Roseane Park, seorang mahasiswi semester akhir yang ceria dan ambisius, mendapatkan kesempatan emas untuk magang di perusahaan besar bernama Wang Corp. Meskipun gugup, ia merasa ini adalah langkah besar menuju impian kariernya. Namun, dunianya berubah saat bertemu dengan bos muda perusahaan, Dylan Wang.
Dylan, CEO tampan dan jenius berusia 29 tahun, dikenal dingin dan angkuh. Ia punya reputasi tak pernah memuji siapa pun dan sering membuat karyawannya gemetar hanya dengan tatapan tajamnya. Di awal masa magangnya, Rose langsung merasakan tekanan bekerja di bawah Dylan. Setiap kesalahan kecilnya selalu mendapat komentar pedas dari sang bos.
Namun, seiring waktu, Rose mulai menyadari sisi lain dari Dylan. Di balik sikap dinginnya, ia adalah seseorang yang pernah terluka dalam hidupnya. Sementara itu, Dylan mulai tergugah oleh kehangatan dan semangat Rose yang perlahan menembus tembok yang ia bangun di sekelilingnya.
Saat proyek besar perusahaan membawa mereka bekerja lebih dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fika Queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
Di ruang VIP bandara, suasana terasa sunyi, seolah hanya ada mereka berdua di dunia ini. Dylan dan Rose duduk berhadapan, saling menatap tanpa kata. Hati mereka dipenuhi emosi yang meluap, tetapi mereka masih mencoba mencari cara untuk mengungkapkan semuanya.
Rose akhirnya memecah keheningan. “Dylan Wang... Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Aku takut. Takut akan perasaanku sendiri, takut kau akan menyerah, dan takut aku akan mengecewakanmu.”
Dylan menggeleng perlahan, menatap Rose dengan mata yang penuh kelembutan. “Rose, aku sudah menunggu lama untuk momen ini. Aku tidak akan menyerah, tidak sekarang, dan tidak pernah. Kau adalah alasan aku kembali, alasan aku berjuang sejauh ini.”
Rose menghela napas, mencoba menahan air matanya yang mulai mengalir. “Kau tahu betapa sulitnya hidupku, Dylan. Dunia yang aku jalani penuh tekanan, dan aku selalu merasa aku harus menjadi seseorang yang sempurna untuk orang lain. Tapi ketika aku bersamamu, aku merasa... aku bisa menjadi diriku sendiri.”
Dylan meraih tangan Rose, menggenggamnya erat. “Dan itu yang aku inginkan, Rose. Aku tidak peduli dengan dunia di luar sana. Aku hanya peduli tentangmu. Aku mencintaimu—dengan semua kelebihan dan kekuranganmu, dengan semua tekanan yang kau hadapi. Aku akan ada untukmu, apa pun yang terjadi.”
Mendengar itu, Rose tidak bisa lagi menahan perasaannya. Ia berdiri, mendekat ke arah Dylan, matanya penuh dengan air mata kebahagiaan. “Dylan, aku juga mencintaimu. Mungkin aku terlambat menyadarinya, tapi aku tahu sekarang bahwa kau adalah bagian dari hidupku yang tidak bisa kugantikan.”
Dylan tersenyum, lalu berdiri dan menyentuh wajah Rose dengan lembut, menyeka air mata yang membasahi pipinya. “Kita bisa melewati semua ini, Rose. Bersama-sama.”
Tanpa ragu lagi, Rose melingkarkan tangannya di leher Dylan, menariknya ke dalam pelukan yang erat. “Aku tidak ingin kehilanganmu lagi,” bisiknya pelan, suaranya bergetar oleh emosi.
Dylan memeluk Rose dengan penuh perasaan, seolah memastikan bahwa ia tidak akan pernah membiarkannya pergi lagi. Saat mereka melepaskan pelukan, mata mereka bertemu, dan tanpa perlu kata-kata, mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dylan perlahan mendekatkan wajahnya ke arah Rose, memberi waktu jika Rose ingin mundur. Tapi Rose tidak bergerak, malah menutup jarak di antara mereka. Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang penuh kehangatan dan rasa cinta yang telah lama terpendam.
Dalam momen itu, waktu seolah berhenti. Tidak ada lagi keraguan, tidak ada lagi luka masa lalu. Hanya ada mereka, dua hati yang akhirnya menemukan jalan untuk bersama.
Ketika mereka akhirnya berpisah, Dylan menyandarkan dahinya ke dahi Rose, tersenyum lembut. “Aku mencintaimu, Rose.”
Rose tersenyum kembali, matanya berbinar. “Dan aku mencintaimu, Dylan.”
Di ruang VIP itu, mereka berdua merasakan kedamaian yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Untuk pertama kalinya, mereka membiarkan hati mereka terbuka sepenuhnya, dan mereka tahu, apa pun yang akan terjadi di masa depan, mereka akan menghadapi semuanya bersama.
***
Rose menatap Dylan dengan perasaan berkecamuk. Setelah semua yang terjadi di antara mereka, setelah semua kata-kata yang diungkapkan, ia merasa hatinya tidak akan mampu menanggung jika Dylan benar-benar meninggalkannya lagi.
Dylan berdiri di depannya, tampak tenang seperti biasanya. Wajahnya tetap menunjukkan kelembutan yang jarang ia perlihatkan pada orang lain, tetapi Rose tahu, pria ini adalah sosok yang kuat dan sulit ditebak. Seorang Dylan Wang yang dingin dan angkuh, yang dulu sering membuatnya merasa kecil dan tidak cukup baik ketika ia magang di perusahaannya, kini adalah orang yang sama yang telah menghancurkan semua dinding pertahanan di hatinya.
“Pak Dylan...” suara Rose terdengar gemetar, ia mencoba mengumpulkan keberanian.
Dylan menatapnya, matanya penuh perhatian. “Ada apa, Rose?” tanyanya lembut.
Rose menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata yang ingin jatuh. “Aku tidak tahu bagaimana caranya mengatakannya, tapi... aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja. Hati kecilku tidak rela jika kau kembali ke Tiongkok, meninggalkanku di sini seperti ini.”
Dylan terkejut dengan kejujuran Rose. Ia melangkah mendekat, mengambil kedua tangan Rose dan menggenggamnya erat. “Rose, aku tidak meninggalkanmu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Tapi aku tidak ingin memaksakan dirimu untuk mengambil keputusan yang berat.”
Rose menggeleng cepat, matanya mulai dipenuhi air mata. “Kau tidak mengerti, tuan Dylan. Aku sudah terlalu lama membangun tembok di hatiku. Lima tahun terakhir, aku tidak membiarkan siapa pun masuk karena aku takut terluka. Tapi kau... kau menghancurkan semua itu. Kau membuatku ingin mengambil risiko, meski aku takut.”
Dylan merasakan hatinya mencelos mendengar pengakuan itu. Ia menarik Rose ke dalam pelukan, memeluknya erat seolah mencoba menenangkan emosi yang berkecamuk di dalam hati mereka.
“Rose,” katanya dengan suara rendah namun tegas. “Aku tahu aku bukan orang yang mudah untuk dicintai. Aku tahu aku pernah menyakitimu, mungkin tanpa sadar, di masa lalu. Tapi aku berjanji, aku tidak akan pernah melakukannya lagi. Kau adalah segalanya untukku sekarang.”
Rose menyandarkan kepalanya di dada Dylan, mendengar detak jantungnya yang tenang. Ia merasa aman, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. “Aku tidak ingin berpisah darimu, Dylan. Apa pun yang terjadi, aku ingin kita tetap bersama. Bahkan jika itu berarti aku harus menghadapi dunia yang kau tinggali.”
Dylan memiringkan kepala, menatap wajah Rose yang penuh dengan kejujuran. Ia tersenyum kecil, lalu mengecup keningnya dengan lembut. “Kita tidak perlu terburu-buru, Rose. Kita punya waktu. Aku di sini, dan aku akan memastikan kau tahu bahwa aku serius dengan perasaan ini.”
Rose mengangkat wajahnya, menatap Dylan dengan mata yang basah tetapi penuh dengan tekad. “Kalau begitu, jangan pergi. Tetaplah di sini bersamaku, setidaknya untuk beberapa hari lagi. Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya, tapi aku tidak mau melakukannya tanpa kau di sisiku.”
Dylan terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Baiklah, Rose. Aku akan tinggal. Apa pun yang kau butuhkan, aku akan ada di sini.”
Rose tersenyum lega, lalu tanpa ragu melingkarkan tangannya di leher Dylan, memeluknya erat. Hatinya yang dulu dipenuhi ketakutan kini mulai dipenuhi harapan, berkat pria yang telah datang dan mengubah segalanya.
Malam itu, di ruang VIP bandara, dua hati yang pernah terpisah kini bersatu kembali. Dan untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, Rose merasa bahwa ia tidak lagi sendirian menghadapi dunia.
Bersambung
Lah kok sama 5 tahun sama2 jomblo ya hihi