Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Setelah makan malam bersama, Anindya dan Arsen memutuskan untuk langsung kembali ke kamar masing-masing, mereka tak mau membuang tenaga untuk esok hari dalam mengurus pekerjaan.
Anindya baru saja selesai mengganti pakaiannya dengan sebuah lingerie, bukan karena ia mau mengenakannya namun karena ia tak punya baju selain lingerie itu yang dibelikan Arsen entah berapa.
Anindya naik ke atas ranjang, ia hendak mematikan lampu kamar namun terhenti saat pintu di ketuk. Anindya mengerutkan keningnya, ia melirik jam lalu turun.
Anindya mengintip dari celah kecil ditengah pintu dan melihat ternyata Arsen yang datang. Anindya membuka pintu kamarnya.
"Pak Arsen, ada apa?" tanya Anindya dengan hanya kepalanya yang terlihat.
Arsen mengerutkan keningnya. "Kenapa hanya kepalamu yang keluar begitu, kau sedang apa?" tanya Arsen balik.
"Eummm anu, Pak. Saya sudah ingin tidur," jawab Anindya terbata.
"Ya sudah baiklah, aku juga ingin tidur denganmu. Entahlah kenapa tiba-tiba aku ingin memeluk mu," ucap Arsen seraya mendorong pintu kemudian masuk.
Anindya melototkan matanya saat Arsen sudah menutup pintu kamar, ia hendak berlari namun kakinya tanpa sengaja menyandung karpet bulu yang menjadi alas.
Tubuh Anin hampir saja terjerembab ke lantai jika Arsen tak sigap meraih pinggangnya.
"Assa, apa kau tidak bisa berhati-hati?" tanya Arsen dengan posisi masih memeluk tubuh Anindya.
"M-maaf, Pak." Jawab Anindya pelan.
Arsen menghela nafas, ia bukannya melepaskan pelukan nya justru malah semakin erat, tangannya yang satu ia lingkarkan di tulang selangka wanita itu dengan hidung yang menghirup dalam aroma memabukkan dari tubuh Anin.
"Pak, sudah malam." Ucap Anindya berusaha mengatur nafasnya.
"Assa, kenapa kau wangi sekali." Bukannya membalas ucapan Anin, Arsen malah memuji wanita itu.
Entah sengaja atau tidak tangan Arsen mengusap perut Anin yang mana semakin membuat tubuh wanita itu berdesir. Anin memejamkan matanya menikmati usapan lembut tangan Arsen, usapan yang mungkin sudah sangat diinginkan oleh bayi dalam kandungan nya.
Anindya mengigit bibirnya, ia membalik badan lalu memeluk Arsen secara tiba-tiba. Ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Arsen dengan suara isakan kecil dari bibirnya, anggaplah ia terharu akan perlakuan Arsen pada bayi dalam kandungan nya itu.
Sementara Arsen yang mendapat perlakuan aneh hanya bisa membalas pelukan wanitanya, ia mengusap lembut punggung Anindya dan mencium kening wanita dalam pelukannya dengan hangat.
"Sudah malam, ayo tidur!" ajak Arsen lalu menggendong Anindya ala bridal style tanpa menunggu jawaban Anin.
Arsen merebahkan tubuh Anindya perlahan ke ranjang, ia menyelimuti tubuh wanita itu sampai batas perut lalu ikut berbaring di sebelahnya.
"Akhir-akhir aku merasa ada yang aneh pada dirimu, Assa." Celetuk Arsen membuat Anindya kesulitan bernafas.
"Maksud anda?" tanya Anindya tak mengerti.
"Kau seakan ingin selalu dekat denganku." Jawab Arsen diakhiri tawa yang keras.
Anindya melototkan matanya, ia menarik bantal dibawah kepalanya lalu memukuli Arsen yang telah bicara asal-asalan. Sudah jelas Arsen yang mendatangi kamarnya, tetapi justru dirinya yang disalahkan.
"Hahahaha, ampun … Assa, aku hanya bercanda!!!" tukas Arsen dengan kedua tangan yang berusaha melindungi tubuhnya.
Anindya menghentikan aksi pukul Arsen, ia menekuk wajahnya. "Anda yang datang kemari dan justru menyalahkan saya, sudah melempar batu malah sembunyi tangan!" gerutu Anindya kembali berbaring dengan posisi membelakangi Arsen.
Arsen tersenyum simpul, ia mendekati Anin lalu memeluk tubuh mungil itu dengan erat. Tangan Arsen kembali mengusap perut Anindya dengan seduktif dan bibir yang tak henti menciumi bahu Anindya yang terbuka.
"Kau makan banyak ya akhir-akhir ini sampai perut mu lebih besar." Ucap Arsen tepat di telinga Anindya saat merasakan Anin lebih gemuk.
Jantung Anindya terasa seperti sedang maraton, ia memilih untuk pura-pura tidur daripada menjawab pertanyaan Arsen yang akan membahayakan dirinya juga.
"Kau sudah tidur ya? Baiklah, selamat malam Sayang." Ungkap Arsen lalu mencium kening Anindya dengan dalam.
Arsen semakin mendekap tubuh Anindya dengan erat, matanya mulai terpejam dengan kantuk yang mulai menyerang, Arsen tertidur begitu pulas jika bersama Anindya. Ada kehangatan tersendiri yang ia dapatkan dari tubuh wanita mungil yang menjadi tawanan nya.
ARSEN NGOMONG MULU IHH🤣🤣
To be continued