Eldric Hugo
Seorang pria penderita myshopobia. Dalam ketakutan akan hidup sebatang kara sebagai jomblo karatan.
Tanpa sengaja ia meniduri seorang pria yang berkerja di club, dan tubuhnya tidak menunjukkan reaksi alergi.
Karina seorang gadis yang memilih untuk menyamar menjadi laki-laki, setelah dia kabur dari orang yang hendak membelinya. Karina di jual oleh ibu yang mengasuhnya selama ini.
Akankan El mengetahui siapa sebenarnya sosok yang bersamanya. Keppoin yuk
Ada dua kisah di sini semua punya porsinya masing-masing.
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa kamu
Tangan Karina gemetar, matanya terbelalak melihat apa yang tertera di kertas itu. Ia menatap Eldric dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
"Apa semua ini, Tuan." Karina meremas kuat kertas yang ada di tangannya.
"Kau bisa membacanya sendiri."
"Saya sudah membacanya dengan baik, yang ingin saya tahu. Apa maksud Tuan memberikan ini kepada saya?" Karina menatap tajam pada Eldric, tersirat kemarahan dan rasa kecewa yang teramat.
Sebuah surat legalitas pernikahan sesama jenis dari luar negeri yang telah di tanda tangani oleh Eldric. Dada Karina bergemuruh rasanya seperti ada yang sakit dalam dirinya. Karina sendiri pun tidak bisa menjelaskannya, marah, kecewa dan sedih bercampur menjadi satu. Namun, ia tidak mengerti kenapa ia mempunyai perasaan ini. Ia hanya merasakan sesak, matanya memanas dan mulai memerah.
"Bukankah kau yang ingin aku menikahimu? " Eldric bingung dengan sikap Karina. yang seolah terlihat sangat marah padanya.
"Kau tidak harus membayar semua hutangmu, jika kau menandatangani surat itu. Hidupmu akan terjamin selama kau di sampingku, tidak ada yang salah dengan pernikahan ini," ujar Eldric dengan entengnya.
"Aku akan membayar setiap sen dari hutangku padamu. Meskipun aku harus berkerja sampai aku tidak lagi bernyawa!" tegas Karina, ia melemparkan kertas itu pada Eldric. Setelahnya ia keluar dari kamar Eldric lalu menutup pintunya dengan kasar.
Eldric menatap nanar pada punggung Karina yang menghilang di balik pintu. Sementara Karina, gadis itu mengeluarkan air mata yang ia tahan sejak tadi.
Astaga, ya Tuhan sebenarnya ada apa denganku? tidak seharusnya aku marah seperti ini. Itu adalah hak Tuan Eldric untuk memilih jalan hidupnya. Tapi kenapa? kenapa dia harus memilih Rizky menjadi pasangannya. Aku tidak bisa melakukan ini ... hiks ...hiks. Aku tidak bisa!"
Karina meluapkan emosinya dalam kamar mandi. Di bawah rintikan shower yang menyamarkan air matanya. Ia marah pada dirinya sendiri, Karina tidak mungkin bisa memenuhi keinginan Eldric. Bohong jika sebagai seorang wanita ia tidak tertarik dengan Eldric. Seorang laki-laki matang yang selalu ada di sampingnya dengan sejuta karismanya, apalagi Eldric tidak pernah memperlakukannya dengan kasar.
Namun, jika ia menerima legalitas pernikahan itu. Sama saja dengan Karina menipu Eldric.
"Jika saja aku yang kau inginkan Tuan," lirih Karina.
🥀🥀🥀🥀
Tiga hari berlalu setelah penolakan Karina. Keadaan di mansion terasa seperti. Karina diam, ia hanya melakukan tugasnya seperti biasanya. Melayani semua kebutuhan Eldric, hanya saja ia melakukannya dengan wajah datar dan tanpa senyuman. Ia juga tetap menjadi guling Eldric di malam hari.
"Riz, sampai kapan kau akan seperti ini?" tanya Eldric di kala malam mereka bersama.
"Seperti apa Tuan? saya tidak mengerti maksud anda?" tukas Karina dingin.
"Apa kau sengaja menghindariku?"
"Tidak, saya hanya pengasuh Tuan. Saya tidak punya hak untuk melakukan itu. Sebaiknya anda tidur."
Maafkan aku, aku harus melakukannya agar kau tidak menginginkan hubungan ini. Aku tidak bisa, lirih Karina dalam hatinya dengan penuh sesal.
Kenapa kau seperti ini? apa aku telah menyakitimu?
Eldric hanya bisa menghela nafasnya. Ia merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Eldric lebih suka keadaan yang dulu. Eldric merasa tidak nyaman melihat perubahan pada diri Karina setelah malam itu. Tangan kekarnya mengeratkan pelukannya pada Karina yang tidur membelakanginya.
🙀🙀🙀🙀🙀
Karina mendesis merasakan sakit di area dada dan perutnya, sangat perih. Setelah mengantarkan Eldric berangkat kerja. Karina segera bergegas ke kamarnya.
Gadis itu berdiri didepan kaca besar yang ada di sana. Dengan cepat ia melepaskan semua baju yang dipakainya, terakhir di mulai membuka lilitan kain dengan perlahan.
"Uuggh ...ssshh. Kenapa bisa seperti ini sih? Karina mendesis merasakan perih yang teramat.
Setelah kain panjang itu terlepas, ia memperhatikan tubuhnya di kaca. Buah d**anya memerah dengan bintik bintik kecil berair di belahan tengahnya. Bintik-bintik merah itu juga ada di area samping perutnya, terasa gatal dan perih. Karina memang hampir tidak pernah melepaskan kain yang melilitnya itu, kecuali saat mandi.
"Kenapa bisa jadi seperti ini. Aku tidak bisa membungkusnya lagi, ini akan semakin parah kalau aku terus menutupinya."
Karina masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu ia biarkan tubuhnya kering dengan sendirinya, ia tidak bisa mengusap tubuhnya dengan handuk. Ruam itu terasa sakit saat bergesekan dengan handuk. Karina juga hanya mengeringkan rambutnya yang mulai memanjang dengan handuk.
Karina hanya memakai celana pendek kain dan membiarkan tubuh bagian atasnya polos tanpa sehelai benangpun yang menutupinya. Karina menaburkan bedak gatal di area yang memerah. Setelah itu ia berbaring, membiarkan kulitnya bernafas. Setidaknya bedak itu bisa mengurangi sedikit rasa gatalnya
Karina berusaha untuk tidak menggaruk ruam. Karina menatap langit langit kamarnya, kamar yang ia tempati untuk sementara tepatnya. Pikirannya menerawang jauh, belum ada satu bulan ia datang ke mansion ini. Namun, kehidupannya sudah jungkir balik tidak karuan.
Sebuah senyuman tersungging di bibir mungilnya. Menertawakan kehidupannya yang memang sudah tidak karuan. Bahkan sebelum ia terdampar dan terjerat perjanjian hutang di mansion besar ini.
"Andai aku tidak di bawa ke sini. Ada dimana aku sekarang? di pabrik plastik itu? atau malah kembali ke tempat mami iren?" gumam Karina.
Takdir Karina tak secantik rupa gadis itu. Kehidupan seperti selalu mempermainkannya. Ia bahkan harus putus sekolah karena hal yabg tidak senonoh yang di lakukan kepala sekolahnya. Bukannya keadilan yang ia terima, tapi cemoohan karena fitnah yang menyebar dengan cepatnya sampai dia harus pergi dari kostnya. Uang memang bisa melakukan segalanya, sementara orang kecil sepertinya bisa apa?
Karina seorang gadis biasa. Ingin rasanya ia hidup normal seperti remaja yang lain, punya keluarga yang utuh tanpa harus memikirkan semua beban hidup. Bersekolah, bermain dan melakukan hal-hal seru seperti remaja pada umumnya. Bukan malah berkerja dengan menutupi identitasnya. Kadang ia merasa seperti buronan yang kabur dari penjara. Karena itulah ia selalu bersembunyi dibalik sosok Rizky.
Mata Karina terasa berat. Ia pun akhirnya terlelap. Entah berapa lama ia terlelap sampai akhirnya ia terbangun oleh suara ketukan pintu.
"Rizky kau kenapa? apa kau sakit?" teriak Berto.
"Iya Paman, aku sedang tidak enak badan!" sahut Karina tanpa beranjak dari tempat tidurnya.
"Buka pintunya, kau harus makan. Ini sudah lewat dari jam makan siang!"
"Sebentar lagi Paman!"
"Baiklah, aku akan menunggumu!"
Berto pun pergi menjauh dari pintu kamar Karina. Sementara gadis itu masih menikmati rasa pedih dan gatal yang bercampur menjadi satu, membuatnya begitu enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya. Untung saja Karina mengunci pintu kamarnya jadi orang lain tidak menerobos masuk dan melihat keadaannya sekarang.
Tak berselang lama pintu Karina kembali di ketuk. Kali ini oleh orang yang berbeda, karena tak ada jawaban dari dalam ia pun akhirnya memutuskan untuk membuka pintu dengan menggunakan kunci cadangan.
Ceklek.
Huaaaaaa ......
Aaaaaaa....
"Siapa kamu?!!!"