Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA PULUH LIMA
"Bagaimana penyelidikan tentang kasus pabrik, apa ada perkembangan atau jalan ditempat?"
"Ada perkembangan lah opa, ternyata ada orang dalam yang bekerja sama mereka,"
"Ya memang orang dalam lah yang melakukannya,"ucapnya santai.
"Berarti opa udah tau dong pelakunya," tuding Bara.
"Memang," jawab opa mengedikan bahu acuh.
Bara geram sekali dengan tingkah opa nya yang mengerjai dirinya. Untuk apa capek-capek dia operasi malam hari sampai begadang, kalau opa nya malah santai baca koran sambil makan anggur begini.
"Terus, kenapa opa gak tangkap pelakunya? Itu rugikan pabrik," tanya Bara
"Biarin lah, cuman sedikit juga kerugiannya, gampang orang opa buat tangkap mereka," jawabnya lempeng.
Sekar yang mendengar obrolan mereka, jadi penasaran berapa kekayaan yang dimiliki keluarga Bara.
Sekar kira opa sakit karena memikirkan orang yang mengkhianati dirinya, ternyata penyakit orang kaya sedang bosan bekerja menikmati waktu istirahat di rumah sakit.
"Kayaknya opa udah mau pulang ke rumah," ucap opa,
Setelah terjadi keheningan beberapa saat,
"Kenapa tiba-tiba? udah merasa sembuh emang?" tanya Bara dengan memicingkan mata.
"Kamu! bisa matanya biasa aja lihatnya. Kayak mau makan orang," ucap opa dengan mata tua yang melotot.
"Ya elah, bukan yang pertama kali, udah turunan gimana? susah ilangnya," Bara kembali memainkan ponselnya.
Pandangan opa beralih kepada cucu mantunya, "Sekar, kamu mau makan atau minum apa? maafkan cucu saya yang gak ada akhlak ini. Jauh jauh datang cuman disuguhi bunga sama majalah aja, padahal kan kamu manusia bukan tong sampah yang makan barang," tutur opa memandang ke segala arah asal tidak melihat cucunya yang menatap tajam.
Sekar yang berusaha menahan tawa hanya tersenyum sungkan kepada opa, karena takut salah berbicara ia cuman bisa menggelengkan kepalanya.
"Astaga, opa ada masalah apa, sih? Kenapa makin julid aja." Bara mulai kesal dengan opanya ini tidak ada angin, tidak ada hujan jadi seperti macam cewek julid. Hanya bisa sindir menyindir seperti ingin disisir kepala botak plontosnya itu.
"Apa salahnya sih nawarin, opa itu baik hati loh."
"Mana ada baik hati ngaku-ngaku," ucap Bara memutar bola matanya jengah, "harusnya diakui bukan mengakui, parah banget sombongnya tingkat dewa." tambahnya.
Opa langsung mengangkat koran hendak memukul cucunya itu," sana ajak ke kantin, istrimu pasti lapar."
"Ini juga mau kali, ayo Sekar kita pergi. Biar opa-opa bukan Korea ini sendirian dikamar," ajak Bara menggenggam tangan Sekar untuk keluar.
Setelah pintu ditutup, tak sadar air mata menetes disudut mata opa.
"Semoga kamu berbahagia cucuku, sudah cukup penderitaanmu selama ini," ucap opa dengan senyum getir.
----+----+----
Rara pulang kerumah, ketika mobil yang membawa Sekar sudah meninggalkan kediamannya. Terlihat ibu yang sedang berkacak pinggang melihat dirinya turun dari taksi online.
"Bu?"
Ibu yang dipanggil Rara segera menarik anaknya masuk rumah, karena tak mungkin ia ribut di depan tetangga yang sedang mengintip kepo.
"Apa sih, bu. Main tarik-tarik aja, aku capek ini baru pulang," sungutnya. Lalu ibu dudukan di kursi.
"Kamu gimana sih? Ra. Katamu si Bara kere, gak tau nya dia itu kaya, tadi si Sekar dijemput sama Alphard sama sopir mereka," cecar ibu, mondar-mandir di depan Rara.
"Bu, jangan ngada-ngada deh. Gak mungkin lah si Bara kere itu punya mobil buat jemput si Sekar paling taksi online aja," sangkal Rara, melipat tangan.
"Taksi online, gimana? orang supirnya yang ngomong langsung di suruh Bara, katanya sopir keluarganya. Astaga kenapa kamu malah kalah sama si Sekar sih, Ra. Udah bagus dulu kamu kawin sama dia malah minta diganti, jadinya kan kamu yang rugi besar ini," ujar ibu yang mulai diserang pening.
"Terus sekarang kemana si Sekar udah berangkat, emang ibu gak di ajak?" lalu pandangannya beralih kepada bapak,"bapak gak diajak juga? Kan katanya dia gak bisa jauh dari bapak,"
"Ibu gak bolehin bapak, Sekar juga ibu usir dari rumah gak boleh datang kesini lagi," ucap bapak murung.
"Kenapa malah ibu usir, nanti aku susah buat rebut Bara dong, bu...gak ada kesempatan lagi aku," keluh Rara
"Soalnya ibu kesel sama dia gak mau pisah sama si bara, ya udah usir aja," ucapnya enteng.
"Ya tapi ibu bikin aku susah deketin Bara, bu. Pasti aku langsung ditolak kalau datang tiba-tiba kesana,"
"Gampang lah ada bapak dan jadi ibu bisa tuh rayu rayu lagi dia"
"Bu?!" protes bapak, yang tak mau jadi tumbal lagi perbuatan istrinya, apalagi jika Sekar tau kenyataannya yang terjadi pasti akan menambah kecewa nantinya.
"Udah! bapak mending diem nurut apa kata ibu biar kita bisa hidup enak. Apalagi kalau kita nanti dilayani sama pembantu, gak perlu capek-capek masak sudah ada yang layani," ucap ibu, berkhayal.
"Bener kata ibu tuh, pak. Selama ini Sekar gak tau kan kita manfaatin dia jadi TKW buat hidup enak, ya meskipun gak seberapa sih. Tapi kalau aku nikah sama Bara, bapak juga ibu tinggal ongkang kaki aja nikmatin hidup,"
"Terus kita harus gimana?" tanya ibu bingung.
"Ibu kita harus susun cara buat jilat lagi Sekar, baik baikin dia lagi karena sekarang kita udah gak punya sumber duit lagi 'kan. Bahaya nanti hidup kita, aku bakal cari cara minta kerjaan sama si Sekar biar nanti bisa goda suaminya. Aku kan cantik gak masalah dong kalau jadi pelakor, apalagi dulunya kan calon suamiku tinggal bilang aja dia yang udah rebut." ungkap Rara dengan pedenya.
"Memang pinter betul anak ibu ini. Kamu tenang aja ibu udah ada ide tinggal kita eksekusi nanti," ucap ibu, tertawa jahat dengan rencana mereka.
"Ya Allah, Sekar. Maafkan kelakuan keluarga kami yang sudah berdosa sama kamu, sedangkan bapak tak berdaya menolak karena keadaan lumpuh begini," keluh bapak dalam hati.
"Kalau gitu,aku mau tidur dulu, Bu. Ngantuk gara gara baru pulang dari luar kota," kata Rara, berlalu ke kamar.
"Ya udah sana pergi," usir ibu.
Ketika Rara pergi, pandangan bapak jatuh kepada istrinya yang sedang tertawa tawa sendiri lalu tiba-tiba berpikir. Macam orang gila saja, karena keserakahan ingin menjadi orang kaya.
"Bu, kapan ibu tobat jadi orang baik, kasian Sekar pasti capek dengan sikap kita yang seperti ini. Kalau kita udah usir dia gak perlu deketin lagi biar disana mereka hidup tenang," nasihat Bapak membuat senyum ibu luntur seketika berganti marah.
Dengan mata melotot ibu berucap "bapak diem deh gak perlu ngurusin hidupku. Ini juga gara gara bapak lumpuh makanya aku kayak gini, coba kalau masih sehat gak mungkin aku manfaatin si Sekar sampai segitunya."
paksa hancurkan pernikahan anaknya..