Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Kau ... bagaimana ...?" Pertanyaan Xavier menggantung melihat sosok yang tak terduga di hadapannya kini.
"Kau pikir mereka bisa menahan ku? Penyusup itu aku sudah melihatnya. Seperti sebelumnya, dia ingin menghilangkan bukti dan saksi," ujar Lyra jumawa.
Xavier tercenung, mematri tatapan pada wajah Lyra yang bersemangat meskipun sedikit pucat.
Ada sesuatu yang disembunyikan gadis kecil ini di dalam dirinya, tapi apa?
Dia bergumam, semakin penasaran pada sosok Lyra. Dia ingat betul sebelum insiden tenggelam itu, Lyra adalah sosok yang polos dan manja, juga bodoh. Selalu mencari perhatian, melekat pada Xavier tak ingin berjauhan. Selalu melakukan segala macam cara untuk merayu laki-laki itu.
Namun, kini, sosok itu telah hilang. Berganti menjadi manusia salju yang sangat jarang sekali tersenyum, apalagi tertawa renyah seperti dulu. Ke mana hilangnya semua itu? Ke mana perginya Lyra yang dulu? Hati Xavier tiba-tiba merindu.
"Bukankah dokter menyuruh mu beristirahat? Lyra, kembali ke kamarmu atau ...."
"Atau apa? Aku tidak suka diatur!" sahut Lyra yang sudah berada di kejauhan, dia meninggalkan Xavier tanpa sepengatahuan laki-laki itu.
Eh?
Xavier menoleh ke kanan dan kiri mencari sosok sang istri, kemudian dia mendengus kesal setelah mendapati Lyra hampir sampai di pintu yang mengarah ke penjara bawah tanah.
"Dari mana dia tahu tempat ini? Bukankah dia tidak pernah datang ke sini?" gumam Xavier tak percaya. Seingatnya Lyra tidak pernah ingin datang ke belakang mansion, ia tak suka melihat lapangan tempat semua pengawal berlatih.
Sekarang, coba lihat dirinya. Berjalan dengan kedua tangan saling berpangku di belakang tubuh. Tak ada rasa takut, tak ada rengekan ingin kembali. Tak ada keluhan tak suka mendengar bunyi besi beradu. Lyra menjelma menjadi sosok yang tangguh.
"Apa semua ini karena aku yang terlalu cuek kepadanya?" Xavier kembali bergumam sembari menatap Lyra yang berbelok menuju lapangan pelatihan.
"Mau apa dia ke sana?" geram Xavier seraya mengejar Lyra yang sudah berada di tengah lapangan pelatihan itu.
Xavier melangkah menyusuri jalan yang dilalui oleh Lyra tadi. Sementara gadis kecil itu, menatap takjub lapangan pelatihan dengan berbagai senjata yang ada di sana. Ia tersenyum, tertarik hatinya untuk berlama-lama di tempat itu.
"Ternyata ada tempat sebagus ini di sini? Jika aku tahu dari kemarin-kemarin, aku akan datang ke sini setiap hari untuk melatih tubuhku," gumam Lyra seraya berjalan mendekati sebuah tempat penyimpanan senjata yang digunakan oleh para pengawal setiap latihan.
"Nyonya! Mengapa Anda si sini? Tempat ini bukanlah tempat yang bisa Anda kunjungi, Nyonya," tegur salah seorang pelatih yang beberapa saat lalu membubarkan bawahannya untuk beristirahat.
Lyra tersenyum, memindai tubuh laki-laki yang tinggi tegap di hadapannya.
"Tenagamu cukup kuat. Kau adalah yang terkuat di antara mereka, tapi kelemahanmu itu harus kau sempurnakan agar bisa memaksimalkan latihan," ujar Lyra setelah memindai tubuh laki-laki itu.
Tertegun pelatih itu, matanya berkedip-kedip tak percaya Lyra dapat melihat kekurangan dalam dirinya. Sungguh selama ini dia menutupinya dengan sangat baik. Bagaimana mungkin Lyra tahu?
*Ah, Anda bisa saja, Nyonya. Tuan tidak akan memilih saya jika saya tidak memiliki kemampuan itu. Saya sudah menjadi pelatih di sini selama lebih dari lima tahun. Anda meragukan saya?" tanya laki-laki itu tak senang.
Siapa yang tidak tahu Lyra hanyalah istri yang tak pernah disentuh Xavier. Semua pelayan tak ada yang menghormatinya.
"Baik. Jika begitu kau harus melawanku. Jika kau bisa menang sebanyak tiga pukulan maka aku akan katakan kau memang layak, tapi jika tidak. Kau harus berlutut meminta maaf padaku," ucap Lyra tegas.
"Baik." Sang pelatih menyahut dengan cepat.
Xavier memperhatikan di tepi lapangan, niat ingin ke penjara bawah tanah urung karena melihat Lyra yang menantang salah satu pelatihnya.
"Aku ingin melihat apa istri kecilku itu mempunyai kemampuan?" gumamnya sambil tersenyum. Kemudian duduk di sebuah bangku menjadi penonton.
maaf Thor tambah kan tokoh cowoknya yg lebih baik dari segala-galanya dari Xavier...
kan tambah seru jadi y...
tambahkan lg up nya Thor