Sebuah cerita horor yang mengikuti petualangan tiga orang sahabat sejati Maxim, Alexa Dan Leo yang tinggal diDESA BATU CHADAS yang terletak diHOLLAND TENGAH. Pada malam Halloween tiba mereka memutuskan untuk menyelidiki sebuah Rumah Tua yang terkenal angker dan dihuni oleh penyihir yang bernama Hiltja.
Ketiga nya terdorong rasa ingin tahu untuk menemukan bukti yang katanya dirumah tua itu terdapat sebuah kutukan yang berhubungan dengan dunia kegelapan.
Setelah mereka berhasil mengungkapkan misteri rumah tua itu. Mereka menyadari bahwa rumah tua bukan hanya berhantu saja.
Melainkan bisa menghubungkan dunia lain, yaitu dunia manusia dan roh. yang memprediksi tentang kebangkitan roh roh jahat yang bisa membuat manusia diambang kehancuran antara hidup dan mati.
Bagaimana kah kelanjutan kisah ini. Mampukah mereka melindungi manusia dari kehancuran???
Yukk kita baca sama sama dijamin seru...
Pesan moral yang bisa ambil. Dengan ketulusan dalam persahabatan bisa mengalahkan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. PERTEMPURAN YANG TAK USAI
Akhirnya mereka berhasil juga menjalani misinya. Dan mereka pun bergegas untuk pulang. Tapi saat ketiganya kembali untuk melangkah pulang. Mereka merasa hari yang memiliki udara yang berbeda
Udara terasa lebih segar ketika Alexa, Maxim, dan Leo kembali menjejak lembah yang kini bebas dari kabut hitam. Namun, kelelahan mulai menyerang tubuh dan pikiran mereka. Batu Velka yang digenggam Alexa, kini bercahaya lebih redup, seolah menanti tugas terakhirnya.
“Jadi, apa yang akan kita lakukan dengan segel itu?” tanya Leo, mencoba memecah keheningan di antara mereka.
“Kita harus memperkuatnya di puncak gunung,” jawab Alexa sambil mengusap keringat di dahinya. “Jika tidak, kegelapan pasti akan kembali.”
Maxim mengangguk setuju. “Kita memang menang atas penjaga kabut tadi, tapi aku yakin ini belum berakhir. Mereka tidak akan membiarkan kita pergi begitu saja.”ucap Maxim.
Langkah mereka melambat, dan matahari mulai condong ke barat. Mentari sore membalut lembah dengan sinar keemasan, tetapi di kejauhan, bayangan gelap mulai bergerak kembali, semakin mendekat.
“Lihat itu!” seru Leo, menunjuk ke timur. Gerombolan bayangan muncul dari kegelapan. Kali ini, jumlah mereka jauh lebih banyak dan bergerak lebih cepat.
“Kita harus sampai ke gunung sebelum malam tiba!” seru Alexa, mempercepat langkah meski tubuhnya mulai lunglai.
Kabut hitam kembali menggulung lembah, semakin tebal dan agresif. Namun, Batu Velka di tangan Alexa memancarkan cukup cahaya untuk membuka jalan di tengah kegelapan.
setelah perjalanan panjang yang penuh tantangan itu akhirnya merasa sampai kepuncak Gunung. Mereka sangat merasa kan kelelahan teramat sangat. Bahkan badan mereka hampir roboh.
Di puncak itu berdiri sebuah altar batu tua yang dikelilingi pilar-pilar kuno penuh retakan. Di atas altar, simbol Velka bersinar samar, seolah menunggu sesuatu.
“Tinggal sedikit lagi,” bisik Alexa dengan napas tersengal.
Namun, sebelum mereka mendekat, tanah di sekitar puncak bergetar keras. Dari kegelapan, muncul makhluk berjubah hitam yang sebelumnya mereka kalahkan.
Kini ia tampak lebih besar dan menakutkan, tubuhnya dilingkupi api hitam, dengan tanduk menyala merah seperti lava. Seolah siap menerkam mereka.
“Apakah kalian pikir aku akan membiarkan ini berakhir begitu saja?” suaranya bergema, memekakkan telinga.
Maxim mencabut pedangnya. “Kau seharusnya sudah mati!”
Makhluk itu tertawa keras. “Aku adalah bagian kecil tadi. Sekarang, aku telah menyatu dengan seluruh kekuatan kabut ini. Kalian akan menghadapi kehancuran.”
Ia menyerang tanpa peringatan. Badai kegelapan menyapu puncak, memisahkan mereka. Maxim dan Leo terlempar ke sisi lain, sementara Alexa hampir jatuh ke tebing.
“Alexa!” Maxim berteriak, berusaha melawan badai untuk mendekatinya, tapi kekuatan kegelapan terlalu besar.
Di tengah kekacauan, Batu Velka mulai bersinar lebih terang, seolah merespons bahaya. Cahaya itu menciptakan perisai pelindung di sekitar Alexa.
“Aku harus menyelesaikannya sekarang,” gumam Alexa sambil memantapkan langkahnya menuju altar.
Sementara itu Alexa mencoba untuk mengaktifkan Altar tersebut. Maxim dan Leo berusaha menahan makhluk itu dengan kekuatan yang mereka milik.
Maxim berusaha menyerang dengan pedang yang ia miliki. Sedangkan Leo mencoba menghentikan gerakan makhluk itu dengan belati dan kekuatan imajinasi nya.
“Tahan dia sedikit lagi!” teriak Alexa, berusaha menyelaraskan Batu Velka dengan simbol di altar. Tangannya gemetar, tetapi ia tidak berhenti.
Makhluk itu tahu apa yang akan terjadi. Dengan sangat marah dia berusaha mendekati Altar itu dan mengeluarkan semua kekuatannya.
Tetapi Alexa dengan cepat mengeluarkan baru Velka untuk mengalahkan mahkluk kegelapan itu. Dan terpancar panas serta cahaya dari batu Velka itu yang membuat tubuh makhluk itu terpental jauh.
Aaarrrkkk...
Aaarrrkkk...
"Aku tidak akan kalah kalian tidak akan mampu mengalahkan ku. Aku akan membalas kalian. "ucap makhluk itu marah dengan berusaha menyerang Alexa dengan cakar cakarnya.
Wuuusss....
Wuuusss... ( suara angin kencang)
Sreeeeettt...
Aaarrrkkk...
Tidaaakkk...
Tidaaakkk... ( pekikan suara makhluk itu)
'Aku akan kembali dan Kalian tidak akan pernah menang!” makhluk itu meraung, tubuhnya mulai retak.
“Ini bukan tentang menang,” bisik Alexa, menutup matanya. “Ini tentang melindungi dunia.”
Cahaya dari Batu Velka tiba-tiba meledak, menyelimuti seluruh puncak gunung. Makhluk itu berteriak kesakitan sebelum akhirnya lenyap bersama kabut hitam yang melingkupinya.
Ketika semuanya usai, puncak gunung menjadi sunyi. Altar di tengahnya bersinar lembut, tanda bahwa segel telah diperkuat.
Alexa terjatuh berlutut, tubuhnya hampir tak berdaya. Maxim dan Leo segera menghampiri, membantu mengangkatnya.
“Kau melakukannya, Alexa,” kata Maxim, suaranya penuh rasa bangga.
“Kita semua melakukannya,” balas Alexa dengan senyum kecil.
Langit yang sebelumnya kelabu kini berubah cerah. Angin dingin dan mencekam telah tergantikan oleh hembusan sejuk yang membawa harapan.
“Dunia ini akhirnya bebas,” bisik Leo, menatap cakrawala.
Mereka kembali ke desa sebagai pahlawan. Untuk kesekian kalinya dengan perasaan yang sedikit lega. Mereka bertempur melawan kegelapan dengan selalu membawa kemenangan.
Beberapa hari kemudian, Alexa meninggalkan desa. Batu Velka, yang kini tak lagi bercahaya, ia simpan di dalam sakunya. Ia tahu bahwa tugasnya belum selesai. Masih banyak orang di luar sana yang membutuhkan bantuan.
Sambil melangkah menuju cakrawala, mereka mempunyai tekad untuk terus menghadapi apa pun yang terjadi didepan nanti. Sambil berkata pada diri sendiri.
“Seandainya aku terlambat satu detik saja, mungkin semuanya akan berbeda.“Kita semua melakukan bagian kita,” jawab Maxim sambil duduk di sampingnya.
“Kita berhasil karena kita percaya satu sama lain. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.” Alexa menghela napas, matanya tetap berdetak di cakrawala.
“Aku hanya khawatir. Kegelapan itu… meski kita mengalahkannya, aku merasa itu belum benar-benar berakhir. Masih banyak didepan mereka menunggu. ” Maxim terdiam sejenak.
Meski Batu Velka telah menyegel kegelapan, mereka tidak bisa sepenuhnya yakin bahwa ancaman itu telah hilang selamanya. Tetapi, dia memilih untuk tidak menambah beban pikiran Alexa.
“Kalau memang ada yang kembali, kita akan menghadapinya bersama, bukan kah itu memang misi kita” kata Maxim dengan keyakinan. “Sama seperti sebelumnya."ucapnya lagi.
Alexa menoleh ke belakang dan tersenyum tipis. “Kau selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik.”Kita memang harus bersama sama. "ucapnya.
Tak lama kemudian, Leo muncul dari jalan setapak bukit dan berkata"
"Cahaya tidak akan pernah hilang jika harus melawan kegelapan. Selama kami bersatu semua pasti dapat dihadapi. Dan cahaya pasti akan jadi pemenangnya."
Tampak dikejauhan. sisa sisa kegelapan itu berkumpul dan bersatu seperti menujukan bahwa ancaman baru akan datang. Namun cahaya pasti akan melawan semua kegelapan yang akan datang menyerang.
Cahaya akan selalu hadir untuk melawan semua kegelapan. Dan pasti cahaya akan menang. Bahkan sampai saat dunia bisa menikmati kemenangan dan perdamaian itu. Kegelapan memang lebih kuat.
Tapi lebih kuat lagi cahaya kerena sinar bisa memuaskan beribu-ribu kegelapan yang datang.
Untuk saat ini, dunia bisa menikmati damai. Tetapi, jika kegelapan datang lagi, Alexa, Maxim, dan Leo siap melawan bersama dengan kekuatan mereka.
(Pertempuran mereka tidak akan erna habisnya. Mampukah mereka menghadapi nya???)
BERSAMBUNG...