Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Modus
Kirana dan Bryan serta Missel kini sudah kembali ke rumah. Seperti biasa, Kirana hanya diam saja di dalam mobil. Bryan tahu Kirana seperti itu karena di wc umum tadi dia mendengar sepasang kekasih yang sedang melakukan sesuatu.
Bryan melirik Kirana dari kaca spion di depannya, menatap lama karena Kirana memandang ke arah jendela sejak tadi. Tangannya sambil memegang kepala Missel yang berada di pangkuannya karena tertidur kelelahan.
"Ada yang kamu pikirkan?" tanya Bryan pada Kirana.
Sejak masuk ke dalam mobil Kirana hanya diam saja padanya. Missel yang bicara sebentar lalu tertidur di pangkuannya.
"Tidak ada tuan." jawab Kirana masih menghadap ke arah jendela.
Bryan merasa aneh dengan Kirana, dia pun ikut diam lagi. Karena tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Kirana, dia tidak dekat sebagai teman jadi untuk bertanya lebih jauh rasanya tidak enak.
Kembali Bryan menatap Kirana dari kaca spion di depan. Lama dia menatap, ada senyum di bibirnya. Tipis.
"Ternyata manis juga ya." gumam Bryan.
"Apa yang manis tuan?" tanya Kirana, karena dia mendengar gumaman Bryan.
"Oh, ngga. Itu ada tukang cendol, rasanya manis." jawab Bryan asal.
"Ooh."
Kirana kembali menatap jalanan samping, dan Bryan pun masih melihat Kirana dari kaca spion.
Tak lama, mobil memasuki kawasan kompleks mewah milik Bryan, dia mengklakson agar pintu gerbang di buka dengan cepat. Dodi langsung membuka pintu gerbang dan mobil langsung masuk ke dalam rumah, berhenti di depan halaman bangunan mewah tersebut.
Bryan keluar dari mobilnya dan menuju pintu belakang untuk menggendong Missel yang masih tertidur di pangkuan Kirana.
Dengan hati-hati Bryan mengambil Missel agar tidak bangun. Kepalanya hampir membentur kepala Kirana, tapi kepala Kirana di mundurkan agar Bryan bisa leluasa mengambil Missel.
Bryan berhasil membawa Missel dalam gendongannya lalu dia membawanya masuk ke dalam rumah dan akan di tidurkan di kamarnya.
Kirana diam sejenak dalam mobil, kakinya kram karena sejak dari mall Missel tertidur di pangkuannya. Baru beberapa menit kini kaki Kirana bisa bergerak dan dia melangkah keluar dengan pelan agar kakinya yang kram bisa bergerak.
"Mbak Kiran kenapa?" tanya Dodi heran melihat Kirana jalan sedikit pincang.
"Kakiku kram pak Dodi." jawab Kirana.
"Ya udah, saya bantu masuk ya." kata Dodi menawarkan.
Kirana pun menyambut tangan Dodi yang menuntunnya berjalan menuju rumah Bryan. Dia tertatih sampai di ruang tamu Kirana masih pincang.
Bryan turun dari tangga dan melihat Kirana di tuntun oleh Dodi untuk duduk di sofa. Dia berjalan cepat menghampiri Kirana dan Dodi yang masih berjalan.
"Kamu kenapa?" tanya Bryan heran, dia menatap tangan Dodi yang di pegang erat oleh Kirana.
"Kakiku kram tuan, tadi kepala Missel kan di pangkuanku sejak dari mall itu sampai rumah. Jadi kakiku kram." jawab Kirana.
Tanpa sadar Bryan menarik tangan Kirana untuk berpegangan di tangannya sendiri dan melepas tangan Dodi. Kirana sendiri tidak masalah, yang penting dia bisa berpegangan dan berjalan untuk segera duduk di kursi.
Baru setelah duduk, Kirana melepas tangan Bryan. Dia meluruskan kakinya dan memijatnya agar peredaran darahnya kembali lancar.
Bryan memperhatikan apa yang di lakukan oleh Kirana, dia mencoba untuk membantu Kirana dengan memijat kaki Kirana.
"Sudah lebih baik?" tanya Bryan, tangannya masih menempel di kaki Kirana.
"Sudah lumayan tuan, sudah. Anda jangan membantu memijat kaki saya lagi tuan, nanti kakiku tambah geli." kata Kirana.
Bryan melepas tangannya dari kaki Kirana dan duduk di sebelahnya. Dia menatap wajah Kirana, ada rasa aneh di hatinya ketika dia menatap Kirana dari dekat.
Kirana menoleh ke arah Bryan, keduanya saling tatap sejenak. Lalu mereka saling berpaling ke arah lain.
"Mbak Kiran, tuan Bryan saya keluar dulu." kata Dodi membuyarkan keduanya.
"Aku kira kamu sudah pergi dari tadi." kata Bryan dengan ketus.
Dodi tersenyum kecil, lalu dia pun melangkah pergi meninggalkan Bryan dan Kirana yang masih duduk berdekatan.
Kirana sadar dia duduk dekat dengan papinya Missel, lalu dia bergeser menjauh dari duduknya. Rasa canggung dan juga jantungnya berdetak kencang membuat Kirana salah tingkah.
Bryan menghela nafas panjang, lalu dia bangun dari duduknya dan pindah ke sofa kecil. Wajah datarnya kembali dia tampilkan.
"Minggu besok kamu datang lebih pagi, Kirana." kata Bryan.
"Biasanya juga saya datang lebih pagi kan? Tapi hari Minggu apa saya juga harus datang?" tanya Kirana.
"Ya, karena nanti kamu akan menyiapkan perlengkapan Missel untuk liburan ke pantai. Kamu akan ikut ke pantai, liburan denganku dan Missel." kata Bryan.
"Tapi kan ada mbak Mimin yang akan menyiapkan keperluan Missel nanti." ucap Kirana.
"Kalai kamu yang menyiapkan, pasti tahu apa yang di butuhkan Missel. Sudah, jangan membantah. Pokoknya kamu datang lebih pagi." kata Bryan memaksa.
"Iya." jawab Kirana lirih.
_
Hari Minggu yang di tunggu pun tiba, Kirana sudah berada di rumah Bryan sejak jam tujuh pagi. Sesuai apa kata papinya Missel, dia menyiapkan keperluan Missel untuk pergi ke pantai.
Aneh memang bagi Kirana, kenapa harus dia yang jauh rumahnya yang menyiapkan keperluan Missel. Mbak Mimin juga bisa menyiapkan sejak semalam, tapi kenapa harus dia yang menyiapkan.
"Mbak Kirana menyiapkan perlengkapan non Missel ya buat jalan-jalan ke pantai." kata Mimin.
"Iya mbak Mimin, begitu kata majikan kamu. Harus aku yang beresin." jawab Kirana.
"Tapi tadi tuan Bryan masih ada di ruang gym, beliau sedang olah raga dulu sepertinya." kata Mimin.
"Emm, gitu ya. Ya udah ngga apa-apa, nanti saya tunggu aja di bawah." kata Kirana.
"Non Missel juga masih tidur tuh."
"Ya, saya ngga ngerti sama tuan Bryan."
"Modus kali itu mbak." kata Mimin sambil tersenyum.
"Modus gimana mbak Mimin."
"Hahah, sudahlah. Saya asal bicara aja kok mbak, saya keluar dulu deh. Mau menyiapkan sarapan untuk tuan Bryan, mbak Kiran mau sarapan ngga?" tanya Mimin.
"Boleh deh, aku kesini buru-buru. Jadi ngga sempat sarapan." kata Kirana.
"Ya udah, saya siapkan sekalian ya."
Kirana mengangguk, Mimin pun keluar dari kamar Missel. Setelah selesai, Kirana pun keluar dari kamar Missel. Dia turun ke bawah, tapi Mimin mencegahnya untuk turun.
"Nih mbak, sarapannya sekalian aja di bawa ke ruang gym tuan Bryan." kata Mimin menyerahkan nampan berisi makanan sarapan.
"Tapi mbak Mimin kan bisa, terus kenapa sarapannya ada dua?" tanya Kirana heran.
"Sekalian sama mbak Kirana juga, sudah bawa aja ke atas mbak. Kasih ke tuan Bryan." kata Mimin.
Dia langsung turun ke bawah dengan cepat, Kirana mau tak mau akhirnya dia naik lagi dan menuju ruang gym yang bersebelahan dengan kamar Bryan.
Di dorongnya pintu ruangan itu lalu Kirana masuk ke dalamnya. Dia masuk lebih dalam, dan betapa takjubnya dia melihat seisi ruangan gym itu sangat lengkap isinya.
Kirana melihat Bryan sedang treadmill dengan memakai celana pendek dan juga singlet saja. Terlihat jelas otot-otot di tangannya juga kakinya. Rupanya Bryan memang rajin olah raga juga.
Satu menit kemudian Bryan memyudahi olah raganya dan mematikan treadmillnya. Dia mengambil handuk yang ada di 0egangan treadmill, kemudian dia mengelapnya. Kepala di goyangkan karena keringat terus menetes dari kepalanya. Hal itu membuat Kirana melihat Bryan sangat seksi. Dia menelan ludahnya, lalu menunduk merasa malu dengan tingkahnya.
Bryan berjalan mendekat pada Kirana yang masih memegang nampan berisi sarapan.
"Kamu yang menyiapkan sarapanku juga?" tanya Bryan mengambil jus jeruk di nampan dan menenggaknya.
"Mbak Mimin yang menyiapkan, saya hanya membawanya kemari saja." jawab Kirana.
"Lalu, itu ada dua piring. Untum siapa satunya?" tanya Bryan.
Kirana membawa nampan di meja dan meletakkan nampannya di meja. Dia tidak berani mengambil makanan di piring yang memang untuknya.
"Makanlah, itu pasti sarapan untukmu." kata Bryan.
Kirana menatap Bryan, dia masih malu karena Bryan terlihat begitu macho dan gagah.
"Makan saja, jangan mengagumi wajahku terus. Tidak akan membuatmu kenyang." kata Bryan lagi dengan santai.
Membuat Kirana salah tingkah dengan ucapan Bryan. Dia membuang muka ke samping, pura-pura kesal.
Kemudian dia pun mengambil makanan di piringnya dan memakannya dengan lahap. Bryan tersenyum kecil melihat cara makan Kirana, dia menenggak kembali jus jeruknya sampai habis.
_
_
_
***************
bikin jengkel aja
bikin emosi
ga tau trimakasih
sama mantunya
ceburkan aja di sawah sekalian hehehe 😂😆😄👍🙏
gayanya aja bikin gemes sama Darno tlg di lanjutkan KK
tetap semangat author 👍💪💪💪