NovelToon NovelToon
Penjahat As A Sister

Penjahat As A Sister

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cerai / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Penyesalan Suami
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Blesssel

Pantas saja dia sudah merasa curiga pada sampul buku itu yang tidak biasa. Alih-alih sekedar buku cerita biasa, ternyata itu adalah buku kehidupan terbuka dari masa depan beberapa orang, termasuk Victoria Hain. Sebuah tokoh dengan nama yang sama dengannya.
Sebuah tokoh yang kini dihidupi oleh jiwanya.

“Astaga, jadi aku adalah kakaknya antagonis?”
Adalah informasi paling dasar dalam cerita ini.

Alih-alih sebagai pemeran utama, Victoria Feyar berakhir menjadi kakak dari antagonis perempuan bernama Victoria Hain, yang akan mati depresi karena sikap dingin suaminya.

“Baiklah, mari kita ceraikan Kakak protagonis pria sebelum terlambat.” Adalah rencana Victoria, demi melindungi dirinya dan adik pemilik tubuh dari dua Kakak beradik pencabut nyawa.

Untungnya ini berhasil, meski bertahun kemudian Victoria dibuat kesal, karena mereka tidak sengaja kembali terlibat dalam situasi utama pada konflik cerita itu dimulai.

“Kakak Ipar, mohon bantu kami....”
-
“Dalam mimpimu.” -- Victoria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blesssel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Victoria cukup gugup saat ini. Walaupun dia juga sama jahatnya dengan kedua orang yang akan masuk, hanya saja latar belakang mereka terlalu berbeda.

Dia berasal dari jalanan dan kaya juga dari jalanan. Sementara kedua mereka berasal dari keluarga kaya, dan kekayaan mereka selalu bersumber dari bisnis-bisnis terdaftar. Jika dia mematahkan tangan dalam perkelahian, orang-orang ini hanya berkelahi menggunakan kata-kata sambil tetap tersenyum.

Begitu pun Raphael, kalau bukan karena tata krama, tidak mungkin baginya berdiri disini.

“Raphael, keponakanku haha ….” Seorang pria paruh baya dengan jas formal langsung memeluk Raphael.

“Paman Orlando apa kabar?” Basa-basi Raphael dalam membalas pelukan itu.

Tidak lama kemudian, seorang wanita dengan penampilan necis serba ungu menyusul dari belakang.

Victoria tidak bisa menahan diri untuk menarik sudut bibirnya remeh dengan penampilan wanita itu. Dia pikir tadinya hanya dia yang memiliki selera pakaian aneh, tapi mungkin semua penjahat perempuan selalu memiliki ciri khasnya sendiri.

“Lama tidak berjumpa Bibi.”

Wanita itu terdiam sebentar dengan sapaan Victoria. Dia menatap Victoria dari ujung kaki sampai rambut, dengan sorot yang tidak sedap.

“Siapa ini Raphael? Istri baru?”

Sialan, desis Victoria dihatinya.

“Candaan yang bagus Bibi, tapi ini Victoria … mungkin rambut barunya telah menyilaukan mata Bibi,” jawab Raphael.

Mendengar bahwa itu Victoria ada sedikit keterkejutan pada Yvone, Bibi Raphael. Dia kembali menatap serius Victoria, sebelum keterkejutan dimatanya perlahan menjadi sorot penuh penghinaan.

“Benarkah? Tapi Bibi rasa bukan rambut, tapi tubuh gemukmu Victoria yang membuat Bibi tidak bisa mengenalimu. Hah….” Yvone berdecak, sebelum menambahkan. “Bagaimana bisa seorang istri tidak menjaga penampilan—”

“Yvone.” Potong Orlando suaminya.

Mendengar potongan inu Yvone langsung diam menurut. Raphael kemudian mencuri pandang pada Victoria, yang nampak terdiam syok. Tapi memang benar Victoria sedikit syok. Mereka bahkan belum memasuki ruang tamu, tapi dia sudah diserang.

“Eh Paman Bibi, mari langsung masuk saja,” ajak Raphael ke dalam. Ketika dua orang itu berjalan masuk lebih dahulu, Raphael mengambil jarak mendekati Victoria.

“Bagaimana, apa kamu pikir bisa menangani Bibi Yvone?” Ada kekehan ejekan disana.

Tapi Victoria segera menarik nafas panjang dan tersenyum. Jika dia bisa melawan orang-orang pada zaman penjajahan yang menggunakan pisau dan pistol, kenapa tidak untuk melawan orang-orang pada zaman ini.

“Kebebasan berbicara seharusnya tidak sebebas itu, kau bersiaplah!” ujar Victoria, melangkah meninggalkan Raphael lebih dulu yang dibuat bingung dengan peringatan ‘bersiap’ dari Victoria.

Sementara dijalan pulang dari tempat les dimana hari semakin mau gelap. Estella dan Remi sedikit sial dengan ban motor mereka yang kempes. Mau di bawa ke bengkel pun tidak ada bengkel terdekat. Keduanya memutuskan untuk meninggalkan saja, dan pulang naik taksi. Membiarkan kendaraan itu diambil oleh pelayan di rumah.

Tapi masih dalam pembicaraan telepon untuk menyuruh menjemput motor, keduanya dibuat terkejut dengan sebuah mobil yang tiba-tiba menepi kepada mereka.

Keduanya sama-sama terkejut, melihat siapa itu.

“ALLARD?” kata keduanya bersamaan.

Pria dengan rambut pirang dan gaya flamboyan itu tersenyum lebar. “Wah memang sangat mudah mengingat ketampanan ku yah,” narsisnya. Dia pun turun dari mobil, dengan Remi yang refleks menarik Estella ke belakangnya.

“Senang bertemu denganmu sepupu, begitu juga kau Nona Estella yang … menawan.”

Sementara kembali ke kediaman Hain khususnya di ruang makan, Yvone memulai lagi sikap menyebalkannya.

“Bagus sekali kalian bersiap, padahal terakhir kali kami datang hanya ada sedikit makanan. Bibi sampai mempertanyakan pada Paman kalian, khawatir jangan sampai Raphael sudah bangkrut. Hahaha ….”

Victoria pikir tadinya Orlando adalah jenis penjahat dalam diam, namun rupanya pria itu sama saja. Walaupun sok menegur istrinya tadi, nyatanya dia selalu tertawa terhadap apa yang dikatakan istrinya itu.

“Bibi terlalu banyak khawatir, padahal itu tidak perlu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari bisnis Raphael, sekarang ayo kita makan dulu,” tanggap Victoria.

Yvone yang mendengar ini menyipitkan mata berbahaya. Sebelum-sebelumnya Victoria tidak menjawab seperti ini, yang menjawab selalu lah Raphael. Jadi dia bisa merasakan perubahan besar dari wanita yang biasa dia intimidasi ini. “Ah baiklah aku tidak sabar.”

Ketidaksabaran Yvone bukan pada makan malam ini, tapi waktu setelah makan malam selesai. Dia tidak sabar untuk menggertak Victoria, lalu mendengarkan pengalihan harta antara Raphael dan Suaminya.

TING.

“Maaf.” Raphael meminta maaf dan membuka ponselnya, untuk melihat notifikasi pesan yang masuk. Dia tidak berhubungan dengan banyak orang, jadi siapapun yang ada dalam kontaknya itu cukup penting atau terhubung dengannya.

Dia membaca pesan yang masuk dari Ethan yang menyuruh mengecek emailnya. Secepat kilat, jarinya membuka email dan menemukan informasi di sana.

Informasi yang jelas menjadi alasan kedatangan Paman dan Bibinya malam ini. Berita itu cukup membuatnya marah, tapi begitu Raphael masih setenang air di permukaan. Dia melanjutkan makannya seolah tidak ada yang penting, namun tetap berpikir apa yang hendak dia lakukan.

Empat orang duduk diam saat makan. Sekilas tampak seperti keluarga yang harmonis. Tapi masing-masing mereka memiliki sesuatu di bawah lengan baju.

Ditempat lain, Allard terus memaksa Remi dan Estella memasuki mobilnya.

“Ayolah, kenapa menolak adik kecil? Kan aku juga akan kerumah mu?”

Remi masih mempertahankan alasan, menunggu supir rumah yang akan mengangkat motor baru akan pergi.

“Ya kalau memang mau menunggu bagaimana kalau Estella ikut denganku lebih dulu?” kata Allard sambil mengangkat kedua alisnya dengan senyuman.

“TIDAK! Tidak boleh.”

Estella menyiku Remi pada jawaban keras pria itu. Dia sudah sangat ingin pulang sekarang, tidak mengerti kenapa Remi harus membuat alasan seperti itu.

“Adik kecil kau tidak boleh egois. Lihat Estella, dia sudah sangat lelah. Sudah kukatakan, kalau kau tidak mau maka biarkan dia pergi lebih dahulu.”

Remi menatap Estella yang wajahnya memang sudah tampak sangat lelah. Segelintir rasa bersalah segera merayap naik ke hatinya. Dia benar-benar tidak mau berurusan dengan Allard sebenarnya, tapi memikirkan Estella Remi akhirnya melunak.

“Baik.”

Mendengar persetujuan Remi, Allard bersorak dalam hati. Tapi sorakan itu tidak berlangsung lama, manakala Remi tiba-tiba ikut naik ke mobilnya.

“Kau tidak ingin menjaga motormu?”

“Tidak perlu! Memang orang bodoh mana yang akan mengambil sesuatu dari keluarga Hain!”

Estella yang melihat Remi ikut naik tersenyum lega. Begitu pun Remi, jika dia tidak bisa menahan Estella, maka tidak mungkin dia membiarkan Estella pergi sendiri dengan Allard. Bajingan menjijikkan.

Allard yang melihat keduanya duduk di belakang seperti bos, sementara dia di depan seperti supir, menjadi sangat kesal. Tapi dia tipe yang banyak terkekeh dalam kekesalannya.

Setidaknya Estella naik semobil dengannya, pikir Allard yang terus memandangi Estella dari kaca.

Disaat para muda-mudi terlambat datang, para tetua telah menyelesaikan makanannya dengan cepat. Terkhusus Yvone yang berburu waktu. Dia tahu jika masalah bisnis mulai diangkat, maka dia tidak memiliki kesempatan lagi untuk berbicara pada Victoria.

“Jadi Victoria, apa ini hanya firasatku saja, tapi kamu sepertinya telah berubah banyak?”

Victoria meletakkan sendok pudingnya. “Benarkah? Perubahan apa itu Bibi?”

“Penampilanmu, maksud Bibi, lihat dirimu … kau tampak lebih gemuk seperti orang yang tidak bisa mengurus dirinya. Belum lagi ada apa dengan rambutmu? Kau seperti orang dengan banyak beban. Apa Raphael tidak memberitahumu apa yang baik untuk wanita?”

Victoria menarik sudut bibirnya dan bersandar ke belakang. “Menjadi gemuk tidak apa-apa Bibi, lagipula Raphael tidak mempersoalkannya. Kata Dokter aku juga masih sehat-sehat saja.”

“Dokter?”

“Ah iya. Biasa, setelah empat tahun aku akhirnya merasa siap untuk menjadi Ibu, jadi aku dan Raphael langsung ikut program kehamilan.”

DEG. Tangan Raphael menjadi kaku dalam sesaat. Dia bahkan tidak bisa menatap Victoria yang di sampingnya setelah apa yang dikatakan perempuan itu.

“Oh wow, selamat kalau akhirnya kalian siap, memang mengurus anak tidaklah mudah.”

“Ahahaa …. Bibi bisa saja. Mengurus anak itu tidaklah sulit, yang sulit itu mengurus anak orang lain.”

BAMB.

Seperti bom yang meledak di hati Yvone dan Orlando, berdua mereka langsung memerah dengan tidak nyaman. Ini adalah rahasia. Rahasia yang kebetulan dituliskan di dalam buku, bahwa keduanya tidak memiliki anak. Tapi berdua mereka menipu seluruh keluarga, dengan mengangkat seorang anak, dan mengatakan itu anak mereka.

Raphael memperhatikan perubahan suasana yang seketika berat. Untuk pertama kali dia bisa melihat wajah syok Pamannya. Dia kini juga bisa menatap Victoria, yang tampak berbinar-binar matanya seolah baru saja menembak musuh di kepala. Langsung saja, sebuah praduga terlintas di pikiran Raphael.

“Kami berharap bisa segera memberi Kakek hadiah sebelum ulang tahunnya.” Kali ini Raphael langsung merangkul Victoria disampingnya.

Meski terkejut, Victoria mempertahankan senyumannya. Dia menatap Raphael yang sejengkal sangat dekat dengannya. Alisnya bertemu mencium bau harum yang ada pada suami pemilik tubuh, benar-benar seperti dopamine untuk sesaat.

“Ya, Kakek pasti akan sangat bahagia mendapatkan pewaris kecil langsung dari darah keturunannya,” tambah Victoria.

Di bawah meja Yvone benar-benar gemetar tangannya. Itu semua karena alarm peringatan berbunyi keras di kepalanya, mencoba memberi tahu, bahwa orang-orang itu mengetahuinya rahasianya.

“Hahaha benar, benar sekali,” tanggap Orlando setelah sekian lama. Dia tidak ingin terlalu menunjukkan syoknya. Hanya tidak menyangka, bahwa tanggapannya membuat Victoria memiliki lebih banyak celah untuk membahas.

“Ya, aku harap wajah anak kami nanti, seperti Ayah atau almarhum Kakeknya. Tidak melenceng jauh sampai tidak bisa dikenali.”

Raphael akhirnya tahu kemana arah pembicaraan Victoria. Dia cukup terkejut, kalau memang Allard ternyata bukan putra sang Paman. Dia ingat betul sang Kakek selalu mengomentari hal ini, bahwa Allard terlalu berbeda dengan mereka semua.

Tapi meski terkejut, dia lebih terkejut lagi, tentang dimana Victoria mengetahui hal ini?

Tapi Yvone akhirnya tak bisa menahan diri lagi. Walaupun Allard bukan anak kandungnya, tapi dia masih berhubungan darah dengan Yvone karena merupakan keponakannya. Jadi dia benci orang membicarakan Allard, meski secara implisit.

“Apa kau menyinggung anakku?”

“YVONE!!!”

Orlando mencoba mengingatkan, tapi Yvone sudah terlanjur marah.

Victoria dengan cepat merubah air wajahnya, menjadi bingung dan tak bersalah. “Oh ada apa ini? A-aku tidak bermaksud seperti itu, aku tidak membicarakan Allard. Lagipula meski secara fisik kalian tidak terlalu mirip, tapi secara karakter orang-orang bisa langsung tahu bahwa dia adalah putramu, sungguh.”

“Victoria! Perhatikan setiap katamu, jangan bicara sembarangan mengenai Putraku—”

“Sungguh Bibi, aku tidak bermaksud untuk bicara mengenai Allard. Toh apapun itu dia adalah putramu, tidak ada alasan kau marah terhadap ucapan ku, kecuali—”

“Hentikan.” Nada berat Orlando, menghentikan ucapan Victoria, yang semakin berani menurut mereka semua.

Raphael yang melihat ketegangan di wajah Paman dan Bibinya cukup senang. Dia tidak berniat untuk menghentikan hal ini sama sekali.

“Itulah maksudku Paman, Bibi bereaksi aneh sekali,” tambah Victoria lagi dan lagi, membakar ruangan itu.

1
Blesssel
Walaupun nggak komen, jangan lupa di like, di vote di hadiah ayo apa kek terserah! biar penulis tahu ada yang nunggu update
D'nindya Idsyalona
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!