Bratt Wilson, pria berdarah Inggris-Indonesia yang sudah menginjak usia 35 th. Diusianya yang sudah matang, Bratt memilih untuk tidak menikah. Karena trauma melihat kehancuran rumah tangga orangtuanya, membuat Bratt menganggap pernikahan hanya lah tempat untuk menambah masalah hidup.
Meski tidak menikah, Bratt masih bisa menyalurkan hasratnya dengan memakai jasa wanita bayaran.
Hingga akhirnya Bratt bertemu dengan Alea Andara. Rasa ingin memiliki Alea sangat lah besar meski Bratt tahu kalau Alea sudah memiliki suami.
Apakah rasa ingin memiliki itu hanyalah sekedar obsesi Bratt atau karena memang Bratt telah jatuh cinta pada Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 : Mulai Terobsesi
Satu jam kemudian.
"Lea, ayo." Ajak Zhinta.
Sekarang sudah waktunya untuk pergi keruang rapat.
Alea pun beranjak dari meja kerjanya dan tak lupa membawa tablet yang berisi hasil design miliknya.
Zhinta dan Alea pun keluar dari ruangan mereka menuju ruang rapat.
Sesampainya di ruang rapat, Alea langsung menyambungkan tabletnya ke proyektor.
Setelah selesai mempersiapkan alat-alat, baru lah Alea duduk di tempatnya disebelah Zhinta.
Tak lama datanglah perwakilan dari devisi lima lainnya yang ada di Bratt Creative Digital, yang masing-masing devisi mengutus dua orang perwakilan untuk mengikuti rapat hari ini.
Setelah para karyawan perwakilan dari masing-masing devisi telah berkumpul di ruang rapat, lima menit kemudian Bratt dan Hesron, asisten Bratt masuk keruang rapat.
"Selamat siang." Sapa Bratt.
"Selamat siang, Tuan." Balas para karyawan yang sudah berkumpul diruang rapat.
"Baik lah, agar tidak membuang waktu yang berharga, mari kita langsung mulai rapat ini." Ucap Bratt sambil mendaratkan bokongnya di kursi.
"Silahkan bagian design grafis mempresentasikan di depan hasil karya kalian." Timpal Hesron.
Alea yang baru pertama kali mengikuti rapat dan baru pertama kali juga presentase di depan Presdir menarik nafasnya dalam-dalam lalu berdiri dari tempat duduknya.
Melihat Alea berdiri, Hesron mematikan lampu ruang rapat dengan tujuan agar gambar yang muncul di layar semakin jelas.
Alea pun mulai mempresentasikan hasil karyanya di depan Bratt dan para karyawan perwakilan dari lima devisi.
Sepanjang Alea presentase, Bratt gagal fokus dengan cara Alea presentase.
"Manis. Elegan. Seksi." Gumam Bratt dalam hati. Bukan hasil karya Alea yang Bratt perhatikan, Bratt malah fokus dengan sosok Alea.
Lima belas menit berlalu, Alea pun selesai presentasi.
Sekarang masuk lah dengan sesi tanya-jawab.
"Kira-kira ada yang mau ditanyakan?" Hesron membuka sesi tanya-jawab.
Sesi tanya-jawab pun dimulai.
Sama seperti saat Alea presentase, disesi tanya-jawab kali ini pun Bratt hanya memperhatikan cara Alea menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya. Fantasi liar tentang Alea pun mulai merasuki kepala Bratt.
"Tuan Bratt, bagaimana pendapat Anda tentang hasil karya Nona Alea?" Tanya Hesron. Suara Hesron pun berhasil membuyarkan fantasi liar Bratt.
"Hah! Kenapa?" Tanya Bratt dengan wajah bingung.
Sontak para karyawan yang ada diruangan itu terheran-heran dengan respon Bratt, karena baru kali ini mereka melihat Bratt yang tidak fokus saat rapat.
"Apa kau dari tadi tidak menyimak?" Bisik Hesron ditelinga Bratt.
"Menyimak!" Jawab Bratt berbohong.
"Kalau gitu berilah tanggapan mu." Kata Hesron lagi.
"Baiklah, kita pakai design ini." Ucap Bratt memutuskan.
Jelas saja keputusan Bratt itu membuat Alea sangat senang. Sedangkan para karyawan lainnya menganga mendengar Bratt langsung memberi keputusan tanpa memberi komentar apapun.
"Rapat kita akhiri sampai disini." Ucap Bratt. Bratt pun berdiri dari tempat duduknya dan keluar dari ruang rapat dan diikuti Hesron dari belakang.
"Selamat Alea." Ucap Zhinta setelah Bratt keluar dari dalam ruang rapat.
"Apa ku bilang, design mu itu bagus. Pasti Tuan Bratt suka." Puji Zhinta.
"Ini juga berkat bimbingan Bu Zhinta." Balas Alea.
*
*
*
Ruang kerja Bratt.
"Apa kau baik-baik saja Bratt?" Tanya Hesron yang sejak tadi mengikuti Bratt dari belakang.
"Memangnya aku kenapa?" Tanya Bratt sambil mendaratkan bokongnya disofa lalu mengambil bungkus rokok dari atas meja dan mengeluarkan sebatang rokok dari dalam bungkus itu.
"Tumben kau langsung menyetujui hasil design itu? Biasanya kau akan memberi banyak komentar atau pertanyaan sebelum menyetujui-nya?" Tanya Hesron.
KLAK. Bratt menyalakan pemantik api di batang rokoknya.
"Karena memang hasilnya bagus dan sesuai dengan keinginan ku, jadi untuk apa aku memberi komentar." Jawab Bratt santai sambil mengisap rokoknya tapi matanya menyiratkan sesuatu yang terselubung.
"Yakin hanya karena itu? Bukan karena ada motif lain di balik itu?" Tanya Hesron yang tahu arti sorot mata Bratt.
Delapan tahun berteman dengan Bratt membuat Hesron sudah hapal dengan gerak-gerik Bratt. Apalagi kalau Bratt sedang terobsesi dengan seorang wanita.
Dan sorot mata Bratt kali ini sama seperti saat Bratt terobsesi dengan seorang model yang pernah di pakai Bratt Creative Digital untuk iklan sabun mandi.
*
*
*
Bersambung...
wong situ juga doyan...