Hidupku Seperti Dongeng
..."What we know is a drop, what we don't know is an ocean," --Isaac Newton--...
..."Apa yang kita ketahui hanyalah setetes, sedangkan apa yang tidak kita ketahui adalah lautan."...
...♡♡♡...
Di jalanan pagi yang ramai.
Sebuah mobil mewah dengan warna hitam enamel meluncur di jalanan kota. Melaju penuh sesak bersama kendaraan-kendaraan lain di jalan kota yang tengah bertransformasi menjadi metropolitan baru. Kota Surakarta.
~Ngooeeenggg~
Bak kereta istana yang megah dari zaman dahulu. Warna hitamnya memberi kesan elegan dan menawan.
Penulis pun berkisah,
Di zaman dongeng peri, hanya Ibu Peri yang mampu mengubah labu menjadi kendaraan ajaib yang tidak dimiliki oleh siapa pun. Kereta labu itu, mengantar seorang putri bernama Cinderella.
Berkat sihirnya, Cinderella menjadi putri yang anggun dan cantik, berbalut gaun yang mempesona. Kecantikan dan keanggunan Cinderella tidak ada tandingannya.
Kisah Cinderella adalah dongeng klasik yang tak lekang oleh waktu, menginspirasi banyak orang untuk bermimpi. Berharap kehidupan mereka akan berubah bak sihir yang indah.
"Kamu menceritakan kisah Cinderella, apa hidupku seperti dia, Kak Penulis?"
Sebuah pertanyaan memecah ditengah-tengah cerita. Percakapan pun dimulai.
"Menurutmu?"
"Yah, terserah."
"Hidupmu memang seperti Cinderella."
"Naif banget kalo hidup gue seperti Cinderella. Emang sih, keluarga gue toxic semua."
"Kau tidak bisa hidup bahagia sebab kedua sepupumu sering mengintimidasimu dan orang tua angkatmu tidak menyayangimu."
"Hm. Tapi, setidaknya gue bisa hidup bebas di sekolah. Dan juga di mobil ini..."
"Mau gak aku kasih keajaiban?"
"Emang ada?"
Mobil mewah dari Mercedes Benz itu berkilauan di
bawah sinar matahari pagi, memantulkan bayangan gedung-gedung tinggi di sekitaran.
Di dalamnya, dialah pemuda tampan yang baru saja mengeluhkan kehidupannya kepada Penulis. Duduk sambil menatap jalan yang penuh dengan lalu lalang kendaraan.
Pandangannya melamun karena melihat aktifitas yang selalu monoton dan membosankan.
Dia menghela nafas panjang, mencoba mengusir kehampaan yang terus menghantuinya. Baginya, kehidupan mewahnya tak banyak membuatnya bahagia.
"Haaah..." keluhnya.
"Tuan Rui, sebelum kita sampe di sekolah, Tuan harus menemui Tuan Kakek dulu. Sebagai pewaris perusahaan, Tuan harus selalu ingat posisi itu," kata sang sopir, yang sudah seperti sekretaris pribadi, menengok ke arahnya.
"Iya." Jawab pemuda itu malas, memotong kata-kata yang tak ingin didengar lagi.
Pada pagi yang sama, seorang gadis SMP sedang mengayuh sepeda kecilnya menuju sekolah. Penampilannya sangat sederhana, hanya memakai seragam putih-biru, sepatu warior dan rambut pendek yang dikuncir dua.
Dia memiliki wajah manis dan fotogenik. Matanya bagai galaksi yang berbinar penuh semangat. Setiap kayuhan seolah menggambarkan kebebasan dan harapan yang segar di pagi itu.
"Apa kabar Pagiiii?!!" Teriaknya.
Pemandangan yang tak biasa, membuat lamunan pemuda itu tersentak saat gadis itu berani 'lepas stang' dan menengadahkan wajahnya ke langit, seolah menyambut cahaya yang jatuh dari sana.
"Pagi ini ceraaah, membuat hidupku bahagiaaah!!" Gadis itu berteriak gembira, suaranya seperti melodi yang menyentuh hati pemuda itu, mengusik kehampaan yang selama ini ia rasakan.
~aaaaaaaaaaaa~
Sungguh menyentuh perasaan. Aura gadis itu membawa kehangatan yang sudah lama tidak dia rasakan. Sesederhana itu, kehadirannya sejenak menarik perhatiannya.
"Berhenti di depan gadis itu," perintah pemuda itu dengan nada tegas. Sang sopir menuruti, dan mobil hitam itu berhenti perlahan di depan gadis SMP tersebut.
Gadis itu terkejut, kebahagiaannya seketika dia ubah menjadi ekspresi datar, dingin, dan tak bersahabat. Ia mengatur wajahnya, seperti yang diajarkan oleh ayahnya, untuk menghadapi siapa pun yang mencoba mendekatinya.
Tapi, pemuda itu bingung, setelah gadis SMP itu menjadi diam, ternyata wajahnya sangat berbeda dari ekspresi yang baru saja dia lihat. "Kok langsung kicep?" Pemuda itu menyunggingkan senyumannya, penasaran.
Wajah yang menutup segala ekspresi yang ada di dalamnya sangat misterius. Matanya seperti galaksi yang menyimpan banyak misteri. Ada sesuatu yang tak akan mudah diungkapkan dengan kata-kata.
Sang pemuda turun dari mobil, matanya menatap gadis itu dengan penuh perhatian. Penampilannya membuat gadis itu sejenak terpana.
"Apa dia seorang Pangeran?" Pikir gadis itu.
Seorang pemuda tinggi, berpenampilan rapi, keluar dari mobil. Seragam SMAnya tampak sempurna. Kemeja putih bersih dengan dasi hitam yang tergantung rapi di lehernya, dan blazer yang menambah kesan elegan.
Rambutnya hitam pekat, sedikit berantakan namun tetap menawan, memberikan kesan kasual yang memikat. Matanya, tajam namun penuh ketenangan, langsung tertuju pada gadis yang berdiri terpaku menatapnya.
Wajah pemuda itu begitu sempurna, dengan rahang tegas dan senyuman tipis yang nyaris tidak terlihat.
"Tapi, aku harus terlihat membosankan supaya dia segera pergi," batin gadis itu mencoba untuk tetap tampak tak tertarik.
Hatinya berdebar berirama dengan kedua matanya saat Pemuda itu berjalan mendekat. Pemuda itu mengulurkan tangan. Sorot matanya begitu teduh. Dia memperkenalkan dirinya dengan lembut, "Aku Rui Naru. Siapa namamu?"
Gadis itu masih terpaku. Meski hatinya terus berdegup, dia tetap memilih menutup semua ekspresi di wajahnya, memberi tanda bahwa dia tidak tertarik dengan perkenalan yang diberikan pemuda tampan tersebut.
Rui mengernyit, merasa sedikit kecewa oleh dinginnya sikap gadis itu. "Oke, aku akan pergi. Tapi, beritahu dulu siapa namamu?"
Setelah jeda yang terasa abadi, gadis itu menjawab dengan suara yang nyaris tak terdengar, "Nuha. Namaku, Inara Nuha."
Gadis SMP itu tidak mau memberikan wajahnya lagi sampai akhirnya pemuda SMA itu sudah tidak terlihat.
"Tuan, kita harus cepat sebelum kakek Tuan marah besar." kata sopir mengingatkan waktu yang ada di pergelangan tangannya.
Sejenak timbul perasaan kecewa, gadis SMP itu menggigit bibirnya. "Ah, sudahlah."
Setelah pemuda itu pergi, sesuatu tergeletak di tanah. Benda yang lucu, mirip dengan kaki kucing. "Apa dia menjatuhkannya?" pikirnya.
Seperti Cinderella yang kehilangan sepatu kacanya, Nuha kini memegang benda yang mungkin bisa menjadi awal dari sesuatu yang baru dan tak terduga dalam hidupnya.
Inara Nuha, gadis SMP kelas tiga yang baru selesai menjalani ujian akhir nasional, sebentar lagi akan menjadi pelajar SMA seperti pemuda yang baru saja dijumpainya.
Meskipun ia telah mencoba tampil membosankan, Nuha tidak bisa menahan perasaan yang muncul saat melihat pemuda itu.
Nuha terpana akan penampilan pemuda tersebut. Penampilan yang dia dambakan karena sebentar lagi dia juga akan menjadi pelajar SMA. Menjadi seorang gadis SMA yang bisa bahagia dan menjalani kehidupan dengan menyenangkan.
"Moga-moga, aku masih bisa ketemu dengannya. Tapi, sepertinya aku telah memberikan kesan yang gak menarik dan membosankan. Dia pasti langsung melupakanku. Hff. Ya sudahlah. Karena itulah yang kumau," keluh Nuha seraya menatap kembali kepergiaannya.
Benda yang pemuda itu tinggalkan juga membuat perasaan Nuha menjadi gelisah. Seperti putri Cinderella yang kehilangan sepatu kacanya. Sang Pangeran yang menemukannya pun mencarinya dan mengembalikan lagi ke pemiliknya.
"Aku akan menjaganya dengan baik."
Nuha mengingat kisah yang pernah diceritakan ayahnya kepadanya ketika masih kecil. Cinderella. "Ayah, aku melihat Cinderella. Tapi, dia seorang cowok," bisik Nuha dalam hati, sambil tersenyum kecil mengingat dongeng masa kecilnya itu.
Namun, jika Nuha mengharapkan ingin bisa bertemu lagi, maka sesuatu yang berbeda akan mulai terjadi. Seperti apa dilema yang akan Nuha hadapi? Lanjut lagi yuk :')
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments