri mampir ke toko bunga.

Ana meletakan bunga di atas makam ibunya. Dia mengusap batu nisannya.

"Ibu aku datang untuk pamit. Doakan aku berhasil di kota nanti. Maaf jika aku nanti tak datang lagi. Ibu, tanpamu, di sini rasanya sangat berbeda. Aku merindukanmu, nasihatmu, senyummu, serta canda tawamu. Ibu, seandainya kau masih di sini, aku ingin bermain denganmu seperti dulu dan menceritakan banyak hal tentang hidupku. Tetapi, sekarang aku hanya dapat dekat denganmu, dalam doaku. Ibu, kepergianmu membuatku kehilangan bagian terpenting dari hidupku. Ibu, tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan sosok sepertimu di hatiku."

Ana tak bisa lagi menahan air matanya. Bohong jika dia mengatakan saat ini baik-baik saja. Kenangan manis bersama Erik dulu terhampar di hadapannya. Empat tahun bukan waktu yang singkat.

Bukannya Ana tak ikhlas, tapi dia juga butuh waktu untuk melupakan semuanya. Masih teringat saat dia bercerita tentang masa depannya nanti bersama Erik, tapi semua kini hanya tinggal kenangan.

"Ibu, saat ini anakmu sedang terluka. Aku butuh tempat mengadu. Tapi tak ada bahu tempatku bersandar. Ayah yang seharusnya tempat aku berbagi, ternyata memilih menjauh sejak ibu pergi. Apa salahku, Bu? Aku juga tak pernah menginginkan kepergianmu, tapi seolah akulah penyebab semuanya. Jika aku boleh memilih, mungkin lebih baik aku yang pergi bukan Ibu. Tapi, Ibu jangan sedih. Aku kuat, aku pasti bisa menghadapi semua walau seorang diri. Doakan saja anakmu ini tetap waras dan bisa menjalani semua cobaan hidup ini. Aku pamit, Ibu."

Setelah puas berbagi cerita, Ana membacakan doa untuk ibunya. Dengan berat hati Ana meninggalkan makam ibunya. Dia memandangi sekali lagi tempat itu. Lama juga Ana berdiri.

"Kenapa aku masih berdiri di sini. Berharap ayah menyusul ku. Ana, ayahmu tak akan melakukan itu. Dia telah benar-benar melupakanmu. Jangan berharap hal yang tak mungkin itu," ucap Ana bermonolog sendiri.

Ana masuk ke taksi yang telah dia pesan. Sore ini dia langsung akan pergi meninggalkan kota ini. Kota kecil tempatnya dilahirkan. Di dalam taksi, tangisnya kembali pecah. Sekuat apa pun dia berusaha tegar tetap ada sisi rapuhnya sebagai seorang anak yang kehilangan ibu, diabaikan ayah, dikhianati adik tiri dan ditinggalkan kekasih.

"Sebenarnya aku telah capek banget. Banyak beban pikiran yang aku pendam sendirian. Banyak keluh kesah yang sulit ku ceritakan. Jujur ... saat ini aku sangat terjatuh dan ingin sekali menyerah. Aku nggak bisa terus pura-pura kuat, padahal hatiku sangatlah hancur. Aku sudah nggak sanggup terus pura-pura tersenyum, padahal batinku selalu menjerit. Aku sudah capek banget harus pura-pura tertawa hanya untuk menyembunyikan air mataku. Aku juga ingin bahagia."

***

Bonus Visual

1
Tita Amelia
Luar biasa
FITRIYAH S.Pd.I
Kecewa
FITRIYAH S.Pd.I
Buruk
Siti Qhalijah
Lumayan
Esti Esti
mamposss
Milady Adara
kebanyakan omong ana..ngabisin tenaga aja..tindakan dong
M Abdillah Fatir
paling tk lama abis dia Niah datang uler Keket dgn alasan menyesal
M Abdillah Fatir
terlalu lebay KLo kata aku dunia nyata GK akan ada kyk gini
Anita Wati
lanjoooot
Anita Wati
/Drool/
Dapur Rinjas
rasain berlian dibuang malah pilih batu
Dapur Rinjas
ya hrs tegas sama penghianat
Dapur Rinjas
pergi aja ana nggak yg usah balik lagi
Dapur Rinjas
saudara tiri gila
Erina Munir
good ana...jngn percaya lgi sama makluk yg modelan kaya gitu...bahayaaaa
Erina Munir
hayuuh siapa lgi nih
Erina Munir
pasti maknya chelsie
Erina Munir
so pasti laah
Erina Munir
ana hamil yg ngidam racka
endang sw
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!