Yaya pikir mereka benar sebatas sahabat. Yaya pikir kebaikan suaminya selama ini pada wanita itu karena dia janda anak satu yang bernasib malang. Yaya pikir kebaikan suaminya pada wanita itu murni hanya sekedar peduli. Tak lebih. Tapi nyatanya, ia tertipu mentah-mentah.
Mereka ... sepasang kekasih.
"Untuk apa kau menikahi ku kalau kau mencintainya?" lirih Yaya saat mengetahui fakta hubungan suaminya dengan wanita yang selama ini diakui suaminya sebagai sahabat itu.
(Please yg nggak suka cerita ini, nggak perlu kasih rating jelek ya! Nggak suka, silahkan tinggalkan! Jgn hancurkan mood penulis! Dan please, jgn buka bab kalo nggak mau baca krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertiannya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Restoran
Setelah sepersekian detik kemudian, Rafi akhirnya berhasil mengatasi keterkejutannya. Ia menunduk sejenak, kemudian mengangkat wajah seraya tersenyum tipis.
"Bisa Anda berikan penjelasan, apa korelasi antara penilaian koas dengan hubungan saya dan adik Anda, Dok?"
Dokter Elvan terdiam. Memang tak ada korelasinya sama sekali. Ia hanya sedang memanfaatkan kedudukannya demi sang adik. Dokter Elvan pun sadar kalau apa yang ia lakukan ini salah. Hanya saja, ia sudah terlanjur berjanji akan melakukan apapun demi sang adik.
"Tidak ada, bukan. Jujur, sesungguhnya saya begitu mengagumi Anda. Anda masih muda, tapi sudah bisa menjadi dokter spesialis yang kompeten. Anda selalu bersikap profesional di setiap tindakan. Tapi sayang, sikap kompeten dan profesional Anda sudah ternodai dengan sikap Anda barusan. Anda mencampur adukkan urusan pribadi dan pekerjaan tanpa memikirkan konsekuensi atas segala tindakan Anda tersebut," ucap Rafi seraya tersenyum miris.
Jujur saja, dokter Elvan merasa tertohok dengan kata-kata Rafi barusan.
Rafi menarik nafas dalam-dalam. "Sebagai jawaban saya atas penawaran Anda tadi, maaf, Dok. Saya tidak bersedia menerima penawaran Anda."
"Jelaskan alasannya! Apa benar kalau kau memiliki hubungan dengan perempuan lain?"
"Mau saya memiliki hubungan atau tidak dengan perempuan lain, itu bukan urusan Anda." Rafi menjawab dengan lugas dan tegas.
"Meskipun risikonya, hasil penilaianmu yang kemungkinan akan jatuh sehingga kau harus mengulang masa koasmu?"
"Saya tidak masalah, Dok. Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, saya permisi!"
Rafi pun segera beranjak dan pergi dari ruangan dokter Elvan.
Dokter Elvan cukup terkejut dengan ketegasan sikap Rafi. Dokter Elvan cukup mengagumi prinsip Rafi. Akan tetapi, ia sedikit menyayangkannya juga. Ia tahu, apa yang ia lakukan tadi salah. Namun dibalik itu, ia pun ingin menyelamatkan Rafi dari perempuan seperti Yaya yang dipikirnya bukan merupakan seorang perempuan baik-baik. Ia ingin mengungkapkan sifat asli Yaya, tapi dokter Elvan sadar, Rafi pasti takkan mempercayai apa yang ia ucapkan. Terlebih ia tidak memiliki bukti.
Dokter Elvan menghembuskan nafas kasar. Sejujurnya rasa ketertarikan itu masih ada.
"Apa aku lakukan saja saran Nora untuk mendekati perempuan itu? Siapa tau dia bisa berubah kelak," gumam dokter Elvan seraya mengetuk-ngetukkan jarinya di meja kerjanya.
...***...
Hari ini nilai hasil performanya sebagai seorang koas sudah keluar. Melihat hasil yang memuaskan membuat Rafi luar biasa senang. Meskipun sebelumnya Rafi dihantui perasaan was-was kalau konsulennya akan bertindak tidak profesional, namun setelah melihat penilaian performanya keluar, Rafi begitu senang sekali. Ternyata dokter Elvan tetap bersikap profesional meskipun sempat mengancam akan menjatuhkan nilainya kalau ia tidak mau menerima penawarannya. Rafi jelas sangat bersyukur sekali.
Untuk merayakannya, Rafi pun mengajak Yaya makan malam di sebuah restoran.
"Ada apa sih? Kayaknya lagi seneng banget sampai-sampai ngajak makan di restoran seperti ini," ujar Yaya.
"Mbak tau aja. Aku emang sedang bahagia banget, Mbak, sebab siang tadi tuh penilaian performaku sebagai koas keluar dan hasilnya sesuai harapan."
"Oh ya? Selamat, ya."
"Terima kasih, Mbak." Rafi tersenyum manis sekali.
"Jadi setelah ini kamu akan mengikuti UKMPPD?"
UKMPPD adalah Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter. UKMPPD ini memang harus dilalui para calon dokter yang baru selesai koas.
"Iya dong, Mbak. Mumpung bulannya 'kan," jawab Rafi sebab memang UKMPPD itu dilakukan 4 kali dalam setahun, yaitu di bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Rafi berbicara seraya memotong steak daging menjadi ukuran kecil. Lalu ia menarik piring steak milik Yaya dan menggantinya dengan miliknya yang sudah dipotong.
"Eh, lho kok ... " Yaya masih terbengong-bengong saat melihat piringnya ditarik, tapi saat melihat piring steak miliknya diganti dengan yang sudah dipotong membuatnya tersenyum kecil. Rafi memang masih muda, tapi ia sangat perhatian dan gentle. Bahkan bisa dibilang apa yang dilakukan Rafi ini menurut Yaya sangat romantis. Dengan Andrian saja, meskipun mereka sudah cukup lama saling mengenal, Andrian tidak pernah memperlakukannya semanis ini. Hati Yaya jadi berbunga-bunga. "Terima kasih. Nggak usah repot-repot, Rafi. Udah kayak orang pacaran aja jadinya." Yaya tersenyum kecil.
"Memangnya yang boleh melakukan hal seperti ini hanya sepasang kekasih aja?"
"Ya, nggak juga sih. Hanya saja, ya 'kan kebanyakan yang suka memperlakukan hal manis seperti ini orang-orang yang sedang berpacaran. Kalau suami istri mah jarang. Meskipun ada beberapa yang masih melakukannya, tapi jumlahnya nggak banyak. Malah kebanyakan nih ya, suami itu acuh tak acuh sama istrinya saat makan. Nggak peduli kalau anaknya sedang merengek sampai-sampai si istri kesulitan untuk makan, dia cuek-cuek aja. Beda kalau sama pacar, uh, sikapnya manis pake banget," ucap Yaya tersenyum kecil. Ia sedikit terkenang akan masa lalunya.
Sikap Andrian di awal-awal kedekatan mereka begitu manis dan penuh perhatian. Hal itulah yang membuatnya tak berpikir dua kali untuk menerima lamaran Andrian. Namun semua justru berubah 180° setelah mereka menikah.
"Setelah menikah nanti, insya Allah aku akan tetap bersikap penuh perhatian seperti ini pada istriku. Mbak nggak perlu khawatir."
Mata Yaya sontak mengerjap. Apa yang Rafi katakan tadi? Kenapa ia berkata seperti itu?
"Ye, kenapa bilangnya sama aku? Memangnya aku ini calon istrimu apa." Yaya terkekeh. Rafi menatap Yaya lekat dan penuh arti. Diperhatikan seperti itu sontak membuat Yaya gugup.
"'Kan siapa tau, Mbak beneran jadi calon istri aku nanti."
Sontak saja apa yang Rafi katakan barusan membuat Yaya tersedak. Ia sedang minum barusan. Namun gara-gara kata-kata di luar dugaan itu membuatnya terkejut hingga tersedak.
Ukhuk ... ukhuk ... ukhuk ...
"Mbak, mbak nggak papa?" Rafi panik. Ia segera berdiri dan menepuk-nepuk punggung Yaya pelan. Yaya masih terbatuk-batuk. Hingga beberapa detik kemudian, barulah batuk itu berhenti. Wajah Yaya sampai memerah dan matanya berair. Rafi segera menyodorkan segelas air pada Yaya. Yaya pun menenggaknya hingga menyisakan sebagian saja. Rafi mengambil kembali gelas itu dan meletakkannya di atas meja. Yaya yang hendak mengucapkan terima kasih, menoleh ke samping dimana Rafi masih berada di sana. Kedua mata mereka saling bersirobok. Jantung keduanya berdebar, namun Yaya lebih dulu menarik wajahnya dan memalingkannya ke arah lain.
"Terima kasih," lirih Yaya pelan. Baru saja Rafi akan menjawab, tiba-tiba seruan seseorang membuat keduanya sontak menoleh dengan dahi berkerut.
"Apa dia yang menjadi alasanmu menolakku, Raf?"
...***...
...Happy reading 🥰 🥰 🥰 ...
emang klu perempuan sama laki dekatan lngsung dibilang ada hubungan..Nethink aja nih
satu keluarga nih dicobain semuaa
wahh siapa bilang yaya cuma pekeejaa...