Ratu Gyeo Wol adalah ratu yang tidak pernah mendapat kasih sayang Yang Mulia Raja Hyeon. Mereka menikah karena politik. Raja Hyeon menikahi Ratu Gyeo karena mebutuhkan kekuatan militer dari panglima perang Kyung Sam yang tidak lain adalah kakak kandung sang ratu.
Selama menjadi ratu, Gyeo Wol tidak pernah disentuh oleh Hyeon. Hal tersebut tentu saja ia sembunyikan dari sang kakak karena dia tidak ingin membuat kakaknya khawatir.
Gyeo Wol pun memilih diam hingga sebuah peristiwa membuat dirinya bangkit dan melawan.
" Akan ku buat kau bertekuk lutut di hadapanku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 13. Ratu Yang Cerdas
Banjir di kawasan barat terus bertambah besar seiring dengan hujan yang semakin sering terjadi. Para rakyat di pengungsian mulai kehabisan bahan makanan. Namun pejabat setempat seakan acuh. Bupati wilayah Ding terlihat tidak melakukan apa-apa.
Ia tidak terlalu mempedulikan nasib para rakyatnya. Terlihat bupati tersebut tetap tinggal nyaman di rumahnya alih-alih melihat kondisi warga.
" Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus segera melapor kepada yang mulia."
Seorang pria yang tidak lain adalah tangan kanan Hyeon pun segera menuju ke kota untuk melapor mengenai kondisi terkini wilayah Ding.
Sung Won memacu kudanya dengan lebih cepat. Ia tidak boleh lambat. Menggunakan merpati pos juga bukan pilihan yang baik karena cuaca benar-benar tidak mendukung. Bahkan Sung Won berlari dalam hujan. Ia sedikit mengabaikan jalanan yang licin.
Iiiiiik
Kudanya meringik karena berkali kali tergelincir di tanah yang licin. Namun Sung Won tetap berusaha bangkit. Paling tidak saat matahari terbit dia sudah harus sampai di kota dan menemui yang mulia raja.
" Bertahanlah, sedikit lagi sampai."
Sung Won mengusap tubuh kudanya itu dengan lembut. Mereka sama-sama tahu bahwa tubuh mereka sudah berada dibatasnya. Pada akhirnya Sung Won jatuh pingsan di atas tubuh kuda miliknya.
Kuda tersebut masih berlari. Ia tahu persis kemana tujuannya. Pintu gerbang ibu kota sudah tampak. Dan ketika berada di sana kuda tersebut berhenti tepat di depan prajurit penjaga.
" Bukankah ini tuan Sung Won?"
" Ya, kau benar. Mari melapor."
Prajurit itu membawa Sung Won untuk dipanggilkan tabib terlebih dahulu. Sedangkan yang lain langsung menuju ke istana untuk melapor kepada raja.
Hyeon tentu terkejut mendengar laporan dari penjaga gerbang ibu kota. Ia bersama Dae Jung langsung menuju ke tempat Sung Won berada.
" Ya dewa, mengapa keadaanmu begini apa yang terjadi?"
Hyeon menatap iba melihat tubuh Sung Won yang dipenuhi luka. Begitu juga Dae Jung. Dae Jung dan Sung Won memiliki hubungan yang baik. Keduanya sama-sama tumbuh di sisi Hyeon. Sebenarnya mereka adalah teman dari kecil.
" Maaf yang mulia, ini bukan hasil dari serangan orang. Ini karena hamba terlalu ceroboh saat perjalanan kemari. Kabupaten Ding saat ini sedang mengalami banjir yang cukup parah. Namun bupati Ding mengacuhkan para warga. Saat ini warga mengalami kesulitan bahan makanan dan tentunya tempat tinggal."
Hyeon membuang nafasnya kasar. Ini merupakan masalah yang serius. Dari kemarin dia memikirkan jalan keluar untuk masalah ini namun belum kunjung terpecahkan.
"Kau sudah bekerja keras Sung Won. Terimakasih dan istirahatlah. Aku akan meminta Dae Jung untuk mengirim makanan ke kabupaten Ding. Kau pulihkan dulu kesehatanmu."
Sung Won mengangguk, ia bersyukur bisa menyampaikan hal tersebut kepada Hyeon. Sedangkan Dae Jung langsung melaksanakan perintah Hyeon untuk mengirim bahan makanan ke kadipaten Ding waktu ini juga. Meskipun matahari belum terbit namun Dae Jung secepatnya melaksanakan perintah Hyeon.
Hyeon berjalan kembali ke kediamannya. Ia terus memikirkan jalan keluar dari bencana banjir yang dialami kadipaten Ding tersebut.
" Yang mulia?"
" Ratu Gyeo Wool, apa yang kau lakukan pagi-pagi buta di sini?"
Tanpa sengaja Hyeon bertemu dengan Gyeo Wool di danau yang berada di taman istana. Gyeo Wool yang sudah terbangun sedari tadi memutuskan berjalan-jalan sendiri tanpa dayang dan kasim nya. Namun tanpa Gyeo Wool sadari Du Ho selalu mengawasi dan mengikuti kemana Gyeo Wool berada.
" Aaah itu, hamba sudah terbangun dan tidak bisa tidur kembali jadi hamba jalan-jalan. Lalu, yang mulia apa yang Anda lakukan juga pagi-pagi buta di sini."
Hyeon menceritakan apa yang baru saja terjadi. Ia juga menceritakan mengenai bencana banjir yang menimpa kabupaten Ding. Gyeo Wool mendengarkan dengan seksama. Sesekali Gyeo Wool mengangguk tanda ia paham dengan setiap apa yang disampaikan oleh Hyeon.
" Haaah, saat ini aku sungguh buntu. Jika aku tidak segera menemukan jalan keluar nya maka rakyat akan semakin menderita."
Gyeo Wool paham kegelisahan Hyeon. Dibalik sikapnya yang terkesan dingin dan memiliki banyak selir rupanya Hyeon adalah raja yang begitu memperhatikan rakyat. Pria mata keranjang menurut Gyeo Wool itu tampak berbeda saat membicarakan soal rakyat nya.
" Yang mulia, apa di kabupaten Ding memiliki sungai?"
" Ada, kenapa memang?"
Gyeo Wool tersenyum. Ia sedikit menemukan petunjuk untuk permasalahannya saat ini. Tanpa sadar Gyeo Wool menarik tangan Hyeon. Tentu saja Hyeon terkejut, namun ia membiarkan ratunya itu melakukan apa yang diinginkan.
Gyeo Wool membawa Hyeon ke ruang baca milik Hyeon, ia kemudian meminta Hyeon menunjukkan peta wilayah Ding. Meskipun Hyeon tidak tahu, akan tetapi ia menurut saja apa yang diinginkan oleh ratunya itu.
Setelah memberikan peta wilayah Ding, Gyeo Wool kemudian mengamati dengan seksama. Ia menemukan sesuatu hal di sana.
" Yang mulia apakah Anda tahu mengapa wilayah Ding ini selalu saja terkena banjir sedangkan wilayah lainnya tidak?"
Hyeon menggeleng, dari mana Gyeo Wool tahu jika setiap tahun wilayah Ding memang selalu terkena dampak banjir dari hujan yang terjadi.
" Karena kurangnya daerah resapan air. Di wilayah Ding lahan terbuka hijaunya sangat sedikit karena ulah penebang pohon liar sehingga ketika hujan terjadi maka air akan menggenang pemukiman warga. Ada sebuah cara yang bisa kita lakukan saat ini yakni membuat sistem pengairan dengan cara membuat selokan-selokan yang kemudian kita alirkan langsung ke sungai. Jangka panjangnya kita harus kembali menanam pohon agar air hujan bisa meresap ke tanah."
Hyeon tertegun dengan setiap kata yang keluar dari mulut Gyeo Wool. Tidak ia sangka ratunya itu begitu cerdas. Hyeon kemudian mengambil sebuah kertas lalu membuat beberapa coretan hingga membuat sebuah gambar. Gyeo Wool tampak melihat dnegan seksama. Senyum wanita itu kemudian mengembang saat melihat hasil gambar dari Hyeon.
" Aaah iya, ini yang aku maksud. Upsss maaf yang mulia hamba keceplosan."
Hyeon tersenyum simpul. Ia melihat sisi lain dari wanita yang menjadi ratunya itu.
" Terimakasih, hari ini aku akan langsung ke kabupaten Ding untuk membuatnya."
" Ehmm, apakah hamba boleh ikut yang mulia?"
Hyeon mengerutkan kedua alisnya. Ia sungguh tidak menyangka Gyeo Wool ingin ikut di daerah bencana tersebut. Pria itu sedikit was-was tentunya jika membawa sang ratu pergi bersamanya. Tapi melihat wajah Gyeo Wool yang penuh harap, tampaknya ia akan mengizinkan Gyeo Wool ikut.
" Baik kau boleh ikut."
Gyeo Wool bersorak senang. Namun mereka tidak sadar hika sedari tadi ada yang mendengarkan pembicaraan mereka dnegan tangan mengepal tanda marah.
" Aku tidak akan membiarkanmu pergi bersama yang mulia."
TBC