Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14.
“Sudah ada yang beli belum Ni? Tadi aku dengar hand phone mu berbunyi. .” ucap Nenek pada Mawar Ni yang baru saja masuk rumah lewat pintu belakang, karena baru selesai mandi di kamar mandi yang ada di belakang rumah.
Mawar Ni yang tubuhnya masih berbalut oleh handuk dari batas dada atas hingga paha itu cepat cepat mengambil hand phone yang berada di atas balai balai di ruang depan...
“Ada Ni?” tanya Nenek penasaran.
“Belum Nek, Mbak Jumilah tanya kabar dan bilang jualan nya sepi.” Jawab Mawar Ni sambil sibuk menjawab chat dari Jumilah..
“Kok lama ya Ni..” gumam Nenek Marmi lalu bersiap siap untuk sembahyang maghrib..
“Sabar Nek, ini aku coba posting di media sosial ku Nek, dan kata Mbak Jum disuruh menawarkan pada Pak Mandor dan orang orang kantor pabrik. Katanya kemarin Mbak Jum jualan di pabrik lumayan dibeli orang orang kantor pabrik.” Ucap Mawar Ni, setelah memposting dan menawarkan madu pada Pak Mandor dan orang orang kantor pabrik, Mawar Ni lalu memakai baju dan siap siap juga sembahyang maghrib..
Selesai sembahyang, terdengar banyak notifikasi masuk ke hand phone Mawar Ni.. Mawar Ni dan Nenek pun cepat cepat menuju ke balai balai tempat hand phone Mawar Ni berada..
“Ada yang beli Ni?” tanya Nenek.. Mawar Ni yang mengusap usap layar hand phone pun terlihat bibirnya tersenyum..
“Iya Nek, tapi ditawar Pak Mandor seratus ribu, dia mau beli lima kilo.” Ucap Mawar Ni.
“Ya sudah dikasih saja Ni, kan langsung dapat lima ratus ribu, banyak banget itu Ni.” Ucap Nenek..
“Aku minta seratus dua puluh lima ribu Nek, susah ambil nya madu.” Ucap Mawar Ni mulai belajar tawar menawar. Dan akhirnya deal Pak Mandor beli lima kilo dengan harga seratus dua puluh lima ribu per kilo nya. Nenek dan Mawar Ni pun sedikit lega hati nya paling tidak uang enam ratus ribu sudah di depan mata. Bibir Nenek dan Mawar Ni tersenyum senang.
Waktu pun terus berlalu pagi hari pun telah tiba setelah Mawar Ni dan Nenek sudah selesai sarapan, mereka berdua siap siap akan berangkat ke pabrik bulu mata, untuk mengantarkan pesanan madu. Bu direktur beli dua kilo, Pak Bendahara dan Pak kasir beli masing masing satu kilo gram..
“Ayo Ni.. “ ucap Nenek sudah tidak sabar..
“Iya Nek, Nenek pangku baik baik madunya ya..” ucap Mawar Ni sambil mengangkat karung yang berisi botol botol madu itu dengan hati hati. Masing masing botol sudah dilapisi oleh kertas koran dan ada juga yang dikemas khusus dalam kardus tebal.
“Nek nanti pulang dari pabrik kita langsung ke hutan ya, ini yang di aplikasi juga ada yang pesan Nek, uangnya sudah ditransfer, nanti kita mampir ke kantor pos. Jadi sudah habis madu kita, kita harus cari lagi Nek..” ucap Mawar Ni sambil melangkah menuju ke sepedanya..
“Iya Ni, aku juga ingin bertemu dengan Kakek itu untuk mengucapkan terima kasih.” Ucap Nenek sambil melangkah di belakang Mawar Ni. Sepeda pun melaju menuju pabrik bulu mata. Nenek membonceng sambil memangku karung yang berisi botol botol madu itu dengan hati hati agar tidak terjatuh.
Setelah mengirim madu madu itu Mawar Ni dan Nenek tersenyum bahagia.. uang satu juta lebih sudah berada di dalam tas cangklong Mawar Ni.. Sepeda pun terus melaju menuju ke hutan, tangan Nenek melingkar di pinggang Mawar Ni dan bibir tersenyum lebar, karena tahu Sang cucu sudah mendapat banyak uang dengan mudah.
Sesaat terdengar bunyi notifikasi di hand phone Mawar Ni yang dia taruh di dalam tas cangklong nya. Mawar Ni pun menghentikan sepeda nya dan melihat hand phone miliknya..
“Nek, Juragan Handoko pesan madu juga, ini Pak Mandor sawah yang ngabari aku.”
“Lah kok mereka sampai tahu Ni?”
“Pasti Pak Mandor sawah yang melihat status ku Nek.” Ucap Mawar Ni lalu menaruh lagi hand phone miliknya dan kembali lagi mengayuh sepeda nya..
“Ni, bagaimana kalau Juragan Handoko dan anaknya marah kita mengambil madu di hutan?” tanya Nenek mulai khawatir..
“Kata Kakek tidak apa apa Nek, asal kita mengambil secukupnya saja, mengambil sarang sarang yang sudah penuh madu. Agar lebah tidak pergi.” Ucap Mawar Ni sambil terus mengayuh sepedanya. Akan tetapi di hatinya juga muncul sebersit ketakutan jika Juragan Handoko marah lalu melarang nya pergi ke hutan.
Setelah perjalanan hampir satu jam sepeda Mawar Ni pun sudah sampai di jalan setapak hutan yang tidak bisa dilalui oleh sepeda.
“Nenek tunggu di sini saja sambil makan, kalau ikut jalan nanti capek dan pusing.” Ucap Mawar Ni sambil turun dari sepeda, tadi mereka memang mampir warung untuk membeli makan dan minum untuk makan siang.
“Aku ikut saja Ni, kalau dapat uang banyak kepala ku tidak pusing kok.” Ucap Nenek sambil turun dari boncengan.
“Kalau Nenek sakit nanti repot loh Nek..” ucap Mawar Ni sambil mengunci sepeda nya..
“Percaya lah Ni...” ucap Nenek sambil menarik tangan Mawar Ni, Nenek begitu semangat untuk melihat bagaimana Mawar Ni mencari madu hutan, dan juga ingin bertemu pada Kakek yang sudah memberi ilmu pada Mawar Ni bagaimana cara mencari madu.
Mereka berdua terus menyusuri jalan setapak yang sepi di antara pohon pohonan yang besar besar dan tinggi tinggi sedangkan di bagian bawah banyak tanaman semak semak...
Sesaat Nenek terlonjak kaget karena mendengar suara..
NGUK NGUK NGUK
Nenek pun mendongak dan menatap ke arah sumber suara di atas pohon..
“Ni ada monyet.” Gumam lirih Nenek sambil merapatkan tubuhnya pada Mawar Ni.
“Tak apa Nek, asal kita tidak mengganggu nya, dia sedang cari makan. Kita juga cari madu untuk bertahan hidup, sama sama untuk mempertahankan hidup..” ucap Mawar Ni sambil terus melangkah dan lengannya digandeng erat oleh Sang Nenek..
“Di sana itu Nek pohon yang kemarin aku panjat, aku kemarin lihat masih ada sarang lebah yang berisi penuh madu, tapi belum ku ambil karena keranjang Kakek sudah penuh.” Ucap Mawar Ni sambil terus melangkah.
Sesaat mereka berdua berhenti, Mawar Ni mengambil daun daun an yang kemarin ditunjukkan oleh Kakek, lalu dia membakar daun daun itu hingga keluar asap ... setelah lebah lebah terbang pergi, Mawar Ni meyakinkan api di daun daun itu benar benar mati agar tidak terjadi kebakaran nantinya. Dan setelah nya Mawar Ni naik ke atas pohon, dia cepat cepat mengambil sarang sarang yang penuh dengan madu..
“Hmm hanya ada dua sarang. Aku coba cari di pohon lain saja atau di bawah di batang batang yang sudah mati .” gumam Mawar Ni sambil turun dari pohon dengan membawa karung yang berisi dua sarang madu.
“Syukurlah kamu cepat turun Ni.” Ucap Nenek yang menunggu di bawah pohon dengan takut takut jika ada binatang buas datang.