NovelToon NovelToon
Tomodachi To Ai : Our Story

Tomodachi To Ai : Our Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

Bukan aku tidak mencintainya. Tapi ini sebuah kisah kompleks yang terlanjut kusut. Aku dipaksa untuk meluruskannya kembali, tapi kurasa memotong bagian kusut itu lebih baik dan lebih cepat mengakhiri masalah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2

Mereka membangunkanku untuk pergi ke sekolah, dan aku langsung berlari untuk sarapan. Aku buru-buru mengisi mulutku karena rasa lapar ini hampir bikin aku mati.

"Kamu makan kayak hewan liar, Nak, coba makan yang bener dikit," kata ayah, menarik perhatianku.

"Isabel, sumpah, sikapmu itu bikin aku capek. Tolong, bisa gak kamu coba lebih sopan?" ujar ibu dengan nada sedikit kesal.

Di TV, mereka ngomongin tentang gadis yang hilang dari kontes. Mereka tunjukin fotonya, dia pakai gaun dan mahkota. Kontes yang sama dengan yang terakhir kali kamu ikuti.

Reporter bilang, terakhir kali gadis itu kelihatan hidup adalah di sekolah tempat dia belajar. Dia baru 12 tahun, sama kayak umur adikku.

Aku masih ingat waktu itu, foto gadis itu selalu muncul di TV setiap kali dinyalain. Wajahnya yang pertama kali muncul.

Bahkan, orangtuaku ikut bantu cari, pergi ke tempat-tempat kosong berharap bisa menemukan sesuatu, bahkan kalau itu cuma jenazahnya.

Hari demi hari berlalu, dan nggak ada kabar dari gadis kecil itu. Orangtuanya tampil di TV sambil menangis, memohon orang yang menculik anaknya buat balikin dia. Mereka yakin kalau anaknya masih hidup.

Kota jadi penuh dengan fotonya, dipasang di mana-mana, di pohon, di gerbang, di toko-toko, bahkan di supermarket. Nggak ada tempat yang nggak ditempel fotonya. Semua orang bisa lihat wajahnya.

Tapi, seolah-olah bumi udah menelannya.

Dari berita yang kami tonton, nggak ada saksi. Nggak ada yang tahu apakah dia keluar sekolah sendirian atau ada yang bawa dia pergi.

Sampai akhirnya suatu hari, berita bilang gadis kecil itu udah ditemukan meninggal. Tubuhnya telanjang, katanya dia dianiaya. Tapi, waktu itu umurku baru 6 tahun, aku nggak paham apa yang mereka maksud. Orangtuaku juga nggak jawab waktu aku tanya. Mereka cuma bilang, "Ada hal-hal yang nanti kamu akan tahu pas udah besar. Sekarang, mending main aja sama mainanmu."

Sore itu, rasanya seluruh kota datang buat menemani orangtua gadis kecil yang ditemukan tewas itu. Kami semua bawa lilin, dan aku bawa salah satu boneka beruangku. Aku pikir, di mana pun dia berada, dia masih butuh mainan. Lagian, aku punya banyak, jadi nggak ada salahnya berbagi.

Di depan rumah orangtuanya, banyak papan tanda dan lilin yang menyala, semua meminta polisi buat nangkep pelakunya. Banyak orang yang nangis, bahkan aku pun merasa kasihan sama mereka. Semuanya terasa sangat sedih, dan aku tinggalkan boneka beruangku di dekat fotonya.

Waktu kami di sana, aku ketemu beberapa temanku yang sering main ke rumah buat main kontes-kontesan. Salah satu dari mereka datang bareng kakaknya, Dereck. Dia sedikit lebih tua dari aku.

Hari-hari berlalu, dan nggak pernah ada tersangka. Hilangnya gadis kecil itu perlahan-lahan mulai dilupakan. Memang, berapa banyak orang yang hilang dan nggak pernah ditemukan?

Angin dan hujan sedikit demi sedikit menghapus ingatan tentangnya dari semua tempat yang dulunya ditempeli fotonya.

Setelah itu, semua orang melanjutkan hidup mereka. Aku juga nggak dengar kabar lagi tentang dia di berita.

Beberapa minggu kemudian, ulang tahun adikku yang ke-12 tiba. Aku selalu suka hari ulang tahun, terutama karena ada kue dan banyak makanan enak buat dimakan. Seru juga ngebledakin balon, masang dekorasi, dan bikin semuanya terlihat cantik serta penuh warna.

Selain itu, makin banyak anak-anak yang datang, dan kami juga bisa lari-larian di dalam rumah.

Hari itu, beberapa temanku datang, begitu juga Dereck. Dia duduk dengan serius di kursi. Karena nggak ada anak laki-laki lain, kami ajak dia buat main di kamarku seperti biasa—main kontes-kontesan.

"Aku udah bukan anak kecil lagi, aku nggak main boneka," kata Dereck sambil mengernyit.

"Kami lagi ngadain kontes kecantikan, kamu tahu kan, di kontes-kontes itu presenternya selalu cowok?" kataku mencoba membujuknya.

Setelah dipikir-pikir, Dereck akhirnya setuju. Dia jadi pembawa acara resmi kontes kami.

Setelah ulang tahun itu, Dereck lebih sering datang ke rumah. Selain jadi presenter, dia juga bisa berperan sebagai pengantin pria di permainan pernikahan, polisi yang melindungi para kontestan, bahkan jadi pemadam kebakaran yang akan menyelamatkan rumah boneka.

Kami senang main bareng Dereck. Seiring waktu, kami juga mulai sering main di rumahnya. Dia punya rumah pohon yang dibangun ayahnya, dan di sana, selain main kontes, kami juga suka cerita-cerita horor.

Dereck punya banyak cerita seru, dan kami selalu nggak sabar nungguin cerita barunya. Walaupun kadang bikin kami mimpi buruk di malam hari, tapi tetap menyenangkan.

Salah satu cerita horor yang paling menakutkan buat kami adalah tentang roh gadis yang terbunuh dan menghantui rumah-rumah. Konon, dia marah karena nggak bisa ikut kontes lagi setelah meninggal.

Karena takut, kami lama nggak main kontes itu lagi. Dereck malah tertawa lihat kami ketakutan.

"Itu cuma cerita, nggak beneran kok. Kalian percaya banget sih, dasar bodoh," kata Dereck sambil ketawa. Kami semua langsung nyerbu dia dengan tamparan kecil di tubuh dan kepala.

Itu ngajarin Dereck buat nggak cerita-cerita horor tentang gadis hilang lagi.

Dari waktu ke waktu, kami sering pergi ke supermarket dan kadang ketemu orangtua dari gadis yang meninggal itu.

Ibu selalu menyapa mereka, dan mereka selalu terlihat sangat sedih.

Aku ingat, pernah suatu kali aku kehilangan salah satu boneka favoritku, yang menurutku paling cantik. Aku nggak tahu kenapa, tapi aku nggak bisa nemuin boneka itu lagi. Aku sampai nangis waktu itu, dan orangtuaku bantu mencarikan. Aku sedih banget sampai ketiduran sambil menangis.

Waktu aku lihat orangtua dari gadis yang hilang itu, aku membayangkan mereka juga sering menangis, sama seperti aku saat kehilangan bonekaku. Tapi bedanya, putri mereka nyata, bukan boneka. Memikirkan itu bikin aku merasa sangat kasihan pada mereka.

1
Tara
psikopat😱😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!