Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Mengeluarkan Unek-unek
Malam hari setibanya Manda di Jakarta, ia harus direpotkan dengan mengurus Gani yang kakinya sedang sakit.
"Kalau jalan itu hati-hati dong, Mas. Kenapa bisa sampai jatuh begini?" sungut Manda seraya tangannya sedang memegang kain waslap yang baru saja ia celupkan ke dalam air hangat untuk mengompres kaki Gani yang bengkak.
"Maafin aku, Honey. Aku mendadak kangen kamu. Jadi enggak fokus jalan di kamar mandinya. Biasanya kan ke kamar mandi sama-sama kamu terus kita mandi bareng," jawab Gani dengan suara lirih namun terdengar manja.
"Jangan ngeles bilang kangen segala. Dua hari sebelum aku ke Magelang, Mas kan enggak tidur di sini tapi sama istri tuamu. Pasti kamu lagi asyik kelonan sama dia!" dengus Manda.
Istri sah Gani yang bernama Sinta tinggal di Semarang bersama ketiga anaknya. Sedangkan Manda berada di Jakarta.
"Kamu kan tahu aku ke sana karena putri sulungku ulang tahun. Jadinya aku harus datang ke rumah buat merayakan. Acaranya sampai malam sama keluarga besar. Ada keluarga yang menginap juga di rumah. Jadinya enggak mungkin aku kembali ke Jakarta langsung. Padahal si adek sudah tegang banget pengin disayang kamu," jawab Gani yang memberi kode dengan mata genit pada anacondanya yang ada di bawah perutnya.
"Kan ada istrimu juga di rumah itu. Minta saja dia buat kelonin anacondamu!"
"Enggak enak. Punya dia sudah kendor semua. Terus gaya main dia juga pasif sejak dulu. Aku bosan. Lebih legit punya kamu, Honey."
"Halah, alesan! Mas enak bisa keluar. Tapi aku, enggak keluar terus. Pusing Mas!"
"Coba dulu lagi, Honey. Siapa tahu kamu bisa keluar. Bagaimana kalau sekarang?" tawar Gani dengan mengerlingkan matanya seraya tangannya menjawil dagu Manda yang tengah duduk posisi menyamping di sebelahnya sambil mengompres kakinya.
"Kaki Mas ini lagi sakit. Noh lihat bengkak. Masih aja minta begituan! Pas sehat saja aku enggak bisa keluar. Gimana main dalam kondisi sakit begini? Bisa-bisa Mas enak tapi aku yang nyut-nyutan,"
"Yang lalu aku kan lagi capek, Honey. Kamu kan tahu jadwal pekerjaanku waktu itu cukup padat dan habis dari luar kota juga. Tapi kamu maksa terus buat tetap dilayani di atas ranjang. Ya karena aku cinta sama kamu, aku paksain nyenengin kamu. Jadi hasilnya enggak maksimal waktu itu," jawab Gani.
"Asal tahu saja performa Mas di atas ranjang akhir-akhir ini tuh payah. Bukan hanya pas terakhir kita main. Makanya kurangi merokoknya. Kalau diajak pesta sama kolega atau teman-teman Mas, jangan minum alkohol. Minum air putih. Inget umur Mas. Biar bisa joss kayak dulu. Masa aku gantung terus saat kita bercinta. Aku bukan cuma butuh uang Mas, tapi juga disenengin di atas kasur."
Gani berusaha sabar menghadapi protes dari Manda. Dihina oleh istri mudanya dengan sebutan payah di atas ranjang, umur yang sudah tua dan sebagainya. Padahal di kota lain ada wanita tak berdosa yang selama berpuluh tahun setia dan tak pernah berkata kasar terhadapnya. Wanita yang menjadi istri pertamanya tersebut juga telah memberikan tiga orang buah hati. Justru dirinya tergiur dengan kenikmatan terlarang yakni berselingkuh dengan wanita lain yang notabene istri dari anak buahnya sendiri.
Manda terus bersungut-sungut luar biasa kesal untuk mengeluarkan unek-uneknya yang beberapa waktu terakhir ini ia pendam sendiri. Seakan kini saatnya bendungan itu sudah tak kuat lagi menahannya. Sebab, kebutuhan ragawinya kini sering tak terpuaskan.
Manda yang usianya jauh lebih muda dari Gani, tentu masih menggebu-gebu untuk urusan ranjang. Bahkan konon katanya wanita dewasa di usia kepala empat lebih masih dalam mode pu*ber kedua. Tentu masih ganas-ganasnya di atas ranjang. Sedangkan Gani yang mendekati waktu pensiun sebagai abdi negara, pastinya usianya jauh lebih tua daripada Seno dan Manda. Vitalitasnya mulai menurun. Sehingga tak mampu mengimbangi hasrat Manda yang menggebu-gebu. Bahkan laki-laki ini pernah meminum jamu kuat, namun hasilnya tetap nihil. Manda belum juga terpuaskan.
Gani memijat kepalanya yang berdenyut dan mendadak pusing mendengar omelan Manda.
"Oke, Honey. Maafkan aku. Lebih baik sekarang kita coba bercinta lagi. Nanti kalau misal Honey merasa belum puas, aku beri dengan cara yang lain,"
Manda seketika mendelik tajam pada Gani dan menghentikan kompresannya.
"Maksudnya cara lain seperti yang Mas lakukan tempo hari?"
"Iya, Honey. Nanti Mas coba semaksimal mungkin. Mas yakin malam ini kamu akan keluar dan puas,"
"Enak saja!" Manda mendengus sebal.
"Yang penting kan kamu tetap bisa terpuaskan. Biar punyamu juga keluar jadi enggak pusing terus. Walaupun caranya berbeda. Kemarilah Honey, Sayangku, Cintaku." Gani terus merayu bahkan kini ia telah memeluk tubuh Manda dari belakang dalam kondisi duduk di atas ranjang mereka.
"Enggak mau! Aku enggak sudi pakai cara lain. Harusnya Mas bisa puasin aku dengan cara utama seperti dulu," ucap Manda seraya mencoba melepaskan pelukan Gani dari tubuhnya. Namun dekapan erat Gani tak mampu terlepas juga.
"Ayolah, Honey. Adek sudah berkedut-kedut tuh. Kangen kamu. Nanti aku belikan tas Kremes deh yang harganya tiga ratus juta itu. Katanya kamu mau beli tas itu buat datang ke acara arisan teman-temanmu," bisik Gani di telinga Manda seraya mencium-cium pipi serta leher Manda yang memang area tersebut cukup sensitif.
"Mas kan ma_sih sakit kakinya," ucap Manda mendadak suaranya berubah menjadi parau dan terbata-bata. Ia tengah menahan hasrat yang mendadak muncul akibat sentuhan dari Gani.
"Kakinya sakit tapi adeknya sehat dan per*kasa. Nanti kamu di atas ya, Honey. Kalau kakiku sudah lebih baik, nanti Mas gempur kamu dari atas sama gaya kita yang lain." Gani terus berbisik mesra di telinga Manda. Bahkan saat ini tangannya sudah membuka resleting dress yang dipakai oleh Manda. Lalu menciumi punggung Manda.
Gani tentunya tahu spot-spot dalam tubuh Manda yang mampu menaikkan hasrat istri sirinya ini dalam sekejap. Alhasil umpan yang dilemparkan seakan kini telah masuk dan berhasil. Seketika ia menarik Manda untuk naik ke atas ranjang tanpa penolakan lagi. Lampu utama kamar sudah ia padamkan dan berganti redup temaram dari lampu tidur.
Malam panjang pun dimulai. Namun akhir puncak bercinta malam ini belum tahu seperti apa hasilnya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
bukan sukarela seperti yg km bilang
beneran apa bener teteh author
🤭🤭🤭
lo itu cuma mantan
buanglah mantan pada tempatnya
dasar racun sianida
💕💕👍👍
tampan se-kecamatan
🤣🤣🤣
🤦🤦🤦🤦
🤭🤭🤭🤭