Setelah lulus SMA, Syafana menikah siri dengan kekasihnya yang baru saja lulus Bintara TNI-AD. Sebagai pengikat bahwa Dallas dan Syafana sudah memiliki ikatan sah. Pernikahan itu dirahasiakan dari tetangga maupun kedinasan.
Baru beberapa hari pernikahan siri itu digelar, terpaksa Dallas harus mengikuti pendidikan selama dua tahun. Mereka berpisah untuk sementara.
"Nanti setelah Kakak selesai pendidikan dan masa dinas dua tahun, kakak janji akan membawa pernikahan kita menjadi pernikahan yang tercatat di secara negara," janji Dallas.
"Kak Dallas janji, harus jaga hati," balas Syafana.
Namun baru sebulan masa pendidikan, Dallas tiba-tiba saja menalak cerai Syafana. Syafana hilang kata-kata, sembari melepas Hp nya ke ubin, tangan Syafana mengusap perutnya yang kini sudah ditumbuhi janin. Tangis Syafana pecah seketika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Pertemuan Itu
Dallas keluar dari kesatuannya tepat jam 12.00 Wib, bersamaan dengan jam istirahat. Dallas sekalian ijin untuk tidak apel siang, karena hari ini ia akan memenuhi janjinya menemui Syafana.
Dallas membulatkan tekad akan menemui Syafana di kafe yang disebutkan Syafana di pesan WA nya kemarin. Meskipun Dallas belum tahu di mana tepatnya kafe Saung Seubeuh itu, tapi nama kafe itu memang cukup familiar dan pernah didengarnya.
Dallas pun segera memacu mobilnya menuju kafe yang disebutkan Syafana. Dan ternyata kafe itu masih terletak di kota di mana Syafana tinggal. Sepertinya Syafana sengaja mencari tempat pertemuan yang tidak jauh dari rumahnya.
"Aku pasti menemukannya." Dallas yakin bisa menemukan kafe Saung itu, terlebih dirinya sudah mencari di map, dan dia sudah mengikuti arahan map. Tidak hanya itu, Dallas juga sempat bertanya pada orang yang dilaluinya. Jawaban mereka ternyata sama seperti apa yang ditunjukkan di dalam map.
Sebelum waktu menunjukkan ke angka dua siang, Dallas sudah tiba di kafe itu. Sebuah kafe dengan konsep menyatu dengan alam. Dengan pemandangan di setiap saung terdapat hamparan sawah yang menyejukkan mata. Sungguh luar biasa. Suasana pedesaannya sangat kental sekali.
Sebelum Dallas memilih satu saung untuk ditempatinya, Dallas berusaha menghubungi Syafana. Ia akan memberitahu bahwa ia akan memilih salah satu saung yang paling ujung.
Namun, belum sampai Dallas menghubungi, sebuah pemberitahuan dari Syafa muncul di layar HP nya. Dallas segera membuka pesan WA dan membacanya.
"Aku sudah menempati satu saung, saung paling ujung dekat kolam ikan," beritahunya. Dallas bersorak, padahal saung itu sudah menjadi incarannya sejak tadi, ternyata Syafana sudah menempatinya. Sepertinya Syafana datang ke tempat ini berusaha untuk tidak didahului Dallas.
Dallas berjalan menuju saung yang disebutkan Syafana tadi. Dia merasa akan bertemu seorang kekasih yang lama tidak bertemu. Jantungnya berdebar-debar, sementara hatinya berdesir hebat.
Setelah mengirimkan pesan WA kepada Dallas, Syafa berdiri dan duduk di tiang saung, menatap kolam ikan dan hamparan sawah di depannya yang menyejukkan mata. Sengaja tempat ini ia pilih, setidaknya hamparan sawah ini bisa sedikit menghibur hatinya yang terluka, apabila terkenang kisah lama yang ditorehkan Dallas.
Syafana menghirup nafas dalam-dalam sebelum Dallas benar-benar sampai. Ia tidak mau larut dalam buaian Dallas atau terkesan memalukan saat bertemu lelaki itu. Syafana ingin terlihat tegar dan tetap anggun di mata Dallas, agar Dallas berpikir saat dirinya disia-siakan tidak ada hal yang bisa membuatnya terpuruk atau hancur.
Langkah Dallas semakin mendekat, ia menemukan sosok tubuh yang dia kenal meskipun sudah 19 tahun lalu ia abaikan, dan beberapa minggu lalu pernah bertemu tanpa sengaja itu, kini tengah duduk di tiang saung menghadap hamparan sawah.
Ada rasa segan ketika Dallas akan menyapa. Punggung itu seperti sebuah tirai keangkuhan yang pastinya akan sulit ia gapai. Tapi, Dallas sudah terlanjur tiba, dan ia tidak mungkin mundur lagi. Kalau bisa dan diijinkan, Dallas ingin memeluk punggung itu dan membawanya ke dalam pangkuan, lalu ia sandarkan di dadanya. Akhhh semua itu hanya angan belaka.
"Assalamualaikum." Dallas menyapa.
Tubuh itu tertegun, dengan mata mulai bermain kiri dan kanan. Perlahan ia menuruni tiang saung lalu membalikkan badan dengan lambat menuju arah suara. Hati Syafana mendadak berdesir dan berdebar, padahal ia sejak tadi sudah menguatkan hati dan tekad, tidak akan luluh atau lemah ketika berhadap-hadapan dengan Dallas.
"Waalaikumsalam," balasnya dengan seulas senyum yang sama sekali tidak pernah Dallas bayangkan. Dallas tertegun takjub, melihat pemandangan di depan mata, yang ternyata lebih indah dari hamparan sawah di hadapannya.
Syafana tersenyum padanya seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Beda ketika mereka bertemu tanpa sengaja di trotoar simpang empat saat Syafana ditolongnya. Syafana seakan tidak suka saat bertemu dengannya. Tapi, kali ini sangat berbeda. Syafana melemparkan senyum padanya dan menyambut kedatangannya.
"Syafana," gumam Dallas diambang bingung dan heran.
"Silahkan duduk, untuk apa berdiri di sana?" tegur Syafana masih sangat tenang. Dallas terkejut, ia seakan tersadar dari lamunannya. Dallas membuka sepatu tentaranya, lalu ia menaiki lantai saung yang terbuat dari bilah papan kayu yang mengkilat. Dia duduk lesehan berhadapan dengan Syafana. Di atas meja sudah ada air kelapa muda dengan batoknya, sepertinya Syafana sudah memesankan minuman alami itu untuknya.
"Dek, kamu sudah pesan makanan?" Dallas memberanikan bertanya. Tidak sah rasanya sudah ke kafe dengan pemandangan seeksotis dan alami ini, tidak menikmati kulinernya. Syafa menggeleng, lagipula ia memang tidak berniat untuk makan.
Dallas berniat mencari seorang pelayan kafe. Dengan cepat, dua orang yang sepertinya pelayan kafe itu datang ke saungnya dan menanyakan makanan apa yang akan dipesan Dallas.
"Menu paling spesial di kafe saung ini," jawab Dallas tanpa mempertanyakan apa saja menu spesial itu. Kemudian pelayan itu segera bergegas untuk mengeksekusi pesanan Dallas.
"Dek, terimakasih sudah bersedia datang dan menemui kakak." Kalimat itu terlontar di balik kebingungan yang masih melanda Dallas. Dia seperti orang yang benar-benar keder, padahal pertemuan ini hal yang sudah lama dia impi-impikan, tapi kenapa saat berhadapan seperti ini, wibawa Dallas seolah meluncur ke bawah?
Sebuah kecantikan yang sudah dia kagumi sejak dulu, kini hadir kembali di depan mata. Memberikan binaran mata yang indah, dengan bibir yang mengkilat mengulaskan senyum. Tatapnya yang teduh dan selalu menunduk, mampu membuat Dallas gugup dan mati kuku.
Dallas membenahi sikapnya, ia tidak boleh kehilangan kharismanya meskipun saat ini dia sedang terkagum-kagum pada sosok yang dulu sedekat kulit ari. Sangat dekat, bahkan pernah berbagi nafas dan peluh kehangatan atas nama sebuah cinta.
"Kabar kamu bagaimana, sehat, Dek?" tanya Dallas seraya membuka jaket loreng yang selalu menutupi seragam tentaranya. Deburan angin sawah, sepertinya tidak sabar ingin Dallas nikmati.
Sebuah pemandangan yang rasanya masih sama seperti dulu. Sebuah dada yang bidang tubuh yang kekar terpampang di sana, dengan dilengkapi atribut yang berbeda tidak seperti dulu.
Syafana menatap sekilas pundak Dallas, ada yang banyak berubah. Pangkatnya ternyata sudah Kapten. "Cepat banget Kak Dallas, eum lelaki itu naik pangkat. Sepertinya dia sempat sekolah Capa," tebaknya dalam hati.
Tiba-tiba saja sudut mata itu seperti mendorong-dorongnya untuk mengeluarkan air mata, mengingat selama ini Sakala selalu merindukan sosok papa. Dan kini sosok itu tepat berada di hadapannya. Masih sangat tampan, akan tetapi dengan tampilan yang dewasa.
Hampir saja Syafana terlena dalam buaian emosi jiwa yang sejak dulu dipendam di dalam dadanya. Ingin rasanya Syafana meraih kerah Dallas lalu menariknya dan memukul-mukul sekujur dadanya yang bidang itu untuk mengungkapkan bahwa saat ini Syafana marah padanya.
gpp Safa is ok jatuh cinta kembali dengan orang yg sama ehemmmm