Biasanya, perceraian dilakukan antara dua orang atas kesadaran masing-masing diantaranya.
Retaknya rumah tangga, hubungan yang sudah tidak harmonis lagi, dan perihal pelik sebagainya.
Namun berbeda yang dirasakan seorang model sekaligus Aktris cantik yang benama Rania. Tepat satu tahun di hari pernikahanya, Rania mendapat kejutan perceraian yang di lakukan suaminya~Pandu.
Tanpa memberi tahu Rania, Pandu langsung saja membuat konferensi pers terhadap wartawan, bahwa Rania adalah sosok wanita yang begitu gila karir, bahkan tidak ingin memiliki seorang anak pada wanita umumnya.
Rania yang saat itu tengah melakukan pemotretan di Amerika, tidak pernah tahu menahu, bahwa suami yang begitu dia cintai menceraikannya secara hina. Rania sendiri sadar, saat melihat berita dari televisi internasional.
Dan setelah kedatangn Rania ke tanah air. Dia baru tahu, jika gugatan cerai yang dia terima, semata-mata hanya untuk menutupi perselingkuhan Pandu dengan sahabatnya sesama model~Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21~PPH
Mendengar suara motor sang putra, bu Rina segera keluar dengan wajah bahagianya.
"Ayo Dimas, cepat masuk! Ada yang ingin ibu bicarakan," katanya sambil menarik lengan sang putra untuk diajaknya masuk.
Pak Yatmoko yang sedang memeri makan perkututnya, hanya bergeleng-geleng melihat sikap istrinya itu. Kepala desa itu sudah tahu, hal apa yang akan diterima oleh sang putra, melalui ucapan istrinya. Karena sebelum kedatangan Dimas, bu Rina sudah pernah membahas dengan dirinya.
"Ada apa sih buk?"
"Kamu sudah tahu kan, cucune Mbah Nah yang model itu? Sekarang sudah jadi janda, Le!" ujar bu Rina antusias setelah mereka duduk diruang tamu.
"Iya, Dimas sudah tahu dari berita! Lha memangnge kenapa kalau sudah janda, bu? Dimas yakin, Rania juga ndak mau sejujurnya menempati posisinya saat ini."
Bu Rina sontak menepuk pelan jidatnya. Sambil mendesah dalam.
"Haduh, Dim ... Kamu ini kepiye to! Bukan itu yang ibu maksud, cah Bagus!"
Dimas memicing, seolah dia sudah tahu hal apa yang akan ibunya katakan.
"Bagaimana kalau kamu mendekati Rania saja, Le? Lha wong Rania juga anak baik-baik. Cantik, sopan ... Terus, berbakat lagi!" papar bu Rina yang memang sejak dulu selalu menyukai model cantik itu.
Huh!
Dimas mendesah dalam. Tubuhnya luruh kebelakang untuk bersandar. Dia memijat pangkal hidungnya, karena mearasa penat setiap ibunya selalu menjodoh-jodohkan dia dengan para wanita.
"Mimpi buk, Dimas bisa mendapatkan Rania! Kasta Dimas ndak sama dengan dia. Dulu saja, mantan suami Rania seorang pembisnis besar di Jakarta. Lha di padake sama Dimas yang hanya seorang prajurit biasa. Dimas ndak mau menghayal terlalu tinggi, buk!" tolak Dimas secara lembut.
Dia merasa pesimis jika berhadapan dengan model cantik itu. Dan sudah dapat Dimas pastikan, jika dia bukanlah pria idaman sosok Rania. Tidak pernah terpikirkan atau terbayang, jika dia dapat bersanding dengan Model cantik itu.
Setelah itu, Dimas langsung bangkit menuju kamarnya untuk sekedar istirahat sebentar.
Sebelum merebahkan tubuhnya, Dimas duduk dikursi kayu terlebih dahulu. Dia membuka jaket, serta meletakan tas ranselnya di atas meja.
Untuk sekedar membuang rasa lelahnya, Dimas mengambil ponsel yang berada dalam tas ranselnya. Sejujurnya, dia sudah tahu tentang perceraian yang di terima oleh Rania sejak waktu lalu, karena dia selalu mengikuti berita tentang model cantik itu.
Dan disaat pertama kali datang ker rumah Nek Fatonah, dia juga sudah tahu kalau wanita yang duduk itu Rania. Akan tetapi, Dimas tidak ingin menunjukkanya secara terang-terang dihapan orang, meskipun nenek Rania sendiri.
'Ndak mungkin! Rania bagaikan putri raja, lha aku cuma prajuritnya saja! Ya ALLAH, siapa jodohku kelak!'
Dimas mengusap sebuah foto wanita cantik, yang dia ambil dalam media sosial di wanita. Entah dia memendam rasa, atau hanya sekedar ungkapan salah satu penggemar pada idolanya. Lebih dikatan jika Dimas sejak dulu ngefans dengan wanita tersebut.
.
.
.
.
Brengsek!
Pandu menggeram sambil menyengkram setir mobilnya, karena mantan istrinya itu sama sekali tidak mengangkat panggilannya. Dan yang membuatnya lebih kesal, nomornya langsung di blokir seketika oleh Rania.
'Dimana Rania sekarang? Semenjak bercerai denganku, berita sudah tidak lagi meliput tentangnya'
Dengan laju cepat, Pandu memutuskan untuk datang ke Agensi BT untuk menanyakan pada mantan Manager Rania~Daniel Wongston.
Pandu sempat berhenti di teras, sebelum dia masuk kedalan. Disana, disisi bagian kiri, terdapat foto Laura yang dicetak begitu besar dengan diberi tanda silang merah besar pada tubuh model cantik itu. Yang artinya, Agensi tersebut tidak memperkenankan Laura untuk menginjakkan kakinya di perusahaan.
Setelah memgambil nafas dalam-dalam, Pandu langsung saja masuk untuk menemui sang Manager.
"Dimana Daniel? saya ingin bertemu dengannya!"
"Maaf pak! Daniel baru saja keluar 10 menit yang lalu. Mungkin dia langsung pulang, karena ini sudah hampir pukul 4 sore," terang wanita berambut pirang, menatap jijik kearah Pandu.
Tanpa bantahan lagi, Pandu langsung saja melenggang keluar untuk mencari keberadaan Daniel.
"Apa kau tahu ... Dia bukanya mantan suami Rania, yang saat ini tengah terkerat skandal video mesum dengan model Laura," bisik salah satu teman si wanita tadi, setelah kepergian Pandu.
"Pria tidak tahu malu! Sama gilanya dengan Laura. Berbakat, tapi doyan milik orang."
Wanita berkacamata juga ikut mengimbuhi ucapan rekanya, "Kabarnya, Laura sekarang di blacklist oleh Agensi atau perusahaan besar manapun! Semua kerjasama yang menyangkut dirinya, spontan dibatalkan secara mendadak!"
"Baguslah! Biar tau rasa. Karena aku tau betul siapa Rania. Kita sudah bekerja beberapa tahun denganya," sambung kembali wanita berambut pirang.
Mereka semua adalah rekan Rania, namun berbeda profesi saja. Namun mereka semua bekerja dibawah naungan Agensi BT.
.
.
Sepulangnya dari kantor Pandu, Laura langsung saja pulang ke apartementnya, karena dia tidak dapat pergi kemana-mana mengingat namanya yang saat ini tengah memanas, akibat skandal video tersebut.
"Papah, mamah-"
"Dari mana saja kamu, Laura?" suara tuan Dark memberat, dengan tatapan nyalang kedepan.
Nyonya Elisa mendekat sambil bersedekap dada. Tatapanya begitu dingin, merasa muak dengan sikap hina putri bungsunya itu.
"Tuhan menciptakanmu itu, sekaligus memberimu otak juga Laura! Apa kamu lupa, jika kamu seorang manusia yang berakal? Papah dan Mamah menyekolahkanmu tinggi, agar kamu berbakat menjadi model terkenal ... Tapi sekarang kamu lihat? Tubuh polosmu dengan pria bajingan itu sudah menjadi santapan para media, sekaligus masyarakat seantero!" geram nyonya Elisa, namun dapat mengolah emosinya hingga tetap terlihat elegant.
"Otakmu ini ... Percuma Tuhan memberimu otak, jika kamu tidak dapat memakainya!" lanjut kembali nyonya Elisa, sambil menekankan jari telunjuknya pada kepala sang putri.
"Dimana pria itu, Laura? Katakan, biar papah menemui dia!" sentak kembali tuan Dark, karena ucapanya tidak di idahkan sang putri.
Laur hanya bungkam sambil memunduk. Lidahnya terasa kelu, karena ketakutannya pada kedua orang tuanya saat ini.
Nyonya Elisa adalah golongan dari keluarga terpandang, dan sangat menjaga martabat keluarga besarnya. Sejak dari sang nenek, hingga para cucu sebelumnya, semua dapat menjaga harga diri masing-masing, tanpa pernah terpaut dengan kasus skandal.
Apalagi keluarga besar tuan Dark Jemes. Betapa murka serta malunya, disaat ada salah satu penerus keluarga Jemes yang terlibat skandal memalukan, hingga membuat nama besarnya tercoreng akibat ulah Laura.
"Kamu tidak memikirkan, bagaiman jika kamu akan hamil?" tanya nyonya Elisa yang masih berdiri dihadapan sang putri, "Oh ... Aku hampir lupa. Kamu tidak memiliki otak, bukan! Jadi pantas saja jika kamu tidak pernah berpikir sampai kesitu. Dan satu lagi ... Bagaimna jika pria bajingan itu pergi meninggalkanmu secara mendadak? Kamu juga tidak pernah memikirkannya?"
Hah!
Nyonya Elisa mendesah dalam sambil menggelengkan kepala. Dia benar-benar teramat penat, dengan sikap lancang putrinya. Sejujurnya kedua orang tua Laura teramat malu, hanya saja untuk keluar dari rumah. Namun hal itu harus dia tepis, demi menemui putri bejadnya itu.
"Tapi aku yakin, Mah ... Pandu tidak akan meninggalkanku! Dia sudah berjanji akan menikahi Laura secepatnya!" bantah Laura yang kini sudah mulai mengangkat pandanganya.
BODOH!
Bentak tuan Dark, karena merasa muak dengan sikap bodoh putrinya. Bagaimana bisa Laura termakan janji gila dari seorang pria, yang jelas-jelas bukan suaminya.
"Jika dia pria baik-baik ... Mungkin dia akan menjagamu. Bukanya menodaimu, apalagi sampai video panas kalian tersebar!" sahut nyonya Elisa yang kini berjalan pelan mengitari tubuh putrinya, "Sekarang cepat katakan, dimana rumah pria brandalan itu? Biar Mamah dan Papah menemuinya!"
"Dia hanya tinggal dengan Kakeknya saja! Setelah Laura selesai mandi, nanti kita kesana!"
Setelah itu, Laura langsung berjalan menuju kamarnya dengan nafas yang terikat. Dia tampak susah bernafas karena menurutnya, oksigen dalam apartementnya mendadak hilang.
'Aku akan menuju rumah Eyangmu bersama Papah dan dan Mamah!'
Sebelum mandi, Laura mengirimkan pesan terlebih dahulu untuk Pandu, agar dia kembali dan membicarakan semuanya secara baik-baik.
.
.
BRAK! BRAK!
Laront yang saat ini sedang melakukan ciuman panas dengan seorang wanita, terpaksa hatus dia hentikan saat mendengar suara gebrakan pada pintu Apartementnya.
"Siapa sih? Mengganggu saja!"
Wanita itu menyeka sisa savila disekitar bibirnya, sambil menaikan tali spageti dressnya.
"Dimana Daniel?" ucap Pandu menatap tajam asisten mantan istrinya itu.
"Hei you ... Datang-datang nyariin Daniel! Memangnya eike emaknya Daniel, apa? Dasar!" geram Laront menatap sinis.
Pandu mengedar, dan dapat dia lihat seorang wanita cantik yang kini sedang duduk manja, sambil membaca sebuah majalah.
"Bagaimana kau dapat bercinta dengan wanita?" cibir Pandu.
"Biar modelku begini ... Aku masih normal, Pandu! Dan aku hanya setia dengan wanitaku saja! Tidak seperti you!" balas Laront mencemooh mantan suami Rania.
Drrt!
Pandu dengan cepat mengambil ponsel disaku jasnya, saat mendengar ada pesan masuk di ponselnya.
Mata Pandu membola tajam, dengan nafas yang terdengar naik turun.
'Mau ngapain keluarga Laura datang menemui Eyang? Ini akan menjadi bencana besar lagi! Sialan ....!'
Puas mengumpat dalam batinnya, Pandu langsung melenggang keluar, tanpa ucapan sepatah kata pada Laront.
"Dasar pria gila!"
Bersambung~
semangat ya tor🌹🌹
awal baca suka ceritanya 😍
ra dong aku !!!