Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 6
Ponsel Mina berbunyi sore itu, dan dia langsung mengangkatnya ketika mengetahui bahwa yang menelepon
adalah mamanya,
"Sayang," mamanya langsung berbicara seperti kebiasaannya,
"Ada yang pengen mama bilang."
"Bilang apa ma?" dahi Mina mengernyit bingung. Mamanya jarang sekali menelpon kalau ada yang ingin dia bilang. Biasanya wanita tua itu akan bicara langsung kalau mereka ketemu di rumah.
"Kakak kamu Iren minta kamu tinggal di rumah suaminya. Katanya biar kamu nggak jauh bolak-balik magang di perusahaan kakak ipar kamu." sang mama setengah berbisik, mungkin ada bareng temannya. Mina yang mendengarnya jelas kaget.
"Nggak ma, Mina nggak mau. Lagian Mina bisa kok dianterin sama sopir." tolaknya langsung. Yang paling dia takutkan adalah kejadian waktu itu akan terulang lagi kalau dirinya tinggal bareng kakaknya dan sang kakak ipar. Apalagi Foster memiliki semacam kekuatan yang sanggup membuatnya tak berkutik. Mina yakin dirinya tidak sanggup menolak kakak iparnya yang seolah memiliki kekuatan magis untuk membuatnya tak bisa menolak segala keinginan gila pria itu.
"Nggak boleh nolak sayang. Lagian mama udah iyain, nanti malam kakak sama kakak ipar kamu bakalan jemput kamu. Kamu siap-siap ya."
"APA?" seru Mina panik. Namun sebelum dia bicara lagi, pembicaraan itu terputus. Mamanya menutup telpon.
Mina mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia kesal pada mamanya. Kalau memang sudah membuat keputusan sepihak, kenapa masih meminta persetujuannya? Gadis itu tidak berhenti-berhenti memaki dan merutuki segala kesialan yang menimpanya beberapa hari ini.
Malam harinya, dia mendengar suara kakaknya memasuki kamarnya. Mina belum bersiap-siap sama sekali. Karena dirinya mati-matian tidak mau tinggal dengan sang kakak. Ia harus menghindari bahaya. Ya, suami kakaknya adalah bahaya terbesar untuknya. Bahaya yang berpotensi membuatnya mengkhianati kakak kandungnya sendiri.
"Dek, kok masih tidur-tiduran?" suara Iren mendominasi kamar bercat biru laut itu. Mina mendengarnya, tapi terlalu malas untuk menyahut. Karena ia tahu apa maksud kedatangan sang kakak.
"Mina, ayo bangun. Mama udah bilang sama kamu kan? Mulai hari ini kamu tinggal bareng kakak." ujar Iren yang telah duduk di pinggir kasur Mina. Ia terus membangunkan sang adik. Dengan terpaksa Mina membuka matanya.
"Aku tinggal di sini aja kak. Aku nggak mau gangguin kak Iren sama suami kakak," kata Mina menatap kakaknya.
Iren tersenyum.
"Kamu nggak ganggu kok. Pleasee, mau yah tinggal sama kakak?" bujuk Iren.
"Tapi ...
"Iren," suara itu berasal dari depan pintu kamar Mina. Mina kenal sekali siapa pemilik suara tersebut. Jantungnya langsung berdegup kencang. Itu adalah Foster, kakak iparnya.
Mereka sama-sama menatap Foster yang kini berjalan ke arah mereka dengan gaya angkuhnya yang khas.
"Kenapa ke sini? Sudah kubilang tunggu diluar." ujar Iren menatap tajam Foster. Padahal keduanya sedang berakting. Ia sendiri yang bilang Foster harus masuk ke kamar adiknya untuk membuat sang adik setuju tinggal dengan mereka. Pakai cara pria itu tentu saja.
"Ada yang menelponmu dari kantor." kata Foster menyodorkan ponsel milik Iren. Itu juga sudah mereka rencanakan bersama agar Foster bisa menggunakan kesempatan berduaan saja dengan Mina dan mulai menjalankan rencana mereka. Mina berdiri dan meraih ponsel miliknya dari tangan Foster.
"Kau temani Mina sebentar." katanya sebelum keluar.
Jelas Mina makin panik melihat sang kakak keluar. Apalagi ini? Astaga. Dia tinggalkan berdua saja dengan kakak iparnya yang meresahkan ini.
"Kenapa, takut padaku hm?" gumam Foster dengan alis naik turun dan seringaian di wajahnya. Mina mengatur nafas berusaha terlihat biasa saja. Ia tidak boleh kelihatan panik didepan kakak iparnya. Ia harus terlihat biasa saja. Tapi bagaimana ini? Rasa gugupnya malah makin menjadi.
"Tinggallah di rumahku," kata Foster kemudian. Pria itu melangkah lagi untuk duduk di tepi ranjang milik Mina. Mina yang melihat pria itu makin dekat secara refleks duduk dan mundur ke sudut kepala tempat tidur. Foster tergelak. Bagaimana dia tidak tergoda kalau gadis didepannya ini bertingkah polos seperti ini.
"Ng ... Nggak mau. A ... Aku tinggal di sini saja dengan mama." balas Mina sedikit terbata. Foster terus menatapnya. Tatapan yang begitu intens dan sanggup membuat seluruh bulu kuduk Mina berdiri. Meresahkan, sangat meresahkan. Foster adalah laki-laki pertama yang sanggup membuatnya kehilangan kekuatan untuk melawan.
"Kau yakin ingin menolak?" gumam pria itu. Ada nada peringatan di nada bicaranya. Pria bergerak makin dekat dan kini badan besarnya mengunci tubuh mungil Mina. Gadis itu tidak bisa bergerak bahkan lari.
Mereka saling bertukar tatapan. Minalah yang lebih dulu mengalihkan tatapannya dari Foster. Ia tidak sanggup menatap pria itu lama-lama. Tentu saja karena dirinya sangat gugup. Memang dibandingkan takut, Mina sebenarnya lebih gugup berhadapan langsung dengan laki-laki yang beberapa hari lalu membuatnya merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Sesuatu yang entah kenapa rasanya begitu nikmat hingga membuat Mina masih terngiang-ngiang kejadian itu sampai sekarang.
"Aku akan menceritakan kejadian beberapa hari lalu pada Iren, kalau kau masih mau menolak tinggal di rumahku." kali ini Foster berbisik pelan ditelinga Mina.
Mata Mina membulat besar. Kakak iparnya sengaja mau mengancamnya?Padahal bisa dibilang dirinyalah yang dilecehkan atas kejadian waktu itu. Kenapa jadi dirinya yang diancam? Tidak adil, sangat tidak adil.
"Jelas-jelas kak Foster yang ..."
"Apa?" Foster menatap Mina dengan seringaian di wajahnya. Ia tahu apa yang gadis itu maksud tapi tetap dengan sengaja mau menggodanya.
Mina sendiri langsung berhenti bicara. Ia tidak tahu bagaimana mau melanjutkan. Apalagi posisi kakak iparnya terlalu dekat, bahkan pria itu sama sekali terlihat tidak peduli dan takut kalau-kalau kak Iren datang dan memergoki mereka dalam keadaan begini. Jelaslah kakaknya pasti akan salah paham kalau melihat mereka.
"Kak F ... Foster, kakak terlalu dekat, aku nggak pengen kak Iren salah paham." ucap Mina mendorong pelan tubuh Foster yang mengungkungnya di kepala tempat tidur.
"Bilang dulu, kau mau tinggal di rumahku atau ..."
"Baiklah, baiklah. Aku akan tinggal di rumah kak Foster dan kak Iren." sahut Mina langsung. Mendengar hal itu Foster akhirnya melepaskan gadis tersebut dari kungkungannya. Pria itu tersenyum puas. Rencananya berhasil, ia tidak akan melepaskan Mina mulai sekarang. Ia harus membuat gadis itu tergila-gila padanya.
"Anak baik," ucapnya lalu tanpa ijin mengusap-usap rambut Mina. Hanya saja Mina tidak menyadari arti tatapan Foster padanya. Tapi Iren jelas tahu. Wanita itu mengintip dari balik pintu sejak tadi. Ketika melihat perlakuan Foster ke adiknya, Iren makin tercengang. Apa sebenarnya yang membuat pria itu menyukai adiknya?
lanjut
lanjut
lanjut
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣