"Dia bukan adik kandungmu, Raja. Bukan... hiks... hiks..."
17 tahun lamanya, Raja menyayangi dan menjaga Rani melebihi dirinya. Namun ternyata, gadis yang sangat dia cintai itu bukan adik kandungnya.
Namun, ketika Rani pergi Raja bahkan merasa separuh hidupnya juga pergi. Raja pikir, dia telah jatuh cinta pada Rani. Bukan sebagai seorang kakak..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Akibatnya
Di putuskan oleh Rani, sepertinya Damar sangat tidak terima. Dia dan kedua temannya bahkan sudah merencanakan untuk memberikan pelajaran pada Rani. Nyatanya, cinta pertama Rani itu memang hanya mendekati Rani karena ada maunya.
Siapa yang tidak kenal dengan anak baik hati dokter Jacky Zulkarnain. Obsesi Damar, sungguh hanya ingin mendekati Rani demi mendapatkan apa yang dia pertaruhkan dengan teman-temannya. Tentu saja, ciuman pertama dari gadis yang di kenal belum pernah di sentuh orang itu.
Di dalam sebuah gudang yang ada di belakang sekolah. Mereka bertiga sedang menyiapkan semuanya.
"Ya udah, sekarang sudah sepi sepertinya. Aku akan temui Rani dan bilang kamu terluka" kata Willy.
Damar segera mengangguk.
Ketika Willy pergi, Damar terlihat mengepalkan tangannya.
"Jangan salahkan aku, Rani. Kamu yang sok jual mahal" gumamnya.
Sementara Radit terlihat menyiapkan segala sesuatunya.
"Sip, kamera tersembunyi ada di sana. Ya sudah, aku akan berjaga di pintu. Begitu Rani masuk, aku akan tutup pintu dan berjaga supaya tidak ada yang bisa masuk!" ujar Radit.
Mereka masih sekolah, tapi pikiran mereka sudah sangat terkontaminasi dengan hal-hal yang sangat buruk. Memang benar, dengan siapa kita bergaul, maka akan sangat memberikan dampak di kehidupan kita.
Damar mengangguk, dia pun membaringkan dirinya di kursi panjang yang merupakan kursi yang ada di taman, yang sudah tidak ada sandarannya. Sudah rusak.
Rani merapikan semua bukunya, besok dia piket kelas. Dan biasanya, dia memang membersihkan semuanya dulu sebelum pulang, agar jika besok dia kesiangan, dia tidak mendapatkan hukuman dari ketua kelas.
Damar sepertinya mengetahui kebiasaan Rani itu, karena memang Damar sudah mengawasi Rani sejak lama. Caranya mendekati Rani juga dengan pura-pura menjadi pahlawan sapu ijuk yang membantu Rani piket kelas.
"Rani, supirku sudah di depan... "
"Kamu duluan saja, aku cuma tinggal buang sampahnya kok" kata Rani menyela Alia.
"Baiklah, aku duluan ya!"
Rani mengangguk. Alia keluar dengan terburu-buru. Karena supirnya memang sudah menunggunya cukup lama di depan gerbang.
"Rani...Rani!"
Rani menoleh dengan cepat, buku yang dia mau masukkan ke dalam tas, urung dia masukkan. Melihat Willy yang datang dengan panik.
"Willy, ada apa?"
"Damar, huh huh..." Willy mengambil nafas dulu, dia memang berlari dari gudang, itu akan terlihat lebih real jika dia melakukannya seperti itu.
"Damar kenapa?" tanya Rani lagi.
''Damar, melukai dirinya sendiri. Dia parah hari, dia terluka Rani. Sekarang Radit sedang coba menghiburnya, cepat ikut aku. Kalau tidak, mungkin Damar akan lebih nekat!"
Willy menarik pergelangan tangan Rani. Rani masih tampak ragu, dia takut dia harus kembali menerima Damar kalau Damar sampai nekat melukai dirinya sendiri. Dan itu, sama saja kembali melanggar janjinya pada Raja.
"Willy, tapi..."
"Apa kamu tidak kasihan? dia begitu menyukai kamu? kamu sendiri tahu bagaimana dia mendekati kamu kan? dia mana pernah sih nyapu kelas, tapi buat kamu dia melakukan itu. Rani, apa kamu tega?" ucapan Willy sungguh membuat Rani merasa sangat bersalah.
Rani terdiam, sebenarnya dia memang tersentuh dengan semua yang telah Damar lakukan untuknya. Makanya dia sampai menerima Damar, dan terlena sekilas sampai melupakan janjinya pada kakaknya.
"Tapi..."
"Cegah saja dulu, mau kalian balik lagi atau tidak, itu urusan lain. Cepatlah Rani!"
Rani yang merasa kasihan juga pada akhirnya mengikuti Willy yang menarik tangannya. Mereka berlari ke arah gudang.
Begitu sampai di depan gudang, Willy melepaskan tangan Rani.
"Dia di dalam dengan Radit, aduh aku haus. Aku akan cari minum untuk kalian!" Willy langsung pergi.
Namun, Willy tidak benar-benar pergi. Dia berlari memutar. Dia hanya menipu Rani saja.
Dengan ragu, Rani masuk ke dalam gudang itu. Dan benar saja, dia melihat Damar terbaring dengan satu tangan di keningnya.
"Damar..."
Brakk
Rani terkejut, dia segera menoleh ke arah belakang, dimana pintu gudang itu tertutup dengan tiba-tiba.
Dak Dak Dak
"Buka pintunya, siapa di luar?" tanya Rani berteriak-teriak sambil memukul-mukul pintu itu dari dalam.
"Rani" panggil Damar.
Rani menoleh, tapi dia masih terus memukul-mukul pintu itu.
"Damar, ada yang mengunci kita. Cepat minta tolong!" kata Rani.
Damar terkekeh pelan. Melihat itu, Rani tahu kalau hal ini pasti disengaja, ini pasti ulah Damar.
Rani dengan cepat membuka tasnya. Dia mau ambil ponselnya. Tapi Damar dengan cepat merebutnya dan melemparkan ponsel itu ke lantai, lebih tepatnya membantingnya.
Brakkk
Mata Rani melebar.
"Damar..."
Rani tidak bisa bicara lagi, tangan pria itu sudah mencengkram kuat rahangnya.
"Sok jual mahal, kamu pikir kamu siapa?" geram Damar.
Sementara itu di depan gerbang, Raja sampai keluar dari dalam mobil ketika dia tak juga mendapati adiknya keluar gerbang.
Dia tahu, adiknya itu pasti sedang membersihkan kelas. Tapi pikirnya tidak mungkin selama ini.
Raja pun menghubungi ponsel Rani.
"Nomor anda tuju, sedang tidak aktif. Atau berada di luar jangkauan! Silahkan hubungi beberapa saat lagi!"
Raja mulai cemas, adiknya tidak pernah membiarkan ponselnya sampai kehabisan daya.
Tanpa pikir panjang lagi, Raja pun minta ijin pada satpam untuk masuk ke dalam sekolah. Karena memang satpam di sekolah itu juga kenal Raja, karena sering melihat Raja mengantar dan menjemput Rani. Raja di perbolehkan masuk ke dalam kawasan sekolah.
Raja bergegas ke kelas Rani, tidak ada orang. Tapi Raja melihat ada meja yang masih ada bukunya berantakan. Dan itu buku milik Rani, ada nama Rani di sana.
"Rani"
Raja mulai panik. Dia segera keluar dari kelas itu, mencoba mencari keberadaan adiknya. Satpam bilang adiknya belum keluar, berarti masih ada di dalam. Dan pikir Raja, mungkin kalau ada yang jahat pada adiknya, adiknya mungkin di kunci di toilet atau gudang.
Raja pun mencari ke beberapa toilet. Tapi dia tidak menemukan Rani. Hingga dia berlari memeriksa semua ruangan yang sekiranya gudang.
Saat itulah dia lihat ada dua pemuda berdiri dengan waspada di depan sebuah pintu.
"Kalian!"
Rani melebarkan matanya, dia sudah berada di bawah kungkungan Damar, tapi dia masih terus berusahalah untuk menghindari Damar menciumnya.
'Kak Raja' pekik Rani dalam hatinya.
Plakkk
Damar yang kesal, karena Rani terus memberontak menampar Rani dengan kuat, sampai sudut bibir gadis itu sobek sepertinya, hingga mengeluarkan sedikit cairan merah.
"Minggir kalian!" pekik Raja.
Willy dan Radit tentu saja mengenal Raja. Tapi mereka juga tidak mau menyerah begitu saja. Bisa habis mereka dihajar Damar kalau sampai membiarkan Raja masuk.
"Sok jagoan, ini bukan wilayah kamu" kata Radit.
Bughh
***
Bersambung...