NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 Hidupku Seperti Dongeng

Muha menanyakan keadaan adiknya kepada ibu dan ayah. "Ibu, ayah, beritahu aku. Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada Nuha?"

"Memangnya, Nuha kenapa Kak Muha?" Tanya Ibu langsung merasa cemas.

Mendengar kecemasan istrinya dan suasana mulai menjadi sedikit menegangkan, ayah menyuruh istrinya untuk menemui putri kesayangannya tersebut.

Kini pembicaraan hanya antara ayah dan anak laki-lakinya, "Apa ayah bermaksud menyembunyikan ini dari Ibu?" Tanya Muha.

"Sebentar Muha, ayah tak mengerti apa yang kamu maksud?" Tanya ayah pura-pura tidak tahu.

"Ini tentang Nuha, ayah. Apa ayah tidak memperhatikan keanehan yang terjadi padanya selama ini? Apa ayah tidak memperhatikannya?!" Tegas Muha. Matanya menatap tajam, mencoba menemukan jawaban di wajah Ayahnya.

"Bukan begitu.." Kata ayah sembari mengambil nafas tenang untuk bisa berbicara dengan kepala dingin. "Ayah selalu memperhatikannya. Tapi, apa maksudmu tentang keanehan Nuha?" Ayah masih tidak mau mengakuinya.

"Nuha yang selalu menyakiti hati orang lain, Nuha yang selalu sedih tidak bisa berteman dengan siapapun, Nuha yang merasa dirinya aneh, hingga Nuha bilang benci untuk dirinya sendiri, apa ayah tidak menyadarinya selama ini? Ayah! Dia bahkan sering mengalami hal-hal misterius yang tidak bisa kumengerti."

"Emm.." Ayah menjadi bungkam dibuatnya. Bayangan matanya meredup dan auranya memperlihatkan bahwa beliau enggan untuk mengungkapkan hal penting itu kepada putranya.

"Ayah!" Panggil Muha dengan lebih tegas. Muha mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi.

"Ayah!"

"Cukup, Muha. Pembicaraan kita cukup sampe disini. Bisakah kamu keluar dari ruangan ayah?" Pinta ayah dengan baik-baik.

Muha merasa patah hati karena Ayahnya yang tampak tidak mau membuka diri. Sebelum dia benar-benar keluar dari ruangan ayahnya, dia berkata, "Jika suatu hal buruk terjadi pada Nuha, maka ayahlah yang pertama akan aku salahkan." Pungkasnya.

Ayah sendiri, menahan getirnya perasaan bersalahnya. Tidak bisa dia ungkap, tidak bisa dia selesaikan tentang apa yang selama ini dia sembunyikan. Pandangannya kosong, merasa terjebak antara keinginan untuk melindungi keluarganya dan beban rahasia yang menghancurkan hatinya.

"Aku memang tidak bisa mematahkan kutukan itu, tapi aku bisa membuatkan cerita indah untuknya. Tentang persahabatan dan cinta, aku telah memberikan keajaiban itu kepada Nuha." Ungkap Mahesa di dalam kesunyiannya.

Sementara itu, malam hari di apartemen. Rui Naru menatap kosong ke arah plafon kamarnya. Dia kembali memikirkan Nuha.

Dia juga memikirkan dirinya sendiri. Menjadi pria dingin dan tidak memiliki pengalaman dalam pertemanan, bagaimana caranya untuk bisa mendekati Nuha.

Demi Nuha, dia bertekad untuk bisa menjadi pria yang lebih ramah dan peduli. Lebih peka dan humoris. Hanya untuk dirinya, gadis yang dia sukai. Tapi, bagaimana caranya? Apa yang harus dia mulai?

Meminta pendapat kepada teman pun tidak punya. Apalagi keluarga, Naru adalah anak yatim piatu. Hanya kakek yang bisa dia andalkan, tapi dia tak akan mungkin meminta pendapat kakeknya tentang perasaannya kepada Nuha.

Keesokan harinya. Atas permintaan Naomi, kakek memerintahkan Naru untuk menemani Naomi mendaftar di SMA Negeri Ini sebagai siswi kelas 12.

Sesampainya di sekolah, Naru membawa Naomi ke ruang kepala sekolah. Kepala sekolah pun sudah tahu maksud kedatangan Naru dan Naomi di ruangannya, karena sudah ditelepon oleh sekertaris kakek untuk menerima Naomi di sekolah tersebut.

Bel masuk pun berbunyi. Seorang wali kelas akan memperkenalkan Naomi di kelas 12D MIPA sebagai murid baru di sana. Sedangkan, Naru menemui guru matematikanya karena ingin meminta suatu pendapat.

Pak Hanif mengajak Naru ke kantin untuk membahas hal yang Naru minta. Sambil berbincang dan sambil sarapan pagi, begitulah kata beliau dengan senyum gigi putihnya.

Bagi Naru, hanya Pak Hanif yang bisa dia percayai dan Naru merasa sangat dekat dengan beliau. Pak Hanif pun sudah menganggap Naru sebagai keluarga sejak mereka bertemu. Karena, Naru sendiri anak yang sangat cerdas dan sangat pandai di bidang matematika. Naru sering memenangkan lomba dan mendapat banyak beasiswa dibawah bimbingannya.

Tanpa rasa canggung, Naru memberanikan diri dengan mengatakan bahwa dia sedang menyukai seseorang. Naru ingin meminta pendapat kepada beliau akan hal itu.

Pak Hanif mendengarkan dengan penuh perhatian. "Cinta memang selalu istimewa, Naru," kata Pak Hanif. "Tapi, yang terpenting adalah bagaimana kamu bisa bersikap jujur pada diri sendiri dan orang yang kamu sukai. Apakah dia tahu perasaanmu?"

Naru menggeleng. "Belum, Pak. Saya takut dia tidak merasakan hal yang sama."

Pak Hanif tersenyum bijak. "Ketakutan itu wajar. Namun, kamu tidak akan pernah tahu jawabannya jika tidak mencoba. Mungkin, yang terbaik adalah mengungkapkan perasaanmu dengan cara yang jujur dan tulus."

"Tapi, apa yang harus saya mulai? Apa saya harus langsung menyatakan perasaan ini?"

"Ahahaha.." sejenak beliau tertawa ramah. "Anak didikku yang sangat berprestasi ini akhirnya sedang kebingungan dalam hal cinta. Yaah.. memang tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia pasti akan merasakan jatuh cinta. Gadis itu, pasti sangat istimewa ya.."

"Emm.." Naru tersipu.

Lalu beliau memberi beberapa saran, "Gimana ya.. Cobalah untuk menunjukkan hal-hal kecil seperti sebuah perhatian atau bantuan apapun itu. Sedikit gangguan kecil gakpapa kan ya supaya kalian bisa lebih dekat dalam menjalin interaksi dan komunikasi. Yaah semoga dia suka kalo kamu sedikit menganggunya." Kata beliau dengan memberi isyarat dua tanda petik untuk kata yang terakhir.

"Apa dia mau aku gangguin." Sahut Naru dengan suara pelan karena merasa tidak percaya diri.

"Iya maksud bapak tidak digangguin beneran, maksudnya sedikit ditambah bumbu-bumbu romansa gitu. Sesuatu yang manis yang bikin hati gadis itu jadi suka."

"Sa- saya tidak mengerti." Naru merasa bingung dan malu karena benar-benar tidak mengerti. Pria pendiam dan tidak bisa mengolah kata-kata indah apakah bisa melakukannya, pikirnya.

"Kamu pasti akan mengerti. Akan ada hal-hal yang tidak seperti dirimu yang akan terjadi bila kamu benar-benar menyukainya."

"Tidak seperti diriku." Naru mencoba mencerna kata-kata itu dipikirannya.

Lalu, Pak Hanif mengalihkan pembicaraan. "Memangnya siapa gadis yang kamu suka? Dari kelas apa?"

"Eh?"

"Apa bapak tidak boleh tau?"

"Emm.. itu.." Naru sejenak menggaruk pipinya dengan jari telunjuk. Sambil memutar bola mata dia menjawab, "Dia, dari kelas 10 ju- jurusan Multimedia."

"Oh? Adik kelas? Pasti cinta pada pandangan pertama."

"Ba- bagaimana bapak tahu?"

"Sindrom cinta pada pandangan pertama mudah sekali membuatmu langsung jatuh cinta, ya. Beruntungnya gadis itu, mendapatkan cinta yang istimewa dari seseorang sepertimu, Naru. Tapi, kalo kamu tidak memiliki keteguhan di sana, cinta itu lama kelamaan akan menghilang seiring berjalannya waktu."

"Kenapa Bapak bicara seperti itu?"

Pak Hanif menatap Naru dengan penuh kebijaksanaan. "Karena cinta adalah perjalanan. Bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang usaha dan keberanian. Jika kamu ingin hubungan itu berkembang, kamu harus siap untuk berjuang dan berkorban."

Naru terdiam, merenungkan kata-kata Gingerman-nya. Ia tahu, jalan di depannya tidak akan mudah. Namun, ada semangat baru yang mulai tumbuh di hatinya. Ia harus mencoba lagi, harus berani mengungkapkan perasaannya. Hanya dengan begitu, ia bisa mengetahui apakah cintanya akan berbalas atau tidak.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!