NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: bund FF

Tidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim yang bagaimana.
Tugas utama seorang anak adalah berbakti pada orang tuanya.
Sekalipun orang tua itu seakan tak pernah mau menerima kita sebagai anaknya.

Dan itulah yang Aruna alami.
Karena seingatnya, ibunya tak pernah memanjakannya. Melihatnya seperti seorang musuh bahkan sejak kecil.

Hidup lelah karena selalu pindah kontrakan dan berakhir di satu keadaan yang membuatnya semakin merasa bahwa memang tak seharusnya dia dilahirkan.

Tapi semesta selalu punya cara untuk mempertemukan keluarga meski sudah lama terpisah.

Haruskah Aruna selalu mengalah dan mengorbankan perasaannya?
Atau satu kali ini saja dalam hidupnya dia akan berjuang demi rasa cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bund FF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kim Wiguna Wiyata

Sementara di hotel saat Aruna sudah berlari, seorang pria nampak tergesa saat keluar dari lift dan kebingungan mencari keberadaan Aruna. Dengan tangan kiri memegangi lengan kanan yang nampak berdarah.

Jangan lupakan matanya yang memerah karena lemparan sepatu Aruna yang tepat mengenai sasaran.

"Hei tunggu" teriak Selly yang juga memegangi pipinya yang menampakkan jejak telapak tangan.

Pria itu menoleh, melihat wajah Selly dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Keduanya nampak saling pandang. Tatapan mata Selly terlihat tajam seolah ingin membunuh pria itu dalam satu tarikan nyawa.

"Bajingan tengik! Hahaha, lihat siapa yang ada disini" teriak Selly dengan tawa yang membahana.

"Selly, ka... ehm, kamu.. Kenapa bisa disini?" tanya Kim yang nampak terlalu syok melihat ibu Aruna.

"Pria bodoh, orang tua yang busuk! Lelaki bajingan!" umpatan bertubi-tubi seolah tak cukup untuk meluapkan kemarahan Selly yang sudah setinggi gunung Jayawijaya.

Dengan tangan yang sibuk memukuli dada Kim. Selly menangis sambil terus mengutuk pria itu.

Kim hanya bisa bergeming, tak habis pikir karena bisa bertemu Selly di tempat seperti ini.

"Kita bicara di atas saja. Malu dilihat banyak orang" ajak Kim saat Selly sudah melunak, pukulannya sudah tak seintens tadi.

"Lo pikir gue mau ikut sama orang bodoh kayak Lo, hah?" teriak Selly tepat di muka Kim hingga membuat pria itu memejamkan netranya.

"Bahaya kalau ada yang melihat" gumam Kim sambil menarik paksa tangan Selly yang terus meronta dalam genggamannya.

Membawa wanita itu ke dalam lift untuk kembali ke kamar 212 yang telah disewanya untuk malam ini, rencananya Kim akan menghabis waktu dengan Aruna, tapi malah mendapat emaknya.

"Dasar pria bodoh, pecundang karatan. Kenapa Lo bisa ada disini, Hah? Diusir sama emak Lo yang kayak kuyang itu ya?" Selly bertanya dengan nada tinggi hingga urat lehernya terlihat menonjol.

Kemarahan yang amat sangat ketara hingga membuat wajah putih Selly nampak sangat merah.

"Diam Selly" bentakan Kim masih tak bisa membuat Selly diam selama perjalanan mereka menuju lantai ke sepuluh di gedung ini.

Setelah pintu lift terbuka, Kim kembali menyeret Selly agar memasuki kamarnya.

Meski harus meronta, Selly tak kuat untuk melawan Kim. Kekuatan seorang pria memang jauh diatas wanita.

Setelah berhasil membuka kamarnya, Kim menarik Selly untuk dia lemparkan ke atas ranjang dan membuat Selly jatuh terlentang.

"Ahhh" teriak Selly yang memantul diatas ranjang yang empuk.

"Kenapa bisa kamu disini?" tanya Kim terlalu penasaran.

"Bukan urusan Lo harus pergi dan tinggal dimana. Kenapa bisa Lo ada disini, hah? Lo cari gue ya?" tanya Selly dengan tawa jahatnya. Berusaha bangkit dan duduk di tepian ranjang.

Kim mengamati perempuan di depannya ini. Tak sampai hati dia melihatnya.

Wajah cantik dengan rambut lurus panjang berwarna kecoklatan. Dengan pakaian yang bisa meningkatkan birahinya sebagai seorang pria normal. Berkali-kali Kim harus menelan ludahnya yang terus mengucur saat melihat kemolekan tubuh Selly.

"Kamu, sedang apa berada di hotel ini?" tanya Kim yang sudah sangat penasaran.

"Memangnya salah kalau gue ada disini ya, Kim Wiguna Wiyata?" tanya Selly dengan menyebut nama panjang dari seorang Kim.

"Ok, sorry. Itu memang hak kamu untuk pergi kemanapun dan dengan siapapun. Tapi, ehm... Boleh aku tahu bagaimana keadaan anak itu" tanya Kim dengan kisah masa lalunya.

"Masih penting dia buat Lo? Hah? Keluarga jahanam Lo bahkan sudah membuang kami seperti sampah. Jadi, jangan pernah tanyakan lagi anak itu. Biar semua menjadi urusan gue. Terserah gue mau gue apakan dia. Mau gue mampusin, mau gue lempar ke tong sampah, itu semua bukan urusan Lo lagi" kata Selly dengan amarah yang masih menyala.

"Selly, ok. Aku akui memang semua adalah salahku di masa lalu yang tidak berjuang untuk mempertahankan kalian. Tapi hidupku tak tenang, Sel. Mamaku memaksa untuk pulang ke Korea setelah tahu kalau kamu juga akan melahirkan saat Berta sudah melahirkan saat itu" kata Kim berusaha menjelaskan apa yang sudah dia lalui selama ini.

"Keluargaku juga memisahkan aku dengan Berta. Aku hanya diberi waktu selama enam bulan dalam jangka waktu dua tahun untuk kembali ke Indonesia agar bisa bertemu dengan Berta dan putri kami" kata Kim yang kini berusaha menggenggam tangan Selly yang masih mengisyaratkan kemarahan yang menumpuk.

"Dan selama enam bulan itu, aku terus berusaha mencari mu dan juga anak kita. Tapi aku tak pernah menemukan kalian. Aku sungguh menyesali semuanya, Selly. Maaf karena aku tak berusaha dengan lebih keras" kata Kim yang kini berusaha mengambil Selly untuk didekap.

Selly tentu meronta, malas sekali untuk kembali jatuh ke tangan ular kadut seperti seorang Kim.

"Tolong katakan dimana anak itu, Selly. Apa kamu berhasil melahirkan dengan selamat? Apa dia laki-laki atau perempuan?" tanya Kim yang sudah berhasil memeluk Selly yang sesenggukan.

Bertahun-tahun hidup terlunta-lunta hingga membuatnya terdampar di tempat baru. Tanpa seorangpun yang mengenalnya, tanpa seorangpun yang bersedia membantunya.

Tapi Selly tak pernah meninggalkan putrinya meski memang tak pernah ada dalam hatinya rasa sayang untuk putri yang malang itu.

Sebenarnya sebagai seorang ibu tentu ada getaran emosi saat melihat putri kecilnya menangis kesakitan setelah dia pukul, dan pergi untuk mencari kesenangan di luar rumah adalah jalan yang selalu Selly tempuh agar tak lagi melihat wajah kecil Aruna yang selalu kembali menjadi anak yang baik setelah dia kembali pulang.

"Tolong katakan padaku, Selly. Dimana anak itu? Apa dia seorang pria tampan ataukah wanita yang cantik?" tanya Kim masih memohon.

"Aruna adalah gadis yang cantik dan kuat. Entah dimana dia sekarang" jawaban Selly membuat hati Kim seolah tersambar petir.

"Aruna?" tanya Kim memperjelas pendengarannya.

"Ya, hanya Aruna. Gue nggak pernah berniat memberi nama belakang padanya. Dia adalah Aruna, hanya Aruna. Anak yang tak seorangpun menginginkannya" jawab Selly yang kembali meronta dan menatap tajam mata Kim yang salah satunya masih memerah.

"Asal lo tahu, Wiguna tolol! Anak itu selalu gue siksa saat gue ingat semua perlakuan buruk Lo dan keluarga Lo ke gue dulu. Hahaha... dan gue sangat senang saat melakukan itu semua" kata Selly seperti kesetanan, Banga dengan semua perlakuan buruk pada putrinya sendiri.

Sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahan Selly saat menjadikan Aruna sebagai sasaran kemarahan.

Karena seorang wanita terlalu rapuh untuk menghadapi dunianya sendiri, apalagi ditambah dengan beban seorang anak. Hanya orang tertentu yang mampu melalui kerasnya hidup tanpa dampingan seorangpun yang menyayanginya.

"Aruna" gumam Kim yang kini sudah melorot dari tempat duduknya, duduk di karpet dibawah ranjang sambil menutupi wajahnya.

Nampak pria itu menangis. Menyesali perbuatannya yang hampir saja akan merusak masa depan anak kandung yang sudah dia buang selama ini.

"Pasti anak itu akan semakin membenciku" sesal Kim.

Padahal sudah dua kali dia melihat foto usang di dompet Aruna yang sebenarnya adalah fotonya sendiri bersama Selly di waktu dulu. Saat keduanya masih berstatus bos dan sekretarisnya.

Kim masih berusaha mengingat kebenaran foto usang itu adalah dirinya, tapi kini sudah terlambat karena pasti Aruna sudah semakin membencinya.

"Kenapa Lo nangis, hah? Dasar cengeng" ejek Selly.

"Aku hampir saja merusak masa depannya, Selly. Tadi Aruna adalah gadis yang dikirim oleh orang yang aku suruh untuk mencarikan teman kencan" sesal Kim yang tak berguna lagi.

"Hahahah, bodoh! Dan gue yang nyuruh dia" tawa Selly terdengar menyesal, tapi memang sudah terlambat.

"Lo kenal Aruna?" tanya Selly, penasaran karena Kim seperti sangat menyesal.

"Dia anak buah Acing, temanku. Benar kan?" tanya Kim.

"Ya, dan pasti Aruna sangat benci sama Lo. Gue sangat senang" kata Selly tertawa jahat.

"Itu hukuman dari Tuhan karena Lo sudah menelantarkan kami. Rasakan Wiguna! Lo bisa mati pelan-pelan dengan semua penyesalan jika memang Lo menyesal" kata Selly sangat puas, seolah rasa dendamnya tersalurkan melalui Aruna.

"Tolong jangan bicara begitu, Sel. Aku sangat menyayangi kalian" kata Kim yang kini duduk mensejajari Selly diatas ranjang.

Memeluk tubuh tubuh sintal itu dengan posesif. Ingatan masa lalu membuat keduanya trenyuh.

Masih ada getaran rasa rindu diantara tingginya rasa benci yang sudah menyatu di dalam hati.

Dan tanpa mereka berdua sadari, malah keduanya kembali terjatuh ke dalam kubangan dosa yang tak pernah terampuni.

Memang benar jika hanya berdua dalam satu ruangan, maka setan akan menjadi yang ketiganya.

Seperti Selly dan Kim yang kembali mengulang dosa seperti yang pernah mereka lakukan hingga membuat Aruna hadir di dunia ini.

1
Azizah Hazli
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!