NovelToon NovelToon
Become Mafia'S Wife

Become Mafia'S Wife

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Mafia / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Tamat
Popularitas:1.1M
Nilai: 5
Nama Author: Salvador

Dena baru saja selesai menamatkan novel romance yang menurutnya memiliki alur yang menarik.

Menceritakan perjalanan cinta Ragas dan Viena yang penuh rintangan, dan mendapatkan gangguan kecil dari rival Ragas yang bernama Ghariel.

Sebenarnya Dena cukup kasihan dengan antagonist itu, Ghariel seorang bos mafia besar, namun tumbuh tanpa peran orang tua dan latar belakang kelam, khas antagonist pada umumnya. Tapi, karena perannya jahat, Dena jelas mendukung pasangan pemeran utama.

Tapi, apa jadinya jika Dena mengetahui sekelam apa kehidupan yang dimiliki Ghariel?

Karena saat terbangun di pagi hari, ia malah berada di tubuh wanita cantik yang telah memiliki anak dan suami.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 : Ghariel’s day

...****************...

Gerbang sekolah terbuka perlahan, dan seorang bocah laki-laki berusia tujuh tahun berlari kecil dengan senyum cerah menghiasi wajahnya. Ghariel. Dengan langkah penuh semangat, ia langsung menghampiri sosok perempuan yang berdiri di dekat mobil.

“Mama!” serunya riang.

Araya tersenyum lembut, merentangkan tangan untuk menyambut putranya. Ghariel memeluk pinggang sang ibu sebentar sebelum melepaskan diri. Biasanya, ia akan langsung masuk ke dalam mobil dan mendapati Bastian—supir pribadi mereka—menunggu di balik kemudi. Namun, hari ini berbeda.

Saat menaiki mobil, matanya tertumbuk pada sosok yang duduk di kursi pengemudi. Seorang pria dengan jas yang rapi, sorot mata tajam, dan ekspresi datar yang sulit ditebak. Ayahnya.

Ghariel seketika terdiam, kebingungan menyergapnya. Kenapa bukan Bastian yang datang bersama mama? Pikirnya.

Araya membuka pintu belakang, hendak duduk bersama putranya. Namun, suara Gevan terdengar sebelum ia sempat melangkah lebih jauh.

“Duduk di depan.”

Araya menoleh, menatap pria itu. “Aku ingin menemani Ghariel di belakang.” Jawabnya.

Gevan menghela napas pendek, lalu melirik spion atas sekilas. “Aku bukan sopir kalian, Araya.”

Seperti biasa, Gevan selalu berbicara dengan suara rendahnya. Dengan sedikit enggan, Araya menurut, ia menutup pintu belakang dan berpindah ke kursi penumpang di depan.

Setelah mesin mobil dinyalakan, Araya menoleh ke belakang, tersenyum lembut. “Bagaimana sekolahnya hari ini, sayang?” tanyanya lembut.

“Menyenangkan, Mama. Hari ini ada pelajaran menggambar,”

Ghariel langsung menceritakan berbagai hal tentang harinya—tentang tugas menggambar yang ia buat, tentang teman-temannya, dan tentang betapa gurunya memuji tulisan tangannya yang semakin rapi.

Araya mendengarkan dengan penuh perhatian, menanggapi di sana-sini, sementara Gevan seperti batu yang tetap diam, laki-laki itu fokus mengemudi.

Namun, di tengah percakapan, Ghariel menyadari sesuatu. Jalan yang mereka lalui bukanlah jalan menuju mansion mereka.

Alisnya mengernyit. “Ma, kita mau ke mana?” tanyanya polos.

Bukan Araya yang menjawab, melainkan Gevan.

“Kamu akan tahu nanti,” katanya singkat.

Suara pria itu terdengar tenang, tapi menyiratkan sesuatu yang sulit ditebak. Ghariel menoleh pada mamanya, seolah meminta jawaban, namun Araya hanya diam menatap jalan sembari menahan senyum kecilnya.

Sementara di sisi lain, Viena menatap penasaran pada sang ayah

Sementara di sisi lain, Viena menatap penasaran pada sang ayah yang menatap rumit mobil keluarga Ghariel yang baru saja meninggalkan pekarangan sekolahnya.

Romeo mengepalkan tangan, sudah dua hari ini ia tidak melihat Araya ikut menjemput Anaknya. Dan sekarang, saat ia memiliki kesempatan untuk mendekati gadis itu, Romeo menyadari ada Gevan di dalam mobil itu.

Ia tidak bisa menghampiri Araya barang sedikit saja, Gevan tidak akan bermain-main pada ancamannya jika ia ketahuan mencoba mendekati Araya lagi.

Dan Romeo tidak seberani itu untuk menentang lelaki itu.

***

Ghariel menatap pemandangan di depannya dengan mata membulat tak percaya. Di hadapannya, berdiri gerbang megah wahana bermain Dunia Fantasi—Dufan. Suasana di sekitarnya riuh dengan suara anak-anak tertawa, orang tua yang menggandeng tangan buah hati mereka, dan musik ceria yang mengalun di berbagai sudut.

Ia masih sulit memproses kenyataan bahwa hari ini, kedua orang tuanya benar-benar membawanya ke tempat ini. Sesuatu yang bahkan tidak pernah ia bayangkan, mengingat bagaimana watak mama dan papanya.

Semuanya terasa seperti mimpi bagi Ghariel yang hanya menghabiskan waktu di dalam mansion selama ini.

Di dalam mobil tadi, ia sudah berganti pakaian karena Araya membawakannya baju ganti yang lebih nyaman untuk bermain. Tapi pikirannya masih dipenuhi tanda tanya. Kenapa mereka ke sini?

Saat Araya tiba-tiba mengangkat tubuh kecilnya ke dalam gendongan, Ghariel tersentak. Ia menatap mamanya dengan ekspresi tidak suka, menggembungkan pipinya sebal.

“Mama! El udah besar, nggak perlu digendong!” protesnya.

Araya terkekeh pelan, lalu mengangkat satu alisnya. “Memangnya udah sebesar apa?” tanyanya menggoda.

Ghariel mendengus pelan. “Tentu saja! El kan sudah—”

Ucapannya terhenti di tengah jalan. Mata kecilnya membesar saat menyadari sesuatu.

Hari ini…

Hari ini adalah hari ulang tahunnya.

Araya tersenyum manis, menatap sang putra dengan penuh kasih sayang. Lalu dengan lembut, ia membisikkan sesuatu yang berhasil membuat hati Ghariel menghangat.

“Selamat ulang tahun, putra Mama yang paling ganteng sedunia.”

Tak lama, sebuah tangan besar mengusap rambutnya dengan lembut. Ghariel mengangkat kepala, mendapati Gevan menatapnya dengan ekspresi yang lebih hangat dari biasanya.

“Selamat hari kelahiran kamu, Rayvandra” kata pria itu, suaranya rendah tapi jelas ada ketulusan di sana.

Ghariel tak bisa untuk tak menatap sang ayah dengan takjub. Ia tidak pernah menyangka bahwa papanya yang mengerikan bisa menjadi sosok yang sedikit hangat seperti ini.

Ghariel masih merasa tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, tapi ia tidak ingin menghabiskan waktu untuk berpikir. Hari ini, ia ingin bersenang-senang.

Wahana pertama yang mereka naiki adalah Istana Boneka. Ghariel duduk di samping mamanya dalam perahu kecil yang mengapung pelan melewati berbagai diorama penuh warna. Lagu khas wahana itu mengalun lembut, menemani boneka-boneka kecil yang menari dengan gerakan mekanis.

“Lihat, Ma! Itu bajak laut!” seru Ghariel sambil menunjuk sebuah boneka bajak laut kecil yang mengibarkan bendera.

Araya terkikik. “Iya, sayang. Lucu, ya?”

Gevan yang duduk di belakang mereka hanya diam, tapi Ghariel bisa melihat ada sedikit senyum di wajah papanya. Sesuatu yang jarang ia lihat.

Setelah menyelesaikan wahana satu itu, Araya ingin kembali menggendong sang putra tapi anak itu langsung menjauh.

“Mamaaa, El sudah besar. Pasti mama berat menggendong El,” Ujar Ghariel.

Bibir Araya sedikit tertekuk, padahal ia ingin mengganti saat-saat di mana tak bisa memomong Ghariel ketika kecil. Tapi sepertinya putranya benar-benar menolak.

Gevan yang menyadari sang istri merasa sedih, mengalihkan tatapan pada putranya. Ghariel langsung menggeleng seolah mengatakan ‘aku tidak melakukan apapun pada Mama’. Mengingat papanya sangat mudah memberi hukuman jika itu menyangkut mamanya.

Yang Ghariel dapat adalah tubuhnya melayang oleh tangan besar sang ayah. Gevan membawa anak itu ke gendongannya, cukup membuat Ghariel nge freeze.

“Rayvan benar, dia berat. Jadi biar aku yang membawanya.” Ujar Gevan.

Araya langsung tersenyum senang, wajah ternganga sang anak seolah tak ia lihat. Mereka melanjutkan perjalanan bersama.

Setelah itu, keluarga kecil Araya mencoba Kora-Kora, kapal ayun raksasa yang membuat perut terasa melayang. Awalnya, Ghariel sedikit ragu, tapi ketika kapal mulai bergerak naik turun, ia tertawa lepas.

“Seru banget!” serunya ketika turun.

“Ayo naik lagi?” Araya menggoda.

Ghariel menggeleng cepat. “Nggak, cukup sekali aja!”

Mendengar itu Araya meletakkan tawanya.

Lalu, mereka menaiki Halilintar, roller coaster yang membuat jantung berdebar. Araya memilih menunggu di bawah, sementara Ghariel dan Gevan duduk berdampingan. Saat kereta melaju cepat, Ghariel menjerit antara takut dan senang, sementara papanya hanya tersenyum tipis, terlihat tenang seperti biasa.

Setelah puas bermain, mereka beristirahat sejenak di sebuah kedai makanan. Ghariel menikmati sosis bakar dan es krim sebagai pengganjal perut. Ia menggigit sosisnya dengan lahap, sementara es krimnya mulai sedikit meleleh di tangannya.

Sesuatu yang belum pernah Ghariel dan Gevan makan, Araya mencekoki mereka dan berhasil membuat keduanya berselera. Ayah dan anak yang biasa makan makanan buatan chef itu mana pernah mencoba makanan rakyat seperti ini.

“Pelan-pelan makannya, nanti belepotan,” kata Araya sambil mengelap sudut bibir putranya.

Ghariel hanya tertawa kecil.

Hari ini adalah hari terbaik dalam hidupnya.

Dan untuk pertama kalinya, bocah tujuh tahun itu merasa bahwa keluarganya benar-benar utuh.

...****************...

tbc.

1
Tri Haryanto
baguuuuus
Win wina
Uwuuuuuh sekali pasangan suami isteri ini🥰
Win wina
Akhirnya kelar jga masalah mereka 🥰
Win wina
Tapi kalau aku jadi Araya pasti jga sakit hati gak terima klau cuma di jadikan fantasi karena mirip sama mantannya saja
Win wina
pliss dong Thor, apapun masalah nya jgan sampai berjenjangan biar alur ceritanya ga ngebosenin
Win wina
Apa yg kau lakukan sudah benar Araya, apapun yg terjadi keluarga harus lebih utama
Win wina
Lagian Araya ngapain sih sok sok an kek gt,baik si perlu tpi utamakan kluarga dulu donk
Puji Rahayu
jgn2 saudara tiri dan ibu tiri Araya yg menyuruh nya
Puji Rahayu
Yach.....jiwa MAFIA Gevan pasti ada di dlm tubuh Gabriel.... karena Gaven adalah ayah kandungnya.....tapi Gabriel MAFIA Versi baik🤭🤭🤭🤭
Puji Rahayu
Yach ... awal yg baik utk hubungan Gaven dan Araya....🥰🥰🥰semoga semuanya baik2 saja.... walaupun di kedepannya pasti banyak rintangan yg akan menghampiri di kehidupan mereka berdua 😘😘🤣
Puji Rahayu
keputusan yg tepat Dena....dgn memutuskan perselingkuhan Araya dgn Romeo....kamu sdh menyelesaikan 1 Masalah....karena perselingkuhan tidak pernah di benarkan....semoga Romeo menerima keputusan mu Araya....dan TDK berbuat ulah nantinya.....🤔🤔🤔
Puji Rahayu
Araya punya simpanan....????waoowww.... sungguh sangat mengejutkan.....Ayo Dena....kamu yg akan mengubah sesuatu Hal tidak baik akan menjadi baik....selamat berjuang Dena🥰🥰🥰
Puji Rahayu
huuuhhh tarik nafas yg dalam..... nyesek banget baca kehidupan Gabriel .... sebelum ada mama Dena yg nyasar di tubuh mama Araya....semoga SJ. sampe akhir bab nanti....jiwa mama Dena dan Mama Araya tetap tertukar.....sehingga kebahagiaan akan selalu bersama Gabriel.....,🤲🤲🤲
Puji Rahayu
Yach...sdh mulai paham.....Gavendra ternyata sangat mencintai Araya.....makanya Dy rela melakukan apapun demi bisa mendapatkan Araya....bahkan sampai membunuh sang mertua...lalu memperko...**Araya.....dan akhirnya hamil Gabriel.....dan Gabriel menjadi pelampiasan kemarah Araya kepada Gavendra....semoga Dena bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik😔😔😔
Puji Rahayu
masih belum terkuak.....misteri di balik usaha Bunuh diri yg selalu di lakukan oleh Araya.....terus Araya sekarang di mana Yach.....dan Dena.... kehidupan nya seperti apa....sebelum Dena nyangkut di Tubuh Araya.....utk memecahkan misteri ini.....lanjut Baca sampe tamat....dan jgn lupa like and Coment utk Author yaacchhh🤭🤭🤭🤭
Puji Rahayu
sepertinya akan mendekati detik2 bab menegangkan.....siapkan mental dulu.... takutnya terbawa emosi.....☺️☺️☺️☺️
Puji Rahayu
hah....deg2an AQ Thor.....pertama baca baris atas sampe di baris selanjutnya.... sepertinya novel yg di baca Dena....adalah gambaran hidupnya Dena sendiri ya Thor..... sepertinya bab selanjutnya lebih menegangkan......keren Thor... penasaran utk membaca bab selanjutnya.....😘😘
Win wina
Ah akhirnya mereka berbaikan 🥰
Win wina
wah wah aku jga sering baca novel transmigrasi, wohoho jdi berhalusinasi Thor wkwkw 🤣
Elsa Fadilah
lanjutt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!