“Menikahlah denganku, lahirkan keturunanku, dan aku akan membantumu.”
Penawaran dari Sagara dengan imbalan yang cukup fantastis membuat Lisa seakan mendapatkan angin segar di tengah tuntutan hutang yang menggunung. Namun, gadis itu tak memiliki cukup keberanian untuk mengambil tawaran itu karena Lisa tahu bahwa Sagara telah memiliki istri dan Lisa tidak ingin melukai perasaan istri Sagara.
Hingga akhirnya Lisa kembali dihadapkan pada kabar yang mengguncang pertahanannya.
Ia harus memilih antara menjadi istri kedua dan melahirkan keturunan Sagara dengan imbalan yang besar, atau mempertahankan harga diri dan masa depannya, tetapi ia harus kehilangan orang yang ia sayangi.
Lalu, bagaimana dengan keputusan Lisa? Dan apa sebenarnya yang buat Sagara akhirnya berpaling dari istrinya?
Yuk, ikuti terus kisah selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku akan merebutmu darinya
Zaki terus mengetuk pintu rumah Lisa berharap kekasihnya itu berkenan membuka dan kembali berbicara dengannya. Namun, yang dinanti tidak kunjung kembali menemuinya. Lisa masih bergeming di balik pintu dengan air mata yang sudah mengalir deras membasahi pipinya. Kenangan manis yang sempat dilalui berdua kembali menghampiri pikirannya.
Lisa tersedu-sedu, hatinya juga sakit mendengar suara Zaki yang terus memintanya kembali pada pria itu. Sungguh, jika bukan karena perlakuan buruk Yuni, Lisa tidak akan memilih jalan lain dan meninggalkan pria itu.
“Maafin aku, Mas,” lirihnya.
Sementara Zaki tampak putus asa di luar sana. Tubuhnya luruh dengan suara tercekat. Pria itu tidak menyangka hubungannya dengan Lisa berakhir tragis seperti ini. Padahal ia sudah berniat melamar gadis itu setelah keuangannya stabil.
“Lisa, mas mohon, Sayang, buka pintunya... Mas nggak peduli orang lain mau bilang dan berpikir apapun tentang kamu, yang terpenting kamu masih terus sama mas. Ayo, kita perbaiki semuanya. Mas akan bantu kamu membayar hutang-hutang kamu dan kalau kamu mau, kita pergi jauh dari sini. Kita tinggalkan semuanya dan menikah. Ayolah Lisa, buka pintunya.”
Lisa menghapus air matanya, mencoba mengatur napasnya untuk segera membalas ajakan Zaki.
“Jangan menjadi anak durhaka, Mas. Aku nggak mau jadi penyebab kamu menyakiti ibumu. Sudah benar kita berakhir sampai di sini dan aku harap kamu bisa segera menemukan penggantiku di hatimu. Lagipula mau sekeras apapun kamu mencoba membujukku, aku tetap pada keputusanku. Sekarang pergilah, hubungan kita berakhir sampai di sini.”
Lisa berucap begitu tenang, nadanya bahkan tidak bergetar sama sekali. Namun, tetap saja, matanya tidak bisa berbohong bahwasanya ucapannya begitu menyakiti hati, bukan hanya Zaki, tetapi dirinya juga.
“Aku nggak akan pergi dari sini, Lis. Aku akan tetap berjuang buat merebut kamu dari siapapun. Bahkan sekalipun kamu sudah menikah dan tidur dengan pria itu, aku akan tetap merebutmu darinya!” teriak Zaki, frustasi.
“Semoga kamu segera mendapatkan wanita yang tulus dan diinginkan oleh ibumu, Mas,” gumam Lisa.
Tidak ingin mendengar suara Zaki yang semakin lama semakin ngelantur, Lisa bergegas pergi dari sana. Ia harap dua bodyguard itu mengusir Zaki dari rumahnya agar tidak menimbulkan kegaduhan.
Benar saja, tidak lama setelah itu, terdengar suara Zaki yang memberontak dan terus menerus memanggil Lisa hingga suara itu perlahan mengecil dan hilang.
***
Sagara melirik sang istri yang begitu pulas bergelung dengan selimut tebalnya. Pria itu tersenyum sinis dengan tatapan merendahkan tertuju pada wanita itu. Semalam sepulangnya dari rumah sakit, Sagara memilih tidur di ruang kerja yang terdapat kasur single di sana karena ia sama sekali tidak ingin satu ranjang dengan sang istri.
Entahlah, semakin hari Sagara semakin muak dengan pernikahannya. Apalagi Dewi masih bersikap biasa saja meskipun tetap melanjutkan aksi bejatnya. Ya, wanita itu benar-benar memerankan aktingnya dengan baik.
Tampak wanita itu melenguh dan perlahan membuka matanya. Dilihatnya Sagara yang tengah berdiri tak jauh dari ranjang dan terus memerhatikan dirinya, membuat wanita itu salah tingkah.
“Kenapa, Mas? Kamu mau minta jatah setelah sebulan puasa?” tanya Dewi begitu sensual, bahkan wanita itu mengenyahkan selimutnya dan memperlihatkan tubuh putih mulusnya yang tertutup lingerie transparan. Posisi menyamping dengan tangan kiri menjadi menyangga kepala, Dewi tampak melakukan gerakan ero*tis di sana.
Meski awalnya sedikit terkejut karena tiba-tiba sang suami memerhatikan dirinya ketika tidur, tetapi Dewi begitu percaya diri bahwa Sagara akan kembali meminta haknya yang selama sebulan ini tidak pernah dimintanya. Wanita itu yakin, ibu mertuanya telah menasehati Sagara dan pria itu kembali bersikap manis padanya seperti dulu.
Lain halnya dengan pikiran mesum Dewi. Namun, Sagara tidak seperti itu.
Jika dulu, Sagara akan benar-benar menerkam dan memberikan pelayanan yang luar biasa, tetapi berbeda dengan hari ini. Pria itu justru menampilkan raut jijik yang tidak terkendali karena ulah sang istri.
“Apa seperti ini caramu merayu pria lain?” tanyanya dengan suara dingin.
Tidak ada senyuman, matanya semakin tajam menatap Dewi yang langsung membeku di tempatnya. Wanita itu tampak gelagapan, bahkan segera bangun dari tidurnya dan duduk menatap ke arah suaminya.
“A-apa maksudmu, Mas? Aku merayu pria lain? Mana mungkin aku melakukan hal itu, aku hanya melakukan itu di depanmu saja!”
Jantung wanita itu berdegup kencang, napasnya tercekat hingga ia begitu kesulitan untuk menghirup oksigen ke dalam tubuhnya.
“Benarkah?”
Sagara perlahan mendekat, bahkan jarak ke duanya semakin tipis membuat Dewi gemetaran luar biasa. Jika bukan wanita, sudah pasti pria itu akan menghajarnya habis-habisan.
“T-tentu saja, Mas. Ka-kamu ini kenapa, sih, Mas?” Bahkan suara itu terdengar begitu gugup hingga membuat Sagara menyunggingkan senyum sinis ke arah Dewi.
“Lalu seperti apa?” bisik Sagara.
Matanya tanpa sengaja melihat ada tanda merah di area tulang selangka istrinya. Bahkan warnanya masih terlihat segar dan pria itu yakin, jika tanda itu baru saja dibuat oleh selingkuhan istrinya.
“Ma-mas… kamu ngomong apa, sih? Jangan bikin aku takut.”
Dewi semakin beringsut ke belakang ketika Sagara terus mendekat ke arahnya. Padahal dulu Dewi begitu menyukai tindakan Sagara yang seperti ini, tetapi kali ini tatapan pria itu terlihat berbeda, tidak ada tatapan memuja dan penuh hasrat. Yang terlihat justru tatapan merendahkan dan sinis ditunjukkan oleh pria itu.
“Kenapa? Bukankah kamu yang lebih dulu menggodaku tadi?”
Jarak mereka semakin dekat, bahkan embusan napas saling bertabrakan membuat Dewi tidak nyaman dibuatnya.
Sagara mengikis jarak, bergerak semakin dekat hingga bibirnya tanpa sengaja menyentuh telinga Dewi hingga membuat wanita itu merasakan gelenyar aneh di dalam tubuhnya. Wanita itu sudah siap jika pagi ini Sagara meminta haknya. Namun, kata-kata yang terucap dari bibir suaminya seakan palu godam yang menghantam hatinya.
“Jadi, seperti itu caramu menggatal pada pria lain? Sudah berapa banyak pria yang merasakan tubuhmu itu, hm?”
Deg!
Bersambung