Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tidak akur
Gladis memijit pelipisnya yang berdenyut, ia menatap Sandra dan juga Crhistian secara bergantian, kemudian ia tersenyum penuh arti.
"Sepertinya kalian berjodoh," ucapnya dengan santai.
Sontak saja Sandra dan juga Crhistian langsung terkejut mendengar ucapannya barusan. Keduanya bergidik ngeri, saling melemparkan tatapan tidak suka.
"Tidak mungkin!"
"Tidak mungkin!"
Ucap keduanya berbarengan membuat Gladis tertawa. Setidaknya hatinya sedikit terobati dengan dua mahluk itu.
"Aku pergi dulu. Lama-lama berada di sini, tubuhku menjadi panas. Sepertinya ada setan yang sengaja.... " Sebelum Crhistian menyelesaikan ucapannya, dengan cepat Sandra memotongnya sambil memberikan pukulan pada perut Crhistian.
"Kau setannya. Cepetan pergi sana."
"Dasar gadis bermulut tajam," kesal Crhistian sambil menatap Sandra dengan tajam. Lalu beralih pada Gladis, dan memberikan senyuman pada wanita yang di gilai oleh temannya itu. "Aku pergi dulu, Dis. Sampai ketemu lagi." Pamitnya yang hanya di angguki kepala oleh Gladis.
Crhistian lantas menoleh ke arah Sandra, ia mendengus, kemudian ia berkata. "Semoga kita tidak bertemu lagi, nona Belanda." Imbuhnya, kemudian ia pun pergi sebelum Sandra menjawab ucapannya yang menyebalkan itu.
"Sungguh hari yang sial sekali. Bisa-bisanya kita di pertemukan dengan pria menyebalkan itu lagi. Bikin moodku rusak saja." Sandra menggerutu kesal. Ia pun lantas duduk kembali di tempatnya tadi. Gladis hanya menanggapinya dengan gelengan kepala. Dia sudah hapal betul dengan sikap sahabatnya satu ini. Toh mereka memang dari dulu tidak pernah akur. Jadi, Gladis sudah tidak heran lagi.
***
Perusahaan Pradipta.
"Pak Darren. Nona Bella ingin bertemu dengan Anda." Iris memberitahu Darren tentang kedatangan Bella yang mendadak. Darren yang saat ini sedang sibuk memeriksa beberapa berkas yang tadi di bawa Iris, langsung menghentikan tangannya.
Menatap Iris dengan tatapan matanya yang dingin. "Suruh dia pulang. Bilang saja kalau aku sangat sibuk." Perintahnya dengan dingin. Lalu, ia pun kembali memeriksa berkas-berkas tadi.
"Baik Pak Darren. Kalau.... " Belum juga Iris selesai berbicara, seorang perempuan cantik sudah memasuki ruangan Darren dengan langkah kakinya yang anggun. Dia adalah Bella, tunangan Darren.
"Kau begitu sibuk, Darren. Sampai-sampai kamu melupakan tunanganmu sendiri. Aku merasa sakit hati," ucap Bella sambil berjalan menghampiri Darren.
Berdiri di depan meja kerja Darren, lalu menatap Iris dengan tidak suka, kemudian ia pun kembali menatap kepada pria yang selama ini telah menjadi tunangannya.
Darren terlihat kesal, ia pun memerintahkan Iris melalui tangannya. Iris yang mengerti langsung undur diri, ia pergi dengan membawa kekesalan yang luar biasa. Sedangkan Bella ia tersenyum, lalu duduk di atas kursi yang berada di hadapan meja kerja Darren.
"Untuk apa kau datang kemari?" tanya Darren tanpa basa basi. Menatap Bella dengan tatapan matanya yang selalu dingin tak tersentuh. Sangat jelas bahwa dirinya tidak menyukai perempuan cantik itu. Namun, perempuan cantik itu sama sekali tidak perduli. Toh dia adalah tunangannya yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Istri seorang Darren Putra Pradipta, pria tampan kaya raya, sekaligus pemilik perusahaan Pradipta.
"Tentu saja untuk menemui tunanganku. Bukankah sudah lama kita tidak bertemu sayang? Apakah kamu tidak merindukan aku?" Bella mengedipkan sebelah matanya genit, ia juga sedikit merendahkan duduknya, sengaja memperlihatkan dua gundukkan kembar besar miliknya kepada Darren.
"Pergilah, aku sedang sibuk," usir Darren dengan dingin. Ia sama sekali tidak mengindahkan ucapan Bella barusan. Ia terlalu malas untuk meladeni perempuan satu ini.
"Aku tidak akan pergi, Darren. Susah payah aku menemuimu di sini. Kamu malah mengusirku." Bella bersidekap di dada, menatap Darren dengan kesal. Tidak hanya tidak mengindahkan ucapannya tadi, Darren juga tergoda dengan kesempurnaan gunung kembar miliknya. Bahkan pria itu sama sekali tidak melirik ke arah gunung kembarnya yang besar itu. Sungguh menyebalkan sekali bukan?
"Pergi, aku tidak ingin mengulang perkataanku lagi!" seru Darren terdengar semakin dingin dan menakutkan. Namun, perempuan itu malah tersenyum, lalu berdiri dan melangkahkan kedua kakinya menghampiri Darren.
Mencondongkan tubuhnya di hadapan Darren berniat untuk menggodanya lagi. "Aku sangat merindukanmu, Darren. Temani aku jalan-jalan, ya. Setelah itu aku akan memberikan apa pun yang kamu inginkan." Bisik Bella sengaja menghembuskan nafasnya di dekat telinga Darren. Berharap Darren akan terangsang dan menerkamnya saat itu juga, sama seperti pria yang ia goda sebelum-sebelumnya.
Darren tersenyum sinis, ia lantas meraih tangan Bella yang hampir menyentuh dada bidang miliknya. Mencengkramnya dengan kuat, membuat gadis itu kesakitan. "Aku tidak tertarik dengan wanita sepertimu. Wanita yang selalu menjajahkan tubuhnya untuk di nikmati oleh banyak pria. Sungguh wanita murahan!" ucap Dareen penuh dengan penekanan.
Bella nampak marah, wajahnya sudah sangat marah, tangannya mengepal dengan kuat, ingin menghajar pria yang sudah menghinanya itu. Ya, meskipun ucapan pria itu benar, tetapi Bella tidak mau mengakuinya.
"Kau.... "
"Pergi, atau aku akan menyuruh satpam untuk mengusirmu!" Seru Darren sembari mendorong tubuh Bella, hingga membuat Bella terjatuh di atas lantai.
Gadis itu merasa terhina, merasa di rendahkan boleh tunangannya tersebut. Dengan amarah yang menggebu, gadis itu pun lantas bangkit, lalu menatap Darren dengan penuh amarah.
"Kamu sudah menghinaku, Darren! Aku akan mengadukan perbuatanmu kepada tante Saras," ucap gadis itu sebelum ia akhirnya pergi dari ruangan Darren dengan membawa amarah yang menggunung tinggi.
Darren hanya tersenyum sinis, ia pun kembali melakukan pekerjaannya yang tertunda gara-gara kedatangan Bella.
makasih Thor🙏💪