NovelToon NovelToon
Sleep With Tuan CEO

Sleep With Tuan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / One Night Stand / Aliansi Pernikahan / Crazy Rich/Konglomerat / Idola sekolah
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: agen neptunus

Attention!! Lapak khusus dewasa!!
***
Vincent tanpa sengaja bertemu dengan Valeska di sebuah bar. Niat awalnya hanya untuk menyelamatkan Val yang diganggu laki-laki, namun akhirnya malah mereka melakukan 'one night stand'.
Dan ketika paginya, Vincent baru sadar kalau gadis yang dia ambil keperawanannya tadi malam adalah seorang siswi SMA!
***
Tolong bijak dalam memilih bacaan. Buat bocil gak usah ikut-ikutan baca ini, ntar lu jadi musang birahi!
Gak usah julid sama isi ceritanya, namanya juga imajinasi. Halu. Wajar saja kan? Mau kambing bertelor emas juga gapapa. :"D

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Makan Malam Mewah

“Sam, gue nggak mood buat becanda. Sumpah!” Keenan bilang sambil melengos, langsung naik ke motor.

Sam cuma tersenyum kecil. Ikut naik dan duduk di belakang Keenan. “Lo nggak takut gue suka sama Valeska?”

Keenan mulai ngerem motor, berakselerasi dengan kecepatan sedang. “Nggak takut.”

“Kenapa?”

“Karena itu mustahil,” jawab Keenan enteng. “Lo kan udah anggap Vals kayak adik lo sendiri. Lo udah kenal dia dari kecil banget, sejak dia masih SD.”

Sam cuma senyum dan angguk-angguk. Keenan yang melirik lewat spion langsung ketawa.

“Gue ngerti sih lo cemas Valeska mau ketemu cowok malam ini. Lo kan udah kayak kakaknya, jadi ngerasa bertanggung jawab buat jagain dia, kan?”

“Tumben lo pinter juga,” kata Sam sambil tertawa, dan Keenan ikut ketawa ngakak.

......................

Valeska berdiri di depan cermin, memandangi penampilannya. Sebagai gadis SMA yang nggak terlalu terkenal di sekolah, pakaian mahal dan mewah jelas nggak ada di lemari.

“Huh, tau gini mending pinjam baju dari Vidya,” gumamnya pelan.

Celana jeans dan kaos crop top plus jaket denim itu adalah pilihan paling kece yang dia punya. “Nggak papa kali ya pake ini ke restoran itu?” ujarnya ragu. “Ah, bodo amat lah. Di sana nanti mau makan, bukan fashion show!”

Dengan langkah penuh percaya diri meskipun dalam hati sedikit was-was, Valeska keluar dari rumah. Ia memutuskan untuk tetap pergi dengan penampilan yang dia rasa udah terbaik.

......................

Di sisi lain, Vincent sudah siap di apartemennya. Sambil senyum-senyum sendiri, dia memilih pakaian terbaik yang dia punya. Jam tangan mahal di pergelangan tangan, rambut sudah rapi, dia benar-benar mempersiapkan diri.

“Jangan sampai malam ini gagal, Vin. Lo harus bisa bikin Valeska masuk ke genggaman lo!” ujar Vincent seolah memberi perintah ke dirinya sendiri.

Setelah selesai, dia ambil kunci mobil dan langsung melesat ke parkiran. Harus lebih dulu sampai, biar dia bisa menyambut Valeska.

......................

Valeska akhirnya sampai juga di depan restoran mewah itu. Ia mengedarkan pandangan, melihat tamu-tamu lain yang datang dengan pakaian serba elegan dan mahal. Tiba-tiba rasa minder menyerang.

“Shit! Gue kok jadi minder gini sih?” keluhnya sambil tangannya menggenggam tali tas. Sepatu Converse yang dia pakai tidak mungkin bisa dibandingkan sama sepatu-sepatu hak tinggi yang dipakai para tamu.

“Balik aja kali ya?” pikirnya, ragu.

Namun tiba-tiba, seorang penjaga pintu restoran mendekat.

“Selamat malam, Nona. Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya dengan suara ramah, mengenakan jas hitam yang rapi.

“Eh—” Valeska gugup, bingung. “Anu ... saya mau makan malam di sini, saya diundang sama teman di restoran ini,” jawabnya terbata-bata.

Lelaki itu tersenyum. “Kalau begitu, izinkan saya antar. Anda sudah tahu akan bertemu di meja berapa?”

“Hah? Meja berapa ya?” Valeska memegangi tengkuknya, bingung.

Lelaki itu menunggu dengan sabar.

“Eh ... saya nggak tahu,” jawabnya malu-malu.

“Hmm ... begitu? Kalau begitu, bolehkah saya tahu nama teman Anda?” tanya penjaga itu lagi, tetap dengan nada sabar.

“Vincent,” jawab Valeska singkat.

Lelaki itu mengernyit. Atas nama Vincent memang ada di list reservasi, tapi Vincent yang dia kenal adalah Vincent Everleigh, sosok penting di kota ini. Sepertinya agak nggak masuk akal kalau orang sepenting itu mau bertemu dengan gadis yang pakaiannya seadanya begini.

“Boleh saya tahu nama lengkapnya?” tanya penjaga itu pelan, hati-hati.

“Duh... itu masalahnya. Saya nggak tahu nama lengkapnya. Saya cuma tahu dia namanya Vincent,” jawab Valeska jujur.

Lelaki itu menarik napas dalam, menggeleng pelan. “Maaf, Nona, sepertinya saya tidak bisa membantu Anda.”

“Hah? Kok gitu? Terus, saya harus gimana dong? Boleh nggak saya masuk aja, cari-cari di dalam, siapa tahu ketemu dia di meja mana?” tanya Valeska putus asa.

“Maaf, Nona. Anda harus tahu atas nama siapa meja itu dipesan,” tolak lelaki itu dengan sopan.

Valeska merasa panik, bingung harus ngapain.

Tiba-tiba suara dari belakangnya menyela. “Dia bersama saya.”

Valeska menoleh, dan penjaga itu juga menoleh.

“Ah, Tuan Vincent Everleigh,” ucap penjaga itu penuh hormat, membungkuk rendah.

Valeska terkejut, bingung dengan reaksi berlebihan dari penjaga itu.

Vincent Everleigh? Kenapa dia dihormatinya kayak gitu?

......................

Valeska duduk gelisah di meja VIP yang terasa terlalu besar untuknya. Matanya melirik ke sekitar ruangan mewah ini, mencoba menyembunyikan rasa canggung yang terus menggerogoti dirinya. Restoran ini saja sudah terasa mewah, apalagi meja yang dipesan ada di ruang privat seperti ini. Hidangan makanannya juga sangat banyak. Pasti butuh pengeluaran besar untuk sekali makan. Valeska merasakan jantungnya berdegup kencang.

Ini gimana kalau ntar disuruh bayar sendiri? Gue bawa uang dua ratus ribu doang! Aduh, stress! pikirnya sambil menatap setengah gelas teh hijau yang sudah tersentuh.

Sementara itu Vincent tampak santai, sibuk memanggang daging di atas panggangan meja. Daging yang tampaknya jauh lebih lezat dari apapun yang pernah Valeska makan. Valeska menghela napas, menyesap teh hijau yang rasanya tawar banget.

“Kenapa nggak dimakan?” tanya Vincent tanpa menoleh, suara santainya membuat Valeska sedikit terkejut.

“Hah?” Valeska terkesiap, akhirnya sadar kalau ia sudah terlalu lama hanya memandang makanannya. “Maaf,” ucapnya dengan nada pelan.

“Kok minta maaf? Lo bikin salah apa?” tanya Vincent heran, tanpa mengalihkan pandangannya dari daging yang sedang dipanggang.

Valeska gelagapan. “Nggak … maksudnya, maaf karena sudah bawa diri nggak sesuai tempat gitu. Pake baju kayak gini, terus tadi bikin malu di depan penjaga itu. Terus juga … tempat ini tuh terlalu mahal buat saya.”

Vincent mengangkat alis, masih tersenyum tanpa ada tanda-tanda serius. Dia mengangkat piring yang sudah diisi daging matang, kemudian menyerahkannya ke arah Valeska. “Makan yang banyak, ya.”

Valeska sedikit terkejut. "Eh, se-sebentar!" Ia menyela sebelum mengambil piring tersebut. “Sa-saya kesini cuma buat ngomongin apa yang kita bahas di telepon tadi. Katanya, ada yang mau dibicarakan?”

Vincent menatapnya, sejenak bingung. “Kenapa nggak makan dulu aja? Setelah itu baru kita ngobrol.”

“Tapi—” Valeska masih ragu.

Vincent menyipitkan mata, kebingungan melihat Valeska yang terus menolak. “Ada apa lagi, Valeska?” Suaranya begitu lembut.

“Saya tidak membawa uang banyak untuk bayar makan di tempat ini,” ucapnya malu-malu.

Vincent langsung merapatkan mulutnya, ia ingin terbahak detik ini juga. Benar-benar gadis di depannya sangat polos dan membuatnya gemas sendiri.

Valeska menghela napas, menatap uang yang ada di dalam tasnya. Dengan agak malu, dia mengeluarkan uang selembar seratus ribu dan selembar lima puluh ribu, ditambah beberapa lembar pecahan lima ribu dan dua ribu. “Saya cuma ada ini,” ucapnya pelan dengan rasa malu setengah mati.

“Hahahaha!” Vincent akhirnya tidak dapat menahan tawanya lagi. Dia tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya.

“Ke–kenapa ketawa?” tanya Valeska bingung.

Vincent tidak menjawab, dia terus tertawa, tak peduli dengan kebingungan Valeska.

Dengan senyum yang terus menghiasi wajahnya, Vincent mengelap matanya yang mulai basah karena tertawa. “Lo itu beda dari yang lain, Valeska. Bener-bener beda.”

...****************...

1
🌟
Gilakkk gak espect woiiii🙃
niee
awkwk besti jd ipar, siap² aja sii🤣
Anne Soraya
lanjut
🌟
Lahh sapa tuch yg datengg
Inay Febrie
prasaan kmarin cuma dianggep adek?🙄🙄
agen neptunus: cowok gitu yakan. giliran ada yg naksir ceweknya, baru deh sok panik.
total 1 replies
ulzzangcute
ᜊᜊᜊ
ulzzangcute
jgn sm megaaan
ulzzangcute
bego lo vid 🤣
ulzzangcute
hoooot
ulzzangcute
alurnya bagus
Nagittaa
🤣
Anne Soraya
lanjut
Inay Febrie
si anjiirrr🤣🤣 gue pun trkaget"🤣
agen neptunus: Heeeyy kamu ada disini juga ternyata 😭 makasih loh udh mau bacaaa
total 1 replies
diegodirga111
megan bipolar kayanya
diegodirga111
lanjut
diegodirga111
gw dukung lo trs thor 👍
Anne Soraya
lanjut
agen neptunus
thanks bnget buat yg udh bersedia mampir~♡ semoga kalian betah sampai epilog yaww ...
diegodirga111
suka sama tokohnya
diegodirga111
tulisannya rapi. prolognya oke 👌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!