Ammar dijodohkan dengan Safa yang merupakan anak dari adik angkat ibunya. perjodohan terjadi atas permintaan Ibunda Safa saat menjelang akhir hayatnya karena ingin anaknya memiliki pendamping setelah dirinya tiada
Sedangkan Sang Adik Ubay mengalami insiden tidak mengenakan, dia tidak ingin bertanggungjawab karena dia tak pernah merasa berbuat hal itu tapi karena permintaan sang ibu untuk menikahi gadis itu Maka dia menikahinya.
Begitupun dengan kedua adik lelaki kembar mereka yang menemukan jodohnya dengan cara tak terduga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Hati-hati
Pasangan yang tengah berbulan madu itu sedang asyik bercengkrama sambil menunggu film yang terputar, mereka sampai melupakan Salwa yang menatap mereka sangat tajam.
"Sialan beruntung banget Safa bisa mendapatkan lelaki hebat seperti Ammar, aku tidak suka, Ammar harus jadi milikku". Kesalnya dalam hati
Dia menggenggam tangannya dengan erat untuk melampiaskan kekesalannya yang dia miliki kepada sepupunya itu.
" Kakak baik-baik saja?? Tanya Safa kepada Ammar dengan khawatir.
"Maksud nya baik-baik saja bagaimana dek?? Tanya Ammar dengan kening mengkerut
"Itu kak, sepupu aku, seperti nya dia sengaja menggoda kakak deh". Ucap Safa dengan pelan. Takut suaranya terdengar oleh sepupunya itu.
" Iya benar, dari tingkahnya seperti itu, dia bahkan tidak tahu menjaga pandangannya, padahal aku ini suami sepupunya". Ammar memandang istrinya dengan teduh.
"Kita harus berhati-hati kak, aku sangat mengenal watak sepupuku yang satu itu, dia orang yang sangat gigih dan ambius jika menginginkan atau mau sesuatu, aku khawatir dia mencari-cari alasan untuk mengganggu rumah tangga kita".
"Iya dek, aku akan lebih tegas kedepannya jika aku bertemu dengannya". Ammar mengelus kepala sang istri dengan sayang.
"Apa-apa an mereka, dasar sial, aku tak mau jadi obat nyamuk tidak jelas begini". Sungutnya kesal setengah mati.
"Ammar, bisa kah aku meminta tolong untuk membantuku membawa barangku nanti, kebetulan ini sangat banyak". Ucapnya dengan manja, berusaha menggoda Ammar.
"Maaf saya juga punya banyak bawaan, tangan saya tidak muat, bisa dilihat sendiri". ucap Ammar dengan menolak dengan tegas.
"Tapi apa salahnya menambahkan lagi, kan kamu kuat". Ucapnya memasang wajah melas agar dikasihani.
"Maaf kak, kami juga penuh dengan belanjaan dan tak bisa membantu kakak, lain kali jika tidak bisa membawanya jangan belanja banyak-banyak, kasihan kakak jika kerepotan dan tidak ada yang bantuin". Ucap Safa dengan tatapan seolah bersalah padahal dia kesal setengah mati.
"Ya sudah tidak apa-apa". Ucap Salwa dengan kesal.
Rencananya untuk menggoda Ammar gagal total, apalagi seolah-olah sepupunya itu sengaja membuatnya tidak bisa berdekatan dengan Ammar. Tapi dia harus bisa berbuat sesuatu agar bisa menggodanya.
Film pun selesai, mereka semua keluar secara perlahan, tapi tiba-tiba Salwa sengaja menjatuhkan diri saat dekat dengan Ammar, Ammar yang refleks pun segera menghindar sehingga dia jatuh menimpa Safa.
"aduh". Rintih Safa dan Salwa bersamaan.
Ammar yang melihat istrinya terjatuh langsung menolongnya tanpa menghiraukan keberadaan Salwa disana.
"kamu baik-baik saja dek?? ". Tanya dengan khawatir, dia mengecek semua tubuh istrinya karena takut jika istrinya terluka atau lecet.
"Aku juga terluka Ammar, kenapa kamu hanya memperhatikan Safa, dan kamu Safa, aku ini sepupumu bukannya menolong malah kamu tinggal begini". Sungut Safa dengan kesal.
Rencananya gagal total karena Ammar menghindar padahal niatnya adalah agar Ammar menangkapnya dan memeluknya.
"Apa sih kak Salwa, aku juga jatuh ini karena kecerobohan kakak, terus kenapa mesti suamiku tolongin kakak, kakak tahu sendiri suamiku itu sangat menjaga pandangan dan tubuhnya untuk bersentuhan dengan yang bukan mahram dan harusnya kakak tahu dan sadar akan hal itu". Ucap Safa dengan Jengkel.
"Jangan kurang ajar kamu Safa, aku ini kakak sepupumu, tidak sepantasnya kamu seperti itu padaku". Teriaknya dengan penuh emosi. Dia berdiri dan menghadap Safa penuh Amarah.
"Jangan pernah meneriaki istriku, saya tidak suka ". Hardik Ammar dengan tajam kepada kakak sepupu istrinya itu.
Dia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti hati istrinya siapapun itu, apalagi ini memang kesalahan orang lain.
"Ayo pulang dek, tinggalkan saja orang itu, sekalipun dia sepupumu, tapi dia keterlaluan, jangan pikir saya tidak tahu jika sejak tadi kau sengaja menggangguku tapi saya diam saja karena menghargai kamu sebagai sepupunya tapi jika kamu menyakiti istriku sedikit saja, kau akan berhadapan denganku". Ucap Ammar meninggalkan Salwa yang mematung mendengar ucapan Ammar barusan.
"Sialan, awas kalian, aku pasti akan menghancurkan rumah tangga kalian bagaimanapun caranya". kesalnya memukul kursi di hadapannya.
Sesampainya di Mobil, Ammar membuka pintu mobil agar istrinya bisa masuk dan menyimpan semua belanjaan mereka kedalam bagasi mobil.
"Aku tidak tahu jika adik dari ka Shifa orang yang seperti itu, tidak seperti kakaknya". Kesal Ammar begitu dia mengemudikan mobilnya.
"Maafkan sepupuku kak, aku baru melihatnya seperti itu, sepertinya dia menyukai kakak, tapi kakak menikahnya denganku". Ucap Safa dengan sendu.
"Tidak udah dipikirkan dek, Ummiku memilihkan aku wanita yang tepat, sangat sesuai dengan kriteria ku jadi tidak mungkin aku menerimanya, apalagi melihat sikapnya seperti tadi, aku tidak minat". Ucap Ammar dengan cukup pedas.
"Sesuai kriteria bagaimana??
"Ummi tahu jika aku menyukai perempuan yang bisa menjaga dirinya dan Bisa diajak berdiskusi dalam segela hal karena menurutku pernikahan itu tidak hanya tentang cinta karena Ummi ku pun menikah dengan ayahku tanpa cinta tapi dilandaskan dengan agamanya dan Saling menghargai, saling terbuka, Saling menghargai dan tahu hak dan kewajibannya dan yang paling penting mereka tidak merasa lebih benar dari yang lain, mereka saling mengitropeksi diri jika salah".
"Benarkah Ummi menikah dengan abi tanpa cinta?? Tanyanya dengan kening mengkerut.
"Itu benar dek, cinta mereka tumbuh seiring waktu mereka bersama, kamu bisa lihat sendiri bagaimana harmonisnya mereka, mereka sudah melewati banyaknya masalah dalam rumah tangga mereka tapi cinta mereka masih kokoh sampai sekarang padahal usia mereka sudah tak muda".
"Aku berharap kita juga seperti itu yah kak, aku selalu kagum dengan keluarga kakak yang harmonis, tidak seperti keluarga aku". Ucap Safa menundukkan kepalanya karena teringat bagaimana dirinya dengan sang kakak.
Ammar mengelus kepala snag istri dengan penuh pengertian, " Kamu juga akan jadi ibu, kamu bisa belajar bagaimana parenting Ummi yang ditetapkan pada anak-anak nya tapi seperti itu kamu harus memiliki cara tersendiri karena setiap anak kondisinya berbeda-beda ".
"Apa kakak juga belajar dari abi dalam menerapkan gaya Parenting??
"Aku lebih memilih Gaya memuliakan istri, jika itu ilmu dari abi". Ammar tersenyum membayangkan bagaimana sang ayah memperlakukan ibunya.
"Aku tidak mengerti maksud kakak?? Tanya Safa dengan bingung.
"Jika Gaya Parenting, abi tidak terlalu bisa kami andalkan, tapi bisa tertutup dengan Parenting Ummi tapi jika memuliakan dan meratukan Istrinya aku sangat mengagumi hal itu dari abi".
Safa menganggukkan kepalanya tanda mengerti, dia bisa melihat dengan jelas bagaimana Ayah mertuanya sangat memuliakan istrinya.
"Ummi selalu berkata, ketika sudah menikah kita harus bisa bekerjasama dan saling melengkapi dengan baik karena itu akan memberikan contoh pada anak kita nantinya, apa yang mereka lihat itulah yang akan mereka contoh, nasehat perlu tapi contoh jauh lebih perlu".
Safa mengangguk membenarkan perkataan suaminya, karena dulu kakeknya mencontohkan sang kakak hal tidak baik makanya dia seperti itu.