Sulfi sangat bahagia ketika liburan sekolah akan tiba dan ia memutuskan untuk pulang ke rumah neneknya
Saat pulang sekolah ada sebuah mobil yang menyerempet Sulfi sampai kakinya tidak bisa untuk berjalan
Pengendara mobil itu langsung membawa Sulfi ke rumah sakit dan ia akan bertanggung jawab semuanya
Sulfi yang merasa jengkel meminta pengendara itu untuk menemaninya ke rumah nenek yang ada di Kota M
Dan tanpa Sulfi ketahui kalau pengendara itu ternyata Om dari kekasih Sulfi yang bernama Hatta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Disaat semua orang sudah terlelap tidur, Sulfi yang dari tadi belum bisa memejamkan matanya memutuskan untuk duduk di halaman depan rumah sambil memandang langit yang penuh dengan bintang.
Marshall membuka matanya dan melihat istrinya yang sudah tidak ada disampingnya dan ia bangkit dari tempat tidurnya untuk mencari keberadaan istrinya.
"Sayang, kenapa malam-malam ada disini? Ayo masuk" ajak Marshall saat melihat istrinya yang sedang duduk melamun.
"A-aku tidak bisa tidur, jadi aku duduk disini" jawab Sulfi sambil tersenyum tipis.
Marshall mengambil jaket dan kunci mobilnya, kemudian ia mengajak istrinya ke suatu tempat.
"Kita mau kemana Mas?" tanya Sulfi yang kebingungan karena Marshall memintanya untuk masuk ke dalam mobil.
Marshall tidak menjawab pertanyaan dari istrinya dan ia pun langsung melajukan mobilnya. Sulfi melihat jalanan yang sudah sepi dimana semua orang sudah tidur.
Tak lama kemudian, Marshall menghentikan mobilnya di depan warung lesehan. Marshall meminta istrinya untuk segera turun dari mobil.
"Mas akan pesan makanan dulu, kamu duduk disini" ucap Marshall yang langsung memesan beberapa nasi kucing dan dua teh hangat. Setelah memesan, ia pun langsung duduk dihadapan istrinya.
Marshall menggenggam tangan istrinya dan memintanya untuk bercerita kenapa ia tidak bisa tidur sampai jam 2 dini hari seperti ini.
"Aku rindu dengan Nenek Kedasih" jawab Sulfi dengan air mata yang mengalir. Ia masih tidak menyangka jika secepat itu nenek akan pergi meninggalkannya sendirian.
"Kamu nggak sendirian sayang, ada Mas sekarang yang menemani kamu" ucap Marshall sambil membelai rambut istrinya. Ia tahu kalau istrinya pasti masih sedih dan merasa kehilangan nenek yang sangat ia sayangi.
Disaat mereka sedang mengobrol tiba-tiba makanan yang mereka pesan telah tiba dan Marshall meminta istrinya untuk segera makan.
"Sayang, setelah kamu lulus ujian nanti. Mas mau mengajak kamu bulan madu, kamu mau bulan madu kemana?" tanya Marshall
Marshall meminta istrinya untuk menjawabnya nanti saja kalau sudah ada pandangan untuk pergi bulan madu kemana. Ia tidak mau memaksa istrinya untuk menjawabnya sekarang karena ia tahu kalau yang dipikirkan oleh istrinya sekarang banyak sekali. Mulai dari nenek Kedasih yang meninggal dunia sampai ujian yang akan diadakan beberapa bulan lagi.
Setelah selesai makan, Marshall mengajak istrinya untuk segera pulang.
"Sampai rumah nanti langsung pergi tidur" pinta Marshall yang tidak ingin jika Istrinya sakit.
Sulfi yang mengantuk akhirnya memejamkan matanya saat masih berada di dalam mobil. Marshall melepaskan jaketnya untuk menutupi tubuh istrinya yang sudah tertidur pulas. Ia pun kembali melajukan mobilnya menuju ke rumah.
Beberapa menit kemudian, Marshall mengehentikan mobilnya di depan rumah dan segera ia membopong tubuh istrinya yang sudah tertidur. Alan yang sengaja terbangun melihat Marshall yang sedang membopong tubuh istrinya.
"Apa yang terjadi? Apakah dia pingsan?" tanya Alan.
"Tidak, dia hanya tidur dan kamu tidurlah lagi" jawab Marshall yang langsung masuk ke dalam kamarnya.
Alan pun kembali masuk kedalam kamar untuk melanjutkan tidurnya.
Keesokan paginya dimana Marshall sudah terbangun dari tidurnya dan ia melihat istrinya yang masih tertidur pulas. Ia memutuskan untuk tidak menganggu istrinya yang baru bisa tidur jam dua pagi.
Marshall bangkit dari tempat tidurnya dan keluar kamar.
"Selamat pagi Tuan" sapa Alan yang sedang bersama Nila sambil menyiapkan sarapan.
Alan memberikan secangkir kopi hangat untuk Marshall.
Disaat akan menikmati kopi hangatnya, Marshall melihat Yanuar dan Dhea yang akan bersiap-siap untuk pulang ke kota S.
Marshall meminta mereka berdua untuk sarapan terlebih dahulu dan ia meminta Alan untuk membelikan beberapa oleh-oleh untuk Yanuar dan Dhea.
Alan mengajak Nila untuk mengantarkannya membeli oleh-oleh di pasar. Sambil menunggu mereka, Marshall mengajak ngobrol Yanuar yang sedang menikmati sarapannya.
Dhea dari tadi menoleh kesana kemari mencari keberadaan Sulfi.
"Dimana Sulfi? Kenapa dari tadi aku tidak melihatnya?" tanya Dhea.
Marshall mengatakan kalau istrinya masih tertidur pulas karena semalam ia tidak bisa tidur. Ia kembali mengajak ngobrol Yanuar tetang apa yang dilakukan oleh Yanuar setelah lulus sekolah.
Yanuar ingin melanjutkan sekolah diluar negeri untuk mengejar cita-citanya sebagai dokter.
Dhea merasa sedih ketika mendengar perkataan Yanuar yang ingin kuliah ke luar negeri.
"Andaikan saja kamu tahu kalau aku sangat mencintaimu, Yan" ucap Dhea yang tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada Yanuar.
Setelah selesai sarapan dan Alan juga sudah pulang dari pasar. Mereka berdua pun langsung berpamitan kepada Marshall dan Alan. Dhea dan Yanuar menitipkan salam untuk Sulfi yang masih tidur.
Marshall meminta mereka untuk berhati-hati dalam berkendara.
Mereka berdua melambaikan tangannya dan Yanuar langsung melajukan mobilnya menuju ke kota S.
"Ternyata ramah juga ya suami Sulfi" ucap Dhea.
Yanuar menganggukkan kepalanya dan ia tidak bicara sepatah katapun.
Dhea tidak tahu kenapa wajah Yanuar berubah secepat itu padahal tadi ia masih bisa tersenyum dan kadang tertawa terbahak-bahak.
Setelah Yanuar dan Dhea pulang, Marshall masuk ke dalam kamarnya untuk melihat apakah istrinya sudah bangun atau belum.
"Sayangku, pulas banget tidurnya"
"M-mas Marshall, selamat pagi" ucap Sulfi yang berusaha membuka matanya sambil memeluk tubuh suaminya yang hangat.
Marshall mencium kening istrinya dan mengatakan kalau sekarang sudah jam sembilan pagi.
Mendengar perkataan suaminya, Sulfi langsung bangkit dari tempat tidurnya.
"Sayang, kamu mau kemana. Tidurlah lagi" Marshall menarik tangan istrinya dan kembali ke atas tempat tidur.
"Mas, aku belum kepasar untuk membeli bahan untuk acara tahlilan nanti malam" jawab Sulfi.
Marshall mengatakan bahwa semuanya sudah disiapkan oleh Nila dan Alan. Sulfi langsung bisa bernafas lega ketika mendengar perkataan suaminya.
"Disini saja dulu, Mas ingin memeluk lebih lama" ucap Marshall yang kembali memeluk erat tubuh istrinya.
Sulfi memegang kening suaminya yang sedikit panas.
"Mas sakit?" tanya Sulfi.
Marshall langsung membisikkan sesuatu ke telinga istrinya dimana ia ingin melakukan ritual olahraga. Sudah beberapa hari ini, Marshall tidak mendapatkan jatah dari istrinya.
"Nanti malam saja ya Mas, nggak enak ada Alan dan Nila" ucap Sulfi yang sebenarnya tidak enak menolak ajakan suaminya tetapi mau bagaimana lagi karena diluar ada Nila dan Alan.
Marshall langsung menghela nafasnya dan menganggukkan kepalanya.
"Ayo kita keluar dari kamar saja, aku akan mengajak Alan keluar sebentar" ucap Marshall.
Sulfi melihat raut wajah suaminya yang kecewa karena ia tidak bisa melakukan ritual olahraga bersama dengan istrinya saat ini.
Mereka berdua keluar dari kamar dan Sulfi segera menuju ke dapur untuk membantu Nila yang sedang memotong ayam untuk ayam bakar nanti malam.
"Maaf, aku tadi tidak membantumu ke pasar" ucap Sulfi.
"Tidak apa-apa Mbak, saya tadi diantar sama Mas Alan" ujar Nila sambil tersenyum tipis.
Nila menghentikan memotong ayam dan mengatakan kepada Sulfi dimana Alan mengajaknya menikah setelah acara tujuh hari Nenek Kedasih selesai
Sulfi yang mendengar perkataan Nila langsung memeluk tubuhnya dan mengucapkan selamat kepada Nila.
"Mbak, tapi aku takut kalau Mas Alan nanti kecewa sama aku. Aku ini hanya seorang janda Mbak" ucap Nila.
"Nila, seorang Janda juga butuh kebahagiaan. bukalah pintu hati kamu untuk Mas Alan" ujar Sulfi.
Nila menganggukkan kepalanya dan ia kembali melanjutkan memotong ayam.