NovelToon NovelToon
Menikahi Ayah Anak Asuhku

Menikahi Ayah Anak Asuhku

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Menikah Karena Anak
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: senja_90

"Ingat Queensha. Aku menikahimu hanya demi Aurora. Jadi jangan pernah bermimpi jika kamu akan menjadi ratu di rumah ini!" ~ Ghani.

Queensha Azura tidak pernah menyangka jika malam itu kesuciannya akan direnggut secara paksa oleh pria brengsek yang merupakan salah satu pelanggannya. Bertubi-tubi kemalangan menimpa wanita itu hingga puncaknya adalah saat ia harus menikah dengan Ghani, pria yang tidak pernah dicintainya. Pernikahan itu terjadi demi Aurora.

Lalu, bagaimana kisah rumah tangga Queensha dan Ghani? Akankah berakhir bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Surat Kontrak Pernikahan

Ketika Ghani keluar dari kamar mandi, Queensha bangkit dari sofa empuk di kamar tersebut. Tubuh wanita itu membeku di tempat saat tatapannya jatuh pada tetesan air dari rambut hitam legam milik sang suami, meluncur turun ke leher. Gerakan tangan pria itu tatkala menggosok rambutnya menggunakan handuk kecil terlihat begitu sensual bagai gerakan slow motion seperti film action.

Queensha menelan saliva susah payah saat memandangi ciptaan Tuhan yang terpampang nyata di depan sana. Gila, ganteng banget. Tanpa sadar wanita itu mengagumi ketampanana pria yang berstatuskan sebagai suaminya itu.

"Kenapa berdiri saja di situ? Apa ada hal yang mau dibicarakan sama saya?" Suara berat Ghani mengembalikan kesadaran Queensha yang sempat tersesat beberapa saat lalu.

Queensha memalingkan wajah ke arah lain kala dua pasang mata tanpa sengaja bersitatap. Hanya melihat tatapan mata Ghani sudah membuat tubuh Queensha lemas seketika.

Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa tubuhku lemas setiap kali beradu pandang dengan pria itu? Aku merasa seperti ada magnet pada diri pria itu yang memaksaku untuk terus memandanginya, raung Queensha dalam hati.

Sebelum menjawab pertanyaan Ghani, Queensha berdehem terlebih dulu menyingkirkan bongkahan kaktus besar yang menghalangi tenggorokan.

"Ehm ... begini, Pak, untuk malam ini ... saya tidur di mana? Rasanya mustahil jika kita tidur sa-"

"Di sofa! Selama kita masih tinggal di rumah orang tuaku selama itu pula kamu tidur di sana. Saya enggak terbiasa berbagi ranjang dengan orang lain terlebih orang itu adalah perempuan." Ghani menunjuk sofa panjang di samping jendela besar yang menghadap taman belakang.

Detik itu juga Queensha terbelalak dengan rahang terbuka lebar. "Apa? Di sofa?" ucap wanita itu mengulang kembali ucapan sang suami.

Ghani menghunuskan tatapan tajam ke arah Queensha. "Iya, di sofa. Kenapa? Kamu pikir kita akan tidur satu ranjang. Begitu?" tanyanya sinis. "Apa perlu saya ulangi lagi perkataan yang pernah terucap di bibirku? Kalau kita me-"

"Tidak perlu, Pak! Saya masih ingat dengan ucapan Bapak," sergah Queensha cepat, tangan wanita itu melambai di udara. Queensha tidak mau kalimat itu menjadi momok menakutkan dalam hidupnya sama seperti mimpi buruk yang hampir setiap malam datang menghantui.

"Bagus kalau kamu masih ingat. Jadi saya enggak perlu menghabiskan energi hanya untuk mengulangi kata-kata yang sama," ucap Ghani tegas. Pria itu berjalan menuju laci nakas di samping tempat tidur kemudian mengeluarkan map coklat dari dalam sana.

Ghani menyodorkan map tersebut ke depan Queensha. "Bisa kamu pelajari dulu, jika seandainya ada hal yang tidak dimengerti, bisa kamu tanyakan langsung pada saya."

Ekor mata Queensha bergerak, memandangi map coklat dan Ghani secara bergantian. Kening wanita itu berkerut mencoba menebak isi dalam map di hadapannya.

"Itu apa, Pak?" tanyanya penasaran.

"Buka saja, nanti juga kamu tahu sendiri," sahut Ghani santai. Setelah map coklat itu berada dalam genggaman tangan Queensha, pria itu duduk di sofa single dengan kedua kaki tumpang tindih dan kedua tangan terbentang ke samping kanan kiri.

Dengan tangan gemetar Queensha membuka map tersebut lalu mengeluarkan lembaran kertas di dalamnya. "Pak, i-ini ... surat perjanjian kontrak nikah? Kenapa Bapak memberikan ini pada saya?"

Ghani mendengkus mendengar pertanyaan Queensha. "Kenapa? Tentu saja sebagai aturan kita dalam menjalani bidak rumah tangga ini, Nona. Saya ingin kamu tahu batasanmu sebagai seorang istri dan saya pun tahu batasanku sebagai seorang suami. Saya tidak mau kamu merasa dirugikan selama mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga bersamaku. Oleh karena itu, untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan saya sengaja membuat surat perjanjian kontrak nikah."

Queensha tersenyum masam mendengarnya. Sebelumnya ia sempat berpikir untuk membuka hati menerima Ghani sebagai suami, tapi melihat sikap pria itu yang seakan membentengi diri mengurungkan niatnya untuk belajar mencintai ayah dari anak asuhnya itu.

Menarik napas dalam lalu mengembuskan secara perlahan. "Baiklah, saya mengerti sekarang. Pulpen?" Queensha menengadahkan tangannya ke hadapan Ghani.

Si pria bermata sipit terkesiap beberapa saat. "Kamu ... tidak mau membaca isi perjanjian nikah kita dulu sebelum menandatanganinya? Enggak takut jika isi kontrak itu merugikan dirimu sendiri?"

"Tidak perlu. Saya yakin Bapak tidak mungkin mencantumkan pasal-pasal aneh dalam isi kontrak perjanjian pernikahan kita. Jadi, apa saya bisa menandatanganinya sekarang juga? Saya sudah sangat lelah dan ingin segera membersihkan diri kemudian istirahat. Besok saya harus bangun pagi dan mengantarkan Rora ke sekolah."

Ghani sedikit tersentak. Ia tidak menyangka kalau Queensha sebegitu percaya kepadanya. "Ini pulpennya."

Tanpa pikir panjang Queensha segera membubuhkan tanda tangan di surat perjanjian tersebut. Sepertinya dongeng Cinderella tidak mungkin ada di dunia nyata. Buktinya statusku tetaplah seorang baby sitter meski sang Pangeran berjas putih resmi mempersuntingku. Aah ... dunia ini memang tak pernah adil bagi kaum lemah sepertiku.

***

Keesokan hari, Queensha kembali disibukan dengan kegiatannya sebagai baby sitter dari Aurora. Walaupun kini status wanita itu adalah ibu sambung bagi gadis kecil berusia empat tahun, tapi ia tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya seperti sebelumnya.

"Loh, Ghani di mana kok tumben belum bangun?" tanya Arumi saat melihat Queensha turun seorang diri.

"Pak Ghani masih tidur, Bun, mungkin kecapekan. Semalam dia begadang ngurusin pekerjaan," sahut Queensha. Ia membantu mertuanya menata makanan di atas meja makan, lalu menuangkan susu putih ke dalam gelas panjang untuk semua anggota keluarga termasuk Ghani.

Arumi memandangi wajah sang menantu yang terlihat murung. Ingin rasanya ia bertanya, tetapi diurungkan karena tidak mau terlalu ikut campur dalam rumah tangga anak dan menantunya itu. Yah walaupun mereka tinggal satu atap, bukan berarti ia harus mengetahui kemelut rumah tangga yang dialami oleh Ghani dan Queensha. Bagi Arumi, Ghani sudah dewasa dan ia yakin anak sulungnya itu dapat menyelesaikan rumah tangga mereka tanpa bantuan siapa pun.

"Ayo, dimakan lagi sayurannya, Sayang. Kalau enggak dimakan bagaimana kamu bisa tumbuh besar, Nak." Saat ini Queensha sedang sarapan bersama suami, anak serta kedua menantunya. Ia mengangkat sendok ke depan mulut Aurora. Sudah sejak tadi Queensha menegur Aurora yang tampak enggan menyantap sayur capcay ayam isi brokoli, wortel pakcoy dan jagung.

Kepala Aurora menggeleng. "Kenyang, Ma. Aku enggak mau makan sayuran lagi."

Queensha meletakkan sendok di atas piring. Helaan napas kasar terdengar membuat semua orang yang ada di meja makan mengalihkan perhatiannya ke arah Queensha.

"Rora betulan enggak mau makan sayuran lagi?" tanya Queensha yang dijawab anggukan kepala. "Ehm ... begitu rupanya. Sayang sekali, padahal Mama berencana ngajakin kamu jalan ke mall, beli alat gambar. Katanya kemarin pensil warnamu hilang dan buku gambar juga habis. Tapi ... karena kamu enggak mau menghabiskan sayur buatan Budhe Tina, maka Mama enggak jadi ajakin kamu ke mall."

Queensha pura-pura memasang wajah kecewa. Ia sengaja melakukan itu demi membujuk anak sambungnya.

Tampaknya usaha Queensha tidak sia-sia. Aurora memandang wanita di sebelahnya dengan bola mata berbinar bahagia. Gadis kecil itu memang bercita-cita menjadi seorang arsitektur terkenal di tanah air.

"Jadi siang ini Mama mau ajakin aku ke mall. Iya?" tanya Aurora antusias.

"Benar. Tapi enggak jadi ah karena kamu enggak mau makan sayur. Gimana kamu mau jadi arsitektur kalau makan sayur aja enggak mau." Queensha merapikan helaian rambut Aurora menggunakan jemari tangannya yang lentik. "Kamu tahu 'kan, kalau jadi arsitektur itu harus sekolah yang tinggi seperti Papa, Kakek, Nenek, Uncle dan Aunty-mu. Kalau kamu sakit karena enggak makan sayur kapan besarnya? Katanya mau jadi arsitektur masa makan sayur aja enggak mau."

Aurora cengegesan mendengar ucapan Queensha. "Aku mau makan sayur lagi, Ma, biar cepat gede."

"Nah, gitu dong. Ini baru namanya anak pintar. Ayo, buka mulutnya lagi."

Queensha menyendokkan kembali sayuran tersebut kemudian ia arahkan ke mulut Aurora. Si kecil Aurora menuruti titah wanita muda di sebelahnya. Kali ini ia tampak lahap mengunyah makanan tersebut.

Mata Arumi berkaca-kaca melihat kedekatan antara Queensha dan Aurora. Hatinya semakin yakin jika mantan baby sitter dari cucunya itu adalah perempuan tepat untuk dijadikan istri sekaligus ibu yang baik bagi dua orang yang sangat ia cintai. Sementara Rayyan hanya memasang wajah datar seperti biasa. Namun, dalam hati bersyukur karena Queensha mampu menjalankan perannya sebagai ibu yang baik bagi Aurora.

Tidak menyesal aku ikut memprovokasi Ghani untuk menikahi Queensha. Dia ... memang ibu, istri dan menantu idaman. Rayyan kembali menikmati hidangan yang ada di atas meja makan dengan suka cita.

Tanpa disadari oleh siapa pun, ada sepasang mata sipit tengah tersenyum samar kala menyaksikan pemandangan indah di depan sana. Saking samarnya bahkan tak ada satu pun yang tahu jika sudut bibir pria itu tertarik ke atas.

...***...

1
Imas deemashayoe Deemashayoe
Luar biasa
aca
dasar otak udang bodoohh ampe tulang queen apaan kasih nama aja si tolol
Gina Savitri
Ngeri liat kelakuan ghani, takut queensha kena baby blues habis melahirkan langsung kena mental 😑
Gina Savitri
Waduh resepsi di hotel bisa sampai 9 jam, biasanya mentok 4jam udah capek banget berdiri soalnya
Gina Savitri
Harusnya Raffa, Rifky dan Rasya namanya 😅
Gina Savitri
Aturan jodohin aja fifi sama rama, kasian blm dapet jodoh sendirian kan tuh rama 😁
Gina Savitri
Kasian lita jadi korban kejahatan kedua orang tuanya 😏
Gina Savitri
Zavier kan masih single harusnya dia yg balik ke rumah jagain orang tuanya klo emang ghani mau hidup mandiri
Gina Savitri
Waduh leon calon jodohnya lulu nih, baru kenal udah ribut plus dapet ciuman 😂
Gina Savitri
Lah tadi masuk bersama kedua anaknya, knp skrng anaknya di titipin 🤔
Gina Savitri
Coba klo rama akhirnya jadi jodoh shakeela 😁 seru pasti habis di hatam kakaknya dapet adiknya
😂😂😂
Gina Savitri
Tinggal menjelaskan sama aurora klo mereka orang tua kandungnya
Gina Savitri
Pas queensha curiga aurora mirip muka sama alerginya, saya udah menduga klo mia dalangnya yg nuker dan jual anaknya queensha
Gina Savitri
Kayanya mungkin rora tertukar waktu melahirkan 🤔
Gina Savitri
Bukannya lulu dateng ya pas nikahan ghani-queensha, masa gak inget mukanya
Bahkan lulu sampai memperingati ghani harus menjaga queensha 🤔
Gina Savitri
Hehehe..leon bnr tuh cassandra, jangan sombong..kali aja setelah ini kedua orang tua lo meninggal terus lo jatuh miskin karna cuma tau menghambur2kan duit ortu
Gina Savitri
Jahat temannya ghani, pasti dikasih obat perangsang yg suruh clarissa biar bisa tidur sama ghani
Gina Savitri
Cowok patriarki, cuma mau di dengar tapi nggak mau mendengar penjelasan orang lain 😏
Gina Savitri
Apa jangan2 aurora anak ghani dan queensha hasil hubungan di luar nikah ? kali aja dulu anaknya di kasih ke panti sama mama tiri nya
Gina Savitri
Turunan papa rayyan jadi si raja tega ghani 😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!