Seorang gadis 24 tahun, seorang guru SD berparas cantik dan selalu berpakaian tertutup, tanpa sengaja menemukan seorang gadis kecil yang sedang menangis di pinggir jalan.
"Mama...!"
Gadis kecil itu memanggilnya dengan sebutan Mama, membuatnya terkejut dan kebingungan. Ia tak mengenal anak itu sama sekali.
Meski begitu, gadis kecil itu bersikeras memintanya untuk membawanya pergi bersama. Penampilannya tidak menunjukkan bahwa ia anak terlantar. Lantas, siapa sebenarnya gadis kecil ini? Apa rahasia di balik pertemuan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arshaka Virendra
Saat Khyra membuka pagar, matanya tertuju pada mobil Sakinah yang terparkir di depan rumah. Itu berarti Sakinah sedang berada di dalam. Untung saja Khyra tidak pulang terlambat.
Begitu masuk, Khyra melihat Sakinah tengah berbincang dengan kedua orang tuanya.
"Assalamualaikum," sapa Khyra. Salamnya segera dijawab oleh mereka. Khyra pun berjalan mendekat, berniat bergabung. Namun, sebelum sempat duduk, Sakinah sudah lebih dulu menarik tangannya.
"Ayo ke kamarmu," kata Sakinah dengan antusias.
Kedua gadis itu duduk di atas kasur, saling berhadapan. Sakinah menatap Khyra dengan serius, begitu pula Khyra yang balik menatap Sakinah, meski rasa bingung mulai menyelimuti dirinya. Mereka saling bertatapan selama beberapa menit tanpa kata, hingga akhirnya Khyra tak tahan.
"Kamu kenapa sih? Kok aneh banget," ucap Khyra sambil memukul pelan tubuh Sakinah dengan bantal.
Sakinah akhirnya membuka suara. "Khyra, kamu tahu enggak keluarga Lea itu siapa?"
"Ya enggak tahu lah. Emang siapa sih?" balas Khyra dengan nada penasaran. Dari nada bicara Sakinah, ia bisa menebak bahwa Lea berasal dari keluarga yang tidak biasa.
"Mereka keluarga Virendra, Khyra... Virendra!" ucap Sakinah dengan nada bersemangat. Wajahnya menunjukkan betapa besar pengaruh nama itu baginya.
Sakinah jelas mengenal keluarga Virendra karena keluarganya sendiri pernah mengajukan kerja sama bisnis dengan mereka, meski pada akhirnya ditolak. Namun, Khyra hanya mengerutkan kening, tak terlalu paham. Ia memang pernah mendengar nama itu di TV, tetapi tidak lebih dari itu.
"Tau Virendra enggak sih?" tanya Sakinah lagi, kali ini dengan ekspresi tidak sabar.
"Ya cuma pernah dengar namanya aja," jawab Khyra santai.
Mendengar jawaban itu, Sakinah langsung menepuk keningnya dengan frustrasi. "Aduh, Khyra, masa ada orang kayak kamu yang enggak tahu keluarga Virendra!"
Melihat respons Khyra yang polos, Sakinah pun menjelaskan. "Virendra itu satu-satunya keluarga konglomerat yang punya perusahaan tambang emas terbanyak, perusahaan V’E. Dan ayahnya Lea itu Presdir di perusahaan itu!"
"Terus kenapa kalau Presdir? Kan bukan CEO-nya," sahut Khyra, tetap santai.
Sakinah memutar bola matanya, nyaris putus asa. "Dengerin deh, meskipun dia bukan CEO, hampir semua aset Virendra ada di tangannya. Dia juga pemegang saham terbesar. Bahkan katanya, enggak lama lagi dia bakal jadi CEO V’E."
Khyra akhirnya mengangguk-angguk, mulai sedikit kagum. Ternyata, orang seperti itu memang benar-benar ada di dunia nyata. Sebelumnya, ia mengira sosok seperti itu hanya ada di TV atau novel. Meski begitu, pikirannya tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
"Terus, tujuan aku tahu semua ini apa, Kina? Yang jelas sekarang Lea sudah balik ke keluarganya," ucap Khyra akhirnya. Menurutnya, tidak ada gunanya memusingkan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan hidupnya.
"Iya sih... Tapi kamu juga harus tahu dong, mereka itu selalu jadi pembicaraan terpanas!" balas Sakinah dengan nada dramatis.
"Ya, terus kenapa emang? Udahlah, nggak ada topik lain, apa?" balas Khyra, ingin segera menghentikan pembicaraan. Rasanya tidak nyaman, terutama karena setiap kali mereka membahas keluarga Virendra, bayangan pria berwajah kaku itu muncul di pikirannya. Bayangan itu cukup menakutkan baginya.
"Tidak, Khyra. Aku masih mau bahas ini!" tegas Sakinah, tetap bersemangat. "Pantesan wajah Lea kelihatan nggak asing. Ternyata aku pernah lihat dia waktu keluarganya ngadain acara ulang tahun besar-besaran. Aku hadir di acara itu! Ingat nggak, waktu itu aku izin nggak masuk pas jam terakhir? Nah, aku disuruh Ayah buat menghadiri acara Lea. Dan, sumpah, acaranya mewah banget, Khyra!"
Sakinah terus berbicara dengan mata berbinar, antusiasme yang tak bisa dibendung. Keluarga Virendra bukan hanya menarik di mata publik, tapi juga benar-benar memesona baginya.
"Tapi, kenapa kamu nggak ingat Lea waktu itu?" tanya Khyra heran. Kalau saja Sakinah langsung mengenalinya, mereka pasti lebih cepat menyadari siapa Lea sebenarnya.
"Yah, karena sudah lama, aku hanya mengingatnya samar-samar. Apalagi pas kamu bilang Lea menyebut nama ayahnya... siapa? Arrysakka? Aku langsung teringat nama Arshaka Virendra, tapi waktu itu aku nggak yakin kalau itu ayah Lea," jelas Sakinah dengan semangat.
Wajar saja Sakinah tahu, karena keluarganya juga termasuk terpandang, dengan status sosial yang tinggi. Bahkan, perusahaan keluarganya cukup terkenal. Khyra pun tak menyangka bisa berteman dengan seseorang dari kalangan seperti Sakinah.
"Emang otakmu aja yang kapasitasnya rendah," canda Khyra, meski sebenarnya ia setuju. Selain mudah lupa, Sakinah memang terkadang agak lambat menangkap sesuatu.
"Jangan benar gitu dong, hah... Iya sih. Andai kita tahu lebih awal, kita nggak perlu repot-repot mencarinya. Ini salah otakku juga," balas Sakinah, lalu mendesah pelan. Mendengar itu, Khyra hanya tertawa kecil. Wajah Sakinah yang tampak kesal dengan dirinya sendiri terlihat lucu di matanya.
"Intinya sekarang Lea sudah kembali ke keluarganya. Aku cuma berharap, setelah semua ini, Lea bisa mendapatkan kasih sayang yang selama ini dia inginkan," ujar Khyra, teringat bagaimana Lea sangat merindukan kasih sayang seorang ibu.
"Semoga. Aku juga berharap begitu," balas Sakinah. "Tapi, tahu nggak? Setelah aku pikir-pikir, aku nggak pernah mendengar atau melihat ibu Lea. Tepatnya, istri Tuan Shaka."
"Nggak pernah? Mungkin karena dia nggak mau tampil di publik?" tebak Khyra.
"Bisa jadi. Tapi aneh rasanya kalau ada istri konglomerat yang nggak pernah muncul di depan publik, apalagi keluarga sebesar Virendra," ucap Sakinah, mencoba menganalisis. Memang, sejauh ini keluarga Virendra tidak pernah menyebutkan sosok istri Arshaka Virendra, atau menantu perempuan mereka. Bahkan acara pernikahan pun tak pernah terdengar digelar.
"Bisa saja Lea anak di luar nikah. Tapi walaupun begitu, nggak mungkin mereka nggak mengadakan pernikahan. Atau... mungkin ibu Lea berasal dari rakyat biasa, jadi tidak disetujui oleh keluarga mereka? Tapi, kalaupun begitu, rasanya nggak mungkin mereka sekejam itu sampai menghalangi pertemuan Lea dengan ibunya. Apalagi Lea kelihatan benar-benar kehilangan sosok ibu," ujar Sakinah panjang lebar, masih sibuk menebak-nebak. Keluarga Virendra benar-benar memikat perhatiannya, membuatnya sulit berhenti membahas topik itu.
Khyra yang mendengarnya hanya ikut berpikir. Jika benar Lea kehilangan seorang ibu, ia bersyukur tidak pernah menyinggung hal itu. Mungkin, bagi keluarga mereka, topik tentang ibu Lea adalah sesuatu yang sangat sensitif.
Tak terasa langit mulai gelap. Sakinah akhirnya berpamitan untuk pulang karena malam ini ia akan keluar bersama calon tunangannya. Padahal, ia sangat ingin bermalam di rumah Khyra, apalagi pembahasan mereka tentang keluarga Virendra belum selesai, terutama teka-teki tentang ibu Lea.
"Besok kamu ngajar nggak?" tanya Sakinah saat hendak masuk ke mobilnya. Namun, ia mengurungkan langkahnya untuk menunggu jawaban Khyra.
"Besok Senin kan? Aku ngajar kelas 5 dan kelas 3. Pokoknya, aku full di sekolah," jawab Khyra.
"Yah, padahal aku mau ngajak kamu jalan. Apalagi kita belum cari dress buat acara tunanganku," keluh Sakinah, wajahnya tampak murung.
"Nanti kalau aku ada jadwal kosong, aku langsung kabarin, kok. Udah sana, kamu harus buru-buru dandan. Mau ketemu calon tunangan, lho," ucap Khyra sambil tersenyum, berhasil membuat Sakinah tersipu malu.
Sakinah pun masuk ke dalam mobil, melambaikan tangan sebelum akhirnya mobilnya menghilang dari pandangan.