Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Selalu tentang Raka.
"Raka___"
Raka yang merasa disebut namanya langsung berdiri begitu melihat kehadiran Amel di ruang tamu. Setelah mengantarkan Viola pulang ke rumah, dia memang sengaja datang untuk menemui Amel.
"Hei Mel, sorry ganggu waktu Lo," ucap Raka.
"Iya gak apa-apa, gue juga lagi santai. Duduk Ka."
Raka kembali duduk, begitupun dengan Amel yang duduk di sofa yang berbeda.
"Vio pasti udah cerita tentang apa yang terjadi tadi siang," ucap Amel seolah tau akan maksud kedatangan Raka ke rumahnya.
"Dia sayang sama Lo. Dia cuma gak mau Lo kenapa-kenapa," jawab Raka.
"Iya gue tau Ka. Tapi gue juga punya privasi sendiri, lagian selama ini gue juga baik-baik saja dan menikmati apa yang gue lakuin ini."
"Gue ngerti Mel. Tapi lebih baik Lo ngomong baik-baik sama Vio, jangan buat dia merasa bersalah atas apa yang terjadi sekarang, lembutkan perasaannya," sahut Raka.
"Iya, gue akan coba ngomong sama dia nanti."
"Mungkin Vio pernah cerita sama Lo, tentang gue yang dulu suka ikut tawuran dan balapan. Saat itu yang gue rasain sama kayak Lo Mel, yaitu kesepian. Tapi setelah mengenal pak Rahmat dan keluarganya, gue paham, jika ada banyak cara untuk mengusir rasa kesepian itu tanpa kita harus kehilangan orang-orang yang kita sayang."
"Gak sih, Vio gak cerita. Memangnya apa yang terjadi sama Lo Ka?"
"Gue nabrak orang, hampir saja gue ngilangin nyawa orang waktu itu."
Amel merasa sangat terkejut mendengarnya, dia pikir Raka hanya anak rumahan yang tidak pernah neko-neko.
"Sorry gue gak tau masalah ini."
Raka meneruskan kembali ceritanya, "Untung orang yang gue tabrak gak mengalami luka yang serius, tapi gue tetap dapat konsekuensinya, gua dihukum sama papa gue, hampir setahun lamanya gue terusir dari rumah gue sendiri. Dan gue gak pernah menyesali semua itu, dari semua itu gue dapat banyak pelajaran hidup Mel."
"Dan gue harap, Lo juga tau apa konsekuensi yang harus Lo terima atas tindakan Lo ini Mel. Apa yang terlihat baik sekarang, belum tentu nanti akan sama. Lo pasti paham maksud gue."
Amel hanya diam dan tidak menjawab, sejujurnya dia tau jika om Jack memang memiliki istri dan anak. Hubungannya bersama om Jack hanya sebatas ayah dan anak saja, tidak lebih. Om Jack memberinya perhatian seperti orang tua yang memperhatikan anaknya sendiri. Om Jack sudah menganggapnya seperti anak sendiri, dan Amel pikir tidak ada yang salah dengan itu semua.
"Kalau gitu gue pamit pulang dulu Mel, sekali lagi sorry udah ganggu waktu Lo."
Amel mengangguk dan mengantarkan Raka sampai ke teras rumahnya.
Amel menepuk pundak Raka. "By the way, thanks ya udah mau datang."
"Sama-sama Mel, gue pamit."
Raka menaiki kembali motornya dan melajukannya meninggalkan halaman rumah Amel. Setelah Raka pergi, Amel kembali ke kamarnya dan meraih foto dirinya bersama dengan Viola dan Dian.
"Gue bakal buktiin sama Lo Vi, kalau om Jack itu orang baik, gak seburuk yang kalian sangka," gumamnya.
_
_
_
"Yeeee gue lulus!"
Seragam putih abu-abu kini sudah penuh dengan coret-coretan. Hampir semua anak kelas XII sedang berkumpul di lapangan sekolah dan sedang berbahagia dengan kabar kelulusan mereka. Sejak kejadian hari itu, memang belum ada obrolan lagi antara Amel dan Viola. Viola sendiri selalu menghindar dari Amel, sehingga Amel harus menunggu waktu yang tepat untuk bicara dengan Viola tentang Om Jack.
"Ya Allah, Mak. Anakmu lulus." Denis tak kuasa menahan genangan air matanya.
"Njirrrrr___ seriusan nangis Lo Den?" Ledek Rama melihat wajah Denis banjir oleh air mata. Baru kali ini dia melihat teman konyolnya itu nangis kayak bayi yang gak dikasih susu.
"Rese Lo! Ya iyalah gue nangis. Ini tuh namanya air mata kebahagiaan tau." Denis mengusap air mata dan ingusnya. Bisa lulus aja dia udah bangga, soal nilai urusan belakangan.
"Bakal kangen banget gue pasti sama suasana sekolah disini," ujar Dian menatap haru suasana sekelilingnya.
"Wehhh, jangan bilang abis lulus Lo berniat mau nikah sama si Rama, ha_hahaaa___" tangis Denis kini berubah menjadi tawa.
"Enak aja, gak lah! Gue masih pengin nata masa depan gue dulu, gue pengen jadi anak yang bisa dibanggakan sama ortu gue, ya gak Yank?" Tanya Dian yang dijawab anggukan oleh Rama.
"Yoi, biarpun kita pacaran, bukan berarti kita mau buru-buru merid. Tunggu sampai gue sukses dulu, baru gue lamar."
"Yahhhh___ nanti keburu basi, pacarannya sama si A nikahnya sama si B, biasanya kan gitu," ujar Denis.
Dian menabok lengan Denis, "Ih dasar temen gak ada akhlak, doainnya jelek banget sih! Bukannya doain biar kita berjodoh juga." sewotnya.
"Iya iya becanda kali Di." Denis terkekeh, suka banget emang dia kalau urusan ngeledekin teman-temannya.
"Eh ngomong-ngomong Vio mana nih? Kok gak keliatan sih dia dari tadi?" Dian nampak celingak-celinguk. Bian yang sedari tadi diam pun ikut mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan mantan kekasihnya yang tidak kelihatan batang hidungnya.
"Eh iya ya, dia kan yang nilainya paling tinggi diantara kita-kita, bukannya traktir makan makan kabur duluan nih bocah," ujar Denis.
_
_
_
Dan disinilah sekarang Viola berada. Duduk seorang diri diantara rak-rak buku besar disekitarnya. Sebuah buku terbuka diatas meja seolah sedang dia baca, padahal pikirannya saat ini sedang tidak fokus. Mungkin besok dia tidak akan bisa lagi menginjakkan kakinya di perpustakaan sekolah.
Kelulusan yang disambut bahagia oleh anak-anak lain, tidak berlaku bagi Viola. Baginya, selain hari ulang tahun, hari kelulusan pun bisa menjadi hari keramat dalam hidupnya setelah mengenal Raka. Sekarang dia harus meninggalkan Raka-nya sendiri disekolah itu. Bagaimana jika nanti Raka berpaling darinya? Dia masih belum sanggup jika harus kehilangan.
Disetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Ingatan saat kemarin melihat Raka datang sebagai murid baru disekolah ini kembali terngiang di benaknya. Dalam setiap kesempatan dia selalu mencuri-curi pandang pada Raka, hingga hari itu dia mendapatkan hukuman untuk lari keliling lapangan sekolah. Dan disalah awal kedekatannya dengan Raka dimulai.
Viola membuka halaman terakhir buku yang sedang dia baca dan menuliskan sesuatu disana.
"Hidupku__ selalu tentang Raka. Dan hanya Raka. Viola❤️Raka."
...🌼🌼🌼...
mulai nakal ya Vio....
lanjutkan 😆😆😆😆
sama kita Vio....
Bian kamu dicariin adenya Revi tuh. 🤭
aq jarang online di NT 🙏