Plakk
suara tamparan terdengar menggema di ruangan tersebut.
"Amelia"
"Diamm"
Teriak wanita dengan nama Amelia itu ketika melihat suaminya ingin membela adiknya.
"Ini urusan antara kakak dan adiknya, dan kau tidak berhak untuk ikut campur"
Amelia menunjuk wajah pria itu, menatapnya dengan dingin, tidak ada lagi tatapan cinta untuk suaminya seperti dulu, kini tatapan itu hanya memancarkan sakit, kecewa, dan benci yang menjadi satu.
"Kakak"
"Jangan panggil aku Kakk"
Amelia kembali berteriak dengan keras, wanita itu seolah kehilangan kendalinya.
"Kau ingat? dengan tangan ini aku membesarkanmu, membesarkan adikku dengan penuh cinta dan air mata"
Amelia menatap kedua tangannya dengan berkaca kaca.
"Tapi siapa sangka jika selama ini yang ku anggap adik ternyata seekor landak yang menusuk orang yang memeluknya"
Pandangannya kembali jatuh pada Liliana adiknya.
"Kau adik yang ku besarkan dengan segala perjuanganku, ternyata menusukku tanpa ampun"
"Kau bermain dengan suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu keluarga besar
Ke esok kan paginya Amelia bangun seperti biasa, Gadis itu membangunkan Liliana karna mereka akan bersiap siap untuk berangkat ke cafe, karna betulan hari ini adalah hari minggu.
Liliana tampak menggeliat pelan, Meski rasa kantuk masi menyerangnya namun gadis tetap berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri
Amelia beranjak dari tempat tidurnya, bergerak ke arah jendela menjatuhkan pandangannya ke arah luar.
"Noah, apa kau akan datang?"
"Apa aku harus percaya dengan janjimu di waktu itu?"
"Atau seharusnya aku melupakannya dan tidak mempercayai nya?"
Gumam Amelia yang menarik nafasnya pelan.
Tangannya terulur mengelus perutnya, kini usia kandungannya memasuki usia 3 bulan jika di hitung semenjak kejadian waktu itu.
Meski sedang hamil muda, di tengah banyaknya ibu hamil yang merasakan ngidam yang cukup merepotkan, dia tidak merasakannya, Tidak ada yang berbeda rasanya.
Setelah Liliana keluar dari kamar mandi, Kini giliran dirinya yang membersihkan diri.
Di cafe, Mama Riana telah kembali dari Prancis dia tampak melebarkan senyumnya ketika melihat Amelia masuk ke dalam cafe.
"Apa kabarmu sayang?"
Tanya Riana yang memeluk tubuh gadis itu dengan cukup erat.
Amelia tentu saja membalas pelukan itu.
"Aku baik tante"
Jawab gadis itu setelah pelukan terlepas.
"Bagaimana dengan kandunganmu? Apa semuanya baik baik saja? Sebaiknya jangan terlalu lelah, dan juga perhatikan pola makan mu"
Ucap Riana panjang lebar yang memberi wejangan pada gadis muda itu.
Reyhan telah menceritakan apa yang menimpa Amelia ketika dirinya tiba di Indonesia, dan di turut prihatin dengan keadaan gadis itu, bagaimanapun Amelia telah dia anggap sebagai putrinya sendiri.
"Semua baik baik saja tante, terima kasih perhatiannya"
Amelia berkata dengan tulus.
"Ahhh anak yang manis"
Riana tampak mencubit pelan pipi Amelia.
"Liliana bagaimana kabarmu?"
Tanyanya pada gadis kecil di belakang Amelia.
"Aku baik tante"
Jawab gadis itu dengan senyum di bibirnya yang kemudian segera pamit untuk ke belakang.
Dan beberapa jam telah berlalu, kini Amelia dan Liliana akan kembali ke kontrakan mereka. Reyhan tidak terlihat sejak tadi, hanya ada mama Riana di cafe.
Amelia menghela nafasnya kala melihat sekelilingnya, Tidak ada tanda tanda kedatangan Noah.
"Sepertinya aku yang terlalu bodoh mempercayainya"
Gumam Amelia dengan sendu
"Kakak ada apa?"
Tanya Liliana yang mengejutkannya.
"Ahh tidak apa apa"
Jawabnya dengan cepat.
Amelia kemudian naik di bagian belakang membiarkan Liliana mengayuh sepedanya dengan pelan.
Amelia tidak membuka mulutnya sejak tadi, dia hanya diam dalam perjalanan begitupun dengan Liliana, hingga tiba gadis itu memberhentikan sepedanya di depan supermarket.
"Kakak aku akan membeli sesuatu, aku tidak akan lama, tunggu aku di sini"
Ucap Liliana kemudian.
"Baiklah"
Setelah mendapat persetujuan kakaknya, Liliana bergerak masuk kedalam minimarket.
Amelia tampak memperhatikan sekelilingnya, hingga tanpa dia sadari seorang pria dengan pakaian hitam berjalan mendekatinya.
Ughhhhhh
Amelia membulatkan matanya ketika mulutnya di bekap, dia berusaha memberontak sekuat tenaganya, namun dalam beberapa detik kemudian pandangannya mulai meredup hingga dia jatuh tidak sadarkan diri.
Tidak ada yang tau apa yang terjadi pada Amelia, Hingga pada keesokan harinya.
Seorang gadis yang terlelap dari tidurnya perlahan mulai mengerjabkan matanya.
Satu hal yang dia lihat adalah, sebuah jendela kaca yang cukup besar terlihat di depannya, kemudian Amelia segera menyadari apa yang terjadi pada dirinya di malam kemarin membuat gadis itu seketika merasa cemas.
Terlebih saat melihat dirinya yang kini berada di tempat yang cukup asing baginya, Amelia mulai meneliti setiap isi kamar tersebut, namun telinganya menangkap sama samar terdengar suara langkah kaki mendekat membuat gadis itu semakin panik.
Amelia meraih apapun yang bisa dia pegang, hingga tangannya bergerak meraih sebuah pisau buah yang berada di nakas.
Drtttt
Dan pada saat pintu itu terbuka, Mata Amelia melotot lebar melihat siapa pria itu.
"Noah"
Ucapnya dengan geram.
Pria itu hanya terkekeh pelan ekspresi gadis di hadapannya.
Noah kemudian bergerak mendekati Amelia dengan membawa segelas susu di tangannya.
"Kau tau kau mengejutkanku, Tindakanmu ini benar benar membuatku takut"
Ucap Amelia dengan kesal.
"Maafkan aku, aku hanya ingin memberikanmu sebuah kejutan"
Ucap Noah dengan lembut.
"Minumlah"
Amelia meraih gelas tersebut, kemudian meminumnya secara perlahan hingga tandas.
"Bagaimana kabarmu dan kabarnya?"
Tanya Noah dengan tidak sabar, Dengan mata yang tertuju pada perut Amelia.
"Aku dan dia baik baik saja"
Jawab Amelia dengan mengelus lembut perutnya.
Beberapa saat yang lalu, saat pria itu baru saja mendarat dia segera menghubungi Liliana memintanya untuk menjalankan rencananya.
Bahkan semenjak pria itu di Canada, Liliana lah tempat dia menanyakan kabar Amelia dan bayi yang di kandungnya.
Dan pada saat itu, ada rasa bahagia di hati Noah, terasa begitu aneh dan menggelitik namun dia begitu menyukainya, bahkan sebelum tidur dia selalu membayangkan jika dia akan bermain dengan anaknya dari gadis yang dia sukai sejak lama.
Rasanya terlalu bahagia.
"Boleh aku menyentuhnya?"
Tanya Noah dengan ragu.
Amelia terdiam beberapa waktu, hal tersebut membuat Noah mengerti jika saat ini Amelia belum bisa menerima dirinya.
Namun tanpa mengucapkan apapun, Amelia meraih tangan Noah kemudian meletakkannya di perutnya.
Melihat itu membuat Noah mengembangkan senyum terbaiknya, dia benar benar merasa bahagia.
Amelia menatap wajah pria itu cukup lama, beberapa bulan mereka tidak bertemu, tidak ada yang berbeda, wajah Noah masih sama tampannya sejak dulu.
"Tidak ada yang bergerak"
Ucapnya setelah beberapa detik dia tidak merasakan pergerakan apapun.
Mendengar perkataan Noah membuat Amelia tergelak.
"Tentu saja dia tidak bergerak, Nanti di bulan ke empat baru kita bisa merasakannya"
Jelas Amelia.
Noah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia tidak tau apapun perihal kehamilan karna dia sendiri adalah anak tunggal.
"Aku tidak tau apapun"
Ucapnya yang membuat Amelia tertawa pelan.
"Amelia"
"Ya?"
"Bisa ikut denganku?"
Pinta Noah membuat Amelia mengerutkan keningnya.
"Kau akan tau nanti"
Amelia memicingkan matanya.
"Sepertinya kau penuh dengan kejutan hari ini"
Ucapnya membuat Noah terkekeh, namun Amelia tetap menerima uluran tangan Noah dengan perasaan berdebar.
Setelah keluar dari kamar Amelia baru menyadari jika rumah ini benar benar sangat besar dan mewah, beberapa kamar terlihat dari beberapa sisi.
Amelia ingin bertanya pada Noah, namun saat mereka berjalan menuju tangga tiba tiba menghentikan langkahnya kala melihat ada banyak orang di lantai bawah dan kini menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"No Noah"
Tiba tiba dirinya di landa rasa gugup yang luar biasa.
"Mereka adalah keluargaku dan ingin bertemu denganmu"
Ucap Noah yang seolah mengerti dengan apa yang ada di pikiran gadis itu.
Tiba tiba Amelia merasa tenggorokannya tercekat.