Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07
Pagi-pagi sekali Tania sudah berkunjung ke rumah Gavin.
"Eh, Mama," ucap Anjani.
"Apa Mama ganggu?" tanya Tania.
"Enggak kok, Ma," sahut Anjani, "ayo masuk."
"Iya." Tania memperhatikan sekeliling rumah.
"Mama duduk dulu dulu yah," ucap Anjani, "saya mau ke dapur sebentar."
"Jangan, Mama ikut ke dapur aja." Tania ingin melihat apakah ada sarapan pagi.
"Ya sudah," ucap Anjani.
Sampai di dapur, Tania tidak melihat sarapan pagi yang terhidang di meja makan.
"Kamu nggak masak?" tanya Tania.
"Saya nggak masak," sahut Anjani, "katanya masakan saya mirip untuk ayam."
Tania langsung diam, ia tahu siapa yang menghina masakan Anjani.
"Mama sudah makan?" tanya Anjani.
"Belum, An," sahut Tania, "tadi Mama buru-buru kesini jadi nggak sempet makan."
"Ya udah nggak papa, biar saya yang masak. Mama duduk aja yang cantik," ucap Anjani.
"Hahaha ... bisa aja kamu ini," sahut Tania tertawa.
"Mama mau sarapan apa?" tanya Anjani.
"Terserah aja yang penting masak," sahut Tania.
"Ya udah kalo gitu." Anjani membuat rendang pagi ini, mungkin ia akan terlambat membuka tokonya tetapi tidak masalah.
Sambil memasak Tania mencoba bertanya tentang kepribadian Alexa.
"An, boleh Mama tanya."
"Tanya aja," ucap Anji yang sibuk mencuci daging.
"Kamu sama Alexa itu adik kakak kan?" tanya Tania.
"Mungkin iya, mungkin juga enggak. Hubungan kita nggak terlalu baik, Ma," sahut Anjani menjelaskan.
"Owh, gitu yah. Kamu tahu nggak? Selama Gavin pacaran sama Alexa, dia banyak banget keluar uang."
"Mungkin Pak Gavin ingin membahagiakan Alexa," ucap Anjani.
"Tapi pengeluarannya nggak wajar, An," sahut Tania lagi, "pernah dalam satu hari itu habis 20 milyar. Itu buat beli apa sih, Mama selalu tanya sama Gavin tapi dia marah terus."
"Jadi menurut Mama apa?" tanya Anjani.
"Kenapa kamu malah tanya ke mama," sahut Tania bingung.
"Kan Mama bilang tadi habis 20 milyar, jadi menurut Mama uang sebanyak itu habis itu beli apa?" tanya Anjani lagi.
Tania terdiam, hatinya terus menolak apa yang dia pikirkan.
"Apa Gavin membeli sesuatu," ucap Tania, "mungkin bisa rumah atau bangunan lainnya. Menurut kamu gimana, An?"
"Nggak ada yang aneh, karena saya enggak akrab sama Alexa." Anjani hanya berkata jujur.
Masakan pun selesai, Anjani dan Tania makan berdua.
"Wah, aromanya wangi ini pasti enak. Udah lama nggak makan rendang," ucap Tania.
"Mama cobain aja," sahut Anjani.
Saat Tania mencicipi masakan menantunya itu, ia sangat kagum.
"Enak banget," puji Tania, "ini sih, nggak kalah sama rendang restoran rasanya."
"Mama terlalu memuji," ucap Anjani.
"Emang itu bener kok, masakan kamu ini enak banget. Papa Romi pasti suka sama masakan kamu ini," sahut Tania.
"Ya, syukur deh." Anjani hanya mengangguk.
"Oh ya, apa boleh minta sesuatu lagi."
"Mama minta apa?" tanya Anjani.
"Apa mau merubah Gavin biar bisa jatuh cinta sama kamu, An," sahut Tania.
Anjani tersenyum, ia berkata, "Saya hidup apa adanya. Jika ada yang mencintai akan saya terima, tapi kalau membenci, saya nggak mau jadi pengemis. Mengemis cinta kepada suami, bukan ciri saya, Ma."
"Tapi An, Mama nggak mau kamu cerai dari Gavin."
"Kalau begitu tergantung sama Pak Gavin," ucap Anjani, "saya nggak suka mencari perhatian orang!"
"Kalau gitu biar Mama yang akan membuat Gavin jatuh cinta sama kamu," sahut Tania.
"Terserah Mama aja, saya nggak akan melarang. Tapi jangan memaksa saya jika Pak Gavin nggak mau," imbuh Anjani lagi.
"Kamu tenang aja," sahut Tania.
Tiba-tiba Gavin turun dari anak tanggaz hidungnya mencium bau rendang, ia juga terkejut melihat sang mama.
"Mama," ucap Gavin.
"Pagi Gavin," sapa Tania.
"Kapan Mama kesini?" tanya Gavin kemudian duduk disamping mamanya.
"Pagi tadi," sahut Tania, "mau makan nggak? Ini ada rendang loh."
"Kebetulan nih lagi lapar," ucap Gavin.
Kemudian Tania mengambil piring dan menyuruh Gavin makan.
"Ayo makan," ucap Tania.
"Makasih, Ma," sahut Gavin.
"Rendangnya masih banyak, ayo makan," ucap Tania.
"Iya, Ma," sahut Gavin kemudian memakan rendangnya, "umm ... empuk banget, rasanya juga enak."
"Enak yah?" tanya Tania dan Anjani hanya melirik sekilas lalu lanjut makan lagi.
"Iya, Ma enak banget. Ada nasi lagi nggak? Saya mau nambah," sahut Gavin.
Tania mengambil nasi yang banyak untuk Gavin, bibirnya terus tersenyum karena baru kali ini anaknya makan dengan lahap.
Anjani sudah selesai makan, ia langsung cuci tangan.
"Ah, enak banget." Gavin juga sudah kenyang.
"Gimana Vin?" tanya Tania, "rendangnya enak, nggak?"
"Enak banget, Ma. Masakan Mama emang paling enak sedunia," sahut Gavin.
"Itu masakan Anjani, bukan Mama." Tania sengaja memberitahu saat Gavin menghabiskan makanannya.
Gavin langsung terdiam, ia menatap mamanya.
"Masakan wanita tua itu," ucap Gavin.
"Namanya Anjani, bukan wanita tua!" sahut Tania.
"Enggak!" teriak Gavin berusaha memuntahkan isi perutnya dengan memasukan jari telunjuk ke mulut.
"Gavin, apa-apaan sih!" kesal Tania.
"Nggak, saya nggak mau makan masakan wanita tua itu!" tegas Gavin.
Lalu Anjani datang dengan tasnya, ia sudah siap pergi ke toko.
"Ini obat pencahar kalau mau buang yang kamu makan tadi, Pak Gavin," ucap Anjani meletakkan obat itu diatas meja lalu pamit pergi, "saya pergi dulu."
Sampai di toko, Anjani membersihkan debu-debu yang menempel di lukisan.
Pak Johan lagi memangkas rumput disamping kamar Alexa, ini sengaja dilakukan khusus untuk anaknya. Tiba-tiba, kakinya menginjak sesuatu.
"Apa ini," ucap Pak Johan lalu mengambilnya. Ternyata yang ia injak itu adalah kalung, Pak Johan sangat ingat dengan kalung ini. "Ini kan kalung Alexa, kok, disini." Karena penasaran, Johan masuk ke dalam kamar Alexa. Kalau dipikir-pikir, apakah anaknya ini kabur dan kalungnya tidak sengaja jatuh. Tetapi, kalau kabur kenapa semua barangnya masih ada di dalam kamar. Apakah Alexa diculik? Tetapi, siapa musuhnya. Selama ini Alexa tidak memiliki lawan atau musuh, Karana anaknya ini sangat baik.
Gavin baru saja berangkat dari rumah menuju kantornya, karena kejadian pagi tadi ia sangat kesal dan memilih untuk memakan obat pencahar itu.
"Aduh, kok, masih mules!" ucap Gavin yang terganggu menyetirnya, "harus cari toilet umum nih."
Mobil Gavin berjalan dengan zig zag, sehingga menabrak mobil yang sedang diam di pinggir jalan.
Roy terjatuh karena mobilnya ditabrak dari belakang.
"Apa-apaan sih!" kesal Roy lalu melihat siapa pelakunya. Ternyata Gavin, ia keluar dengan muka yang menahan sakit. "Kamu tabrak mobil saya di pinggir jalan, bisa nyetir nggak?"
"Aduh, dah nggak kuat!" teriak Gavin langsung turun ke bawah.
"Woy!" teriak Roy, "eh, jangan kabur orang gila!"
BERSAMBUNG
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍