Gadis Pilihan Ummi

Gadis Pilihan Ummi

Kejadian Setelah Pemakaman

Kehidupan dan kematian tidak ada yang tahu seperti hari ini. Shofiyah beserta anaknya menghadiri pemakaman dari keluarga sang besan. Sekaligus keluarga angkatnya.

Dia tengah bersedih karena adik angkat yang begitu dia sayangi menghembuskan nafas terakhirnya dirumah sakit semalam ketika dia menjenguknya seakan dia hanya ingin menitipkan pesan kepadanya.

"Aku akan menjaga anakmu dengan sangat baik seperti janjiku padamu dek, semoga Allah menempatkanmu ditempat peristirahatan terindah yaitu Syurganya.

Dia memandang ibah pada gadis cantik yang tengah meratapi kepergian sang ibu dengan linangan air mata yang tak ada hentinya. Dia tahu betapa terpukulnya dirinya kerena kini semua yang dia sayangi telah pergi meninggalkan nya.

"Kamu yang sabar yah nak, kamu tidak sendirian, ummi akan menjaga kamu seperti janji ummi semalam pada bundamu". Ucap Shofiyah memeluk putri satu-satunya adik angkatnya ini dengan sayang.

Dia sudah menganggap gadis ini sebagai anaknya dan juga sangat menyayangi nya sejak dirinya masih kecil. Gadis sabar dengan sejuta pesona tapi tetap rendah hati.

"Maafkan bundaku jika dia memiliki kesalahan ummi, terima kasih karena mau mengabulkan permintaannya sebelum dirinya pergi". Safa memeluk sang ibu angkat yang dia sayangi.

Dia memang sangat dekat dengan Shofiyah dan juga kedua anak perempuannya walau mereka berbeda umur.

"Iya nak, ummi sudah memaafkannya, kamu sabar yah, doakan dia semoga Allah memberikan dia tempat terbaik disisinya". Shofiyah memeluk snag calon mantu itu.

Dia memang berjanji untuk menjaganya sampai nanti dan akan dia jadikan menantu di keluarganya tepatnya untuk sang anak Ammar karena dari segi usia dialah yang cocok untuknya.

"Terima kasih ummi, maafkan Safa selalu merepotkan ummi dan keluarga". Ucapnya menunduk.

" Tidak sayang, kamu tidak pernah merepotkan ummi karena kamu juga anak ummi". Shofiyah memandang Safa dengan penuh ketulusan meyakinkan jika dia memang menyayangi gadis cantik ini.

Safa memandang nanar gundukan tanah tempat peristirahatan terakhirnya, kini dia akan menghadapi sikap egois sang abang sendirian tanpa bantuan orangtuanya seperti biasanya.

Setelah pemakaman mereka semua pulang kerumah, Shofiyah menyuruh seluruh anaknya pulang tapi menahan Ammar dan Umar untuk bersamanya sedangkan sang suami dan ketiga anknya dia suruh pulang. Dia akan menemani gadis cantik ini dengan penuh perhatian karena dia tahu setelah ini akan ada masalah yang menderanya.

"Berikan rumah ini dan juga mobil serta tanah warisan mereka kepadaku". Suara bariton membuyarkan lamunan mereka tentang pemakaman tadi.

Disana memang banyak keluarga yang menemani, termasuk sang Besan, Kak Gibran dan istri serta menantunya.

" Kau tidak perasaan sedikit saja??, bunda baru saja dimakamkan dan kau sudah meminta warisan, kau gila yah??". Teriaknya dengan tidak terkendali.

Dia betul-betul marah dengan lelaki yang bergelar abangnya ini, tidak bisakah dia melihat kondisi??.

" Mereka semua sudah mati, jadi semua yang mereka punya itu menjadi warisan dan saya adalah anak tertua dan laki-laki. Bagian saya 2 kali lipat dari kau yang hanya anak perempuan!! ". Geramnya kerena sang adik tidak mau langsung memberikan keinginanya.

"Jangan kurang ajar Safwan, bundamu itu baru kami kubur dan kau bahkan tidak ada di saat terakhir ibumu dan dengan seenaknya kamu datang kesini meminta warisan, kamu tidak punya otak??". Kini Gibran sang paman murka kepada keponakannya itu.

" Tidak usah lebay paman, urus saja anak-anak perempuan paman itu, tidak usah ikut campur urusanku". Ketusnya kepada sang paman

Dia merasa menang karena diantara semua cucu keluarga dialah lelaki tunggal dan sangat dimanja oleh sang kakek waktu itu. Membuatnya lupa daratan, sampai selalu berbuat seenaknya seperti sekarang ini.

"Kau". Kak Gibran maju untuk menghajar keponakan lelakinya yang sangat kurang ajar itu.

"Hahaha, tidak usah berlagak jagoan paman, anda itu sudah tua tidak akan menang melawan ku!! ". Ucapnya dengan sinis

Gibran maju ingin menghajar keponakan tapi malah kena pukul lebih dulu.

" Liat kan??, kau hanya lelaki lemah dan tua sekarang, tidak usah berlagak sok bisa menghajar ku". Sinisnya dan merendahkan sang paman.

"Bugh". Akh". Belum dia menyelesaikan perkataan yang Bogeman mentah mendarat di wajahnya.

Pukulan keras itu membuatnya terjatuh dengan hidung mengeluarkan darah dan sudut bibirnya robek.

" Sialan, apa yang kau lakukan??". Umpatnya pada Umar yang telah memukulnya.

"Itu hadiah kecil untuk manusia kurang ajar dan tak tahu terima kasih serta tak tahu diri seperti mu!! ". Ucap Umar dengan tenang tapi matanya memancarkan kemarahan yang luar biasa.

Dia sangat tidak terima ada yang kurang ajar dan memukul mertuanya, siapapun itu.

" Kau itu hanya orang lain, tidak usah ikut campur!! ". Emosinya kemudian menyerang Umar dengan membabi buta.

Umar yang tampak tenang menghindari pukulan itu kemudian mendarat kan tendangan maut dan keras kepada lelaki itu sehingga tersungkur dengan memeluk perutnya karena terasa sangat sakit. Bahkan saking sakitnya dia bahkan tak bisa berdiri

Semua orang menyaksikan aksi Umar tanpa mau melerai. Hanya sang ibu yang nampak Khawatir kepadanya karena perkelahian itu.

"Saya memang orang lain di keluargamu, tapi lelaki yang kau pukul barusan adalah ayah mertuaku, ayah dari perempuan yang ku nikahi dan secara otomatis menjadi ayahku juga. Tidak ada satupun orang yang kubiarkan menghina apalagi memukulnya". Tatapan tajam bak elang pemangsa itu dia berikan kepada lelaki yang menatapnya sambil kesakitan itu.

"Dan perempuan yang kau hina itu adalah Calon adik iparku. Calon istri dari adikku Ammar sesuai dengan amanah ibundamu". Umar maju ke hadapan Safwan yang masih meringkuk kesakitan karena tendangan tadi.

" Jika kau berani melakukannya lagi, tidak hanya itu yang akan kuberikan padamu, akan kupastikan kau menyesal karena berani melakukannya!! ". Umar berucap dengan dingin dengan tatapan mata tajam.

Mereka semua tidak ada yang menyangka lelaki tenang dan berwibawa itu bahkan bisa melakukan hal seperti itu untuk melindungi keluarganya. Terutama sang istri yang baru melihat kemarahan dan kemurkaan sang suami.

Umar berjalan menghampiri sang ayah mertua, walau kini hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja, sang menantu itu tetap menghormati dan menghargai nya bahkan membelanya sampai seperti ini.

"Ayah baik-baik saja?? Tanya seketika melembutkan pandangannya yang tadinya penuh dengan emosi.

" Ayah baik-baik saja nak, terima kasih". Ucap Gibran dengan sendu memandang Haru sang menantu, semarah apapun dirinya pada anak ini, dia bahkan tak pernah meninggikan suaranya apalagi berbuat kurang ajar kepadanya.

"Ayo ayah, aku bantu". Ucapnya memapah sang ayah menjauh dari keponakan kurang ajarnya itu.

Tapi Umar tidak tahu jika Safwan bangun dan akan menghajar Umar dari belakang tapi sebelum tangannya mendarat pada tubuh Umar ada tangan yang menahannya dengan wajah datar.

Lelaki bermata sipit berwajah tampan itu memegang pergelangan tangannya kemudian menghempaskannya dengan sangat keras sampai ia terlempar.

Episodes
1 Kejadian Setelah Pemakaman
2 Berapa Yang Harus Kubayar
3 Surat Wasiat
4 Rencana Pernikahan
5 Pernikahan
6 Pengenalan Keluarga
7 Ammar si Jahil 1
8 Ammar Si jahil 2
9 Rencana Honeymoon
10 Keluarga Hangat dan Pengertian
11 Ketemu Salwa
12 Harus Hati-hati
13 Jangan Lihat Covernya
14 Terbongkarnya Identitas Ubaidillah
15 Pernikahan Yang tidak diInginkan
16 Apa Yang sebenarnya terjadi
17 Nikahi Gadis Itu
18 Perjuangan cinta Fahira
19 Memaafkan
20 Kalian Anak Kami
21 Keharmonisan Keluarga
22 Salwa Berulah
23 Kemarahan Gibran
24 Kedatangan Keluarga Fahira 1
25 Kedatangan Keluarga Fahira 2
26 Pelindung Fahira
27 Dukungan Moril Keluarga
28 Jalan-jalan
29 Pertengkaran Ammar dan Safa
30 Amarah Ammar
31 Kedatangan Keluarga Salwa
32 Obsesi Salwa
33 Ubaidillah Mengamuk
34 Masuk ke penjara
35 Jangan sentuh Istriku
36 Kesombongan menghancurkan Diri
37 Ingin belajar Parenting
38 Rasa Iri Pada Fahira
39 Nasehat Sang Menantu
40 Syukuran kelulusan Safa
41 Pertengkaran 2 keluarga
42 Tingkah Random para suami
43 Kehamilan Safa
44 Shifa Diculik
45 Pulang Babak Belur
46 Kabar Duka Keluarga Ahmad
47 Pemakaman Shifa dan pertengkaran
48 Ini sudah takdir
49 Bertemu Salwa
50 Safa Masuk Rumah sakit
51 Kedatangan Shofiyah
52 Shofiyah bertindak
53 Pernikahan Salwa
54 Tingkah Random
55 Safa bertemu Sang Kakak
56 Safwan ingin Uang
57 Fahira melahirkan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Kejadian Setelah Pemakaman
2
Berapa Yang Harus Kubayar
3
Surat Wasiat
4
Rencana Pernikahan
5
Pernikahan
6
Pengenalan Keluarga
7
Ammar si Jahil 1
8
Ammar Si jahil 2
9
Rencana Honeymoon
10
Keluarga Hangat dan Pengertian
11
Ketemu Salwa
12
Harus Hati-hati
13
Jangan Lihat Covernya
14
Terbongkarnya Identitas Ubaidillah
15
Pernikahan Yang tidak diInginkan
16
Apa Yang sebenarnya terjadi
17
Nikahi Gadis Itu
18
Perjuangan cinta Fahira
19
Memaafkan
20
Kalian Anak Kami
21
Keharmonisan Keluarga
22
Salwa Berulah
23
Kemarahan Gibran
24
Kedatangan Keluarga Fahira 1
25
Kedatangan Keluarga Fahira 2
26
Pelindung Fahira
27
Dukungan Moril Keluarga
28
Jalan-jalan
29
Pertengkaran Ammar dan Safa
30
Amarah Ammar
31
Kedatangan Keluarga Salwa
32
Obsesi Salwa
33
Ubaidillah Mengamuk
34
Masuk ke penjara
35
Jangan sentuh Istriku
36
Kesombongan menghancurkan Diri
37
Ingin belajar Parenting
38
Rasa Iri Pada Fahira
39
Nasehat Sang Menantu
40
Syukuran kelulusan Safa
41
Pertengkaran 2 keluarga
42
Tingkah Random para suami
43
Kehamilan Safa
44
Shifa Diculik
45
Pulang Babak Belur
46
Kabar Duka Keluarga Ahmad
47
Pemakaman Shifa dan pertengkaran
48
Ini sudah takdir
49
Bertemu Salwa
50
Safa Masuk Rumah sakit
51
Kedatangan Shofiyah
52
Shofiyah bertindak
53
Pernikahan Salwa
54
Tingkah Random
55
Safa bertemu Sang Kakak
56
Safwan ingin Uang
57
Fahira melahirkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!