“Jangan berharap anak itu akan menggunakan nama keluarga Pratama ! Saya akan membatalkan pernikahan kami secara agama dan negara.”
Sebastian Pratama, pewaris tunggal perusahaan MegaCyber, memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang baru saja disahkan beberapa jam dengan Shera Susanto, seorang pengacara muda yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun.
Shera yang jatuh pingsan di tengah-tengah prosesi adat pernikahan, langsung dibawa ke rumah sakit dan dokter menyatakan bahwa wanita itu tengah hamil 12 minggu.
Hingga 1.5 tahun kemudian datang sosok Kirana Gunawan yang datang sebagai sekretaris pengganti. Sikap gadis berusia 21 tahun itu mengusik perhatian Sebastian dan meluluhkan kebekuannya.
Kedekatan Kirana dengan Dokter Steven, yang merupakan sepupu dekat Sebastian, membuat Sebastian mengambil keputusan untuk melamar Kirana setelah 6 bulan berpacaran.
Steven yang sejak dulu ternyata menyukai Kirana, berusaha menghalangi rencana Sebastian.
Usaha Steven yang melibatkan Shera dalam rencananya pada Sebastian dan Kirana, justru membuka fakta hubungan mereka berempat di masa lalu.
Cover by alifatania
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Sebuah Jawaban
Selesai menghabiskan waktu ke pasar, memasak dan dilanjutkan dengan makan siang berdua, Kirana menemani mama Lia meneruskan pesanan jahitan di ruang keluarga.
“Ki, apa Sebastian memintamu cuti hari ini untuk mulai siap-siap belajar menjadi seorang istri yang baik ?” Tanya mama Lia dengan nada menggoda putrinya.
“Maksud mama supaya Kiran bisa segera dinikahkan ?” Kirana tertawa pelan.
“Wah anak mama udah pintar nih masalah nikah menikah. Memangnya kamu sudah siap menikah muda ?”
“Haaiiss Mama, kalau Kiran bilang siap, memangnya papa dan mama mengijinkan ? Apalagi Sebastian itu seorang duda.”
“Bukannya memang sedang populer kalau duda itu lebih mempesona,” sahut mama Lia sambil tergelak.
“Jadi mama sudah rela kalau aku menikah sama Sebastian biarpun duda ? Apa karena Sebastian itu duren sawit ?”
Mama Lia menghentikan aktivitasnya dan menatap Kirana dengan dahi berkerut.
“Apalagi itu duren sawit ?” Tanya mama Lia.
“Duda keren sarat duit, Ma,” sahut Kirana sambil tergelak.
Mama Lia ikut tertawa sambil geleng-geleng kepala.
“Ada-ada saja istilah kamu, Ki. Asal jangan sampai orang menganggap kamu perempuan materialistis.”
“Sebastian sendiri yang menambahkan istilah sawit, Ma,” Kirana terkekeh. “Kiran cuma bilang pada Sebastian kalau ia itu seorang duren, eh malah ditsmbahin kalau duren sawit.”
Keduanya kembali tertawa bersama. Kirana beranjak dari sofa dan menuju dapur mengambil dua gelas air putih untuknya dan mama Lia.
“Ma,” panggil Kirana sedikit pelan saat ia sudah duduk kembali di sofa. “Kemarin Kiran ketemu Tante Rosa dan diajak ngobrol berdua.”
Mama Lia langsung menghentikan gerakan kaki dan tangannya di mesin jahit dan menatap Kirana dengan wajah agak khawatir.
“Apa dia menyakitimu ?”
“Nggak kok, Ma,” Kirana menggeleng. “Sudah biasa dengan mulut Tante Rosa yang pedesnya melebihi cabe bubuk level 15.”
“Apa Tante Rosa itu mengganggu hubunganmu dengan Sebastian ? Mereka masih keluarga, kan ?”
Mama Lia meninggalkan pekerjaan jahitannya dan pindah duduk di sebelah Kirana.
“Itu juga tidak masalah, Ma. Sebastian selalu ada untuk Kiran.”
Mama Lia tersenyum dan membelai rambut putrinya.
“Tante Rosa menyinggung masalah mama,” ujar Kirana.
Wajah mama Lia mendadak tegang dan menarik nafas panjang.
“Sebetulnya Kiran juga sudah kepikiran sejak lama. Soal nama mama. Tapi mama pernah menjawab kalau nama Lia terlihat lebih komersil untuk usaha jahitan mama daripada Dewi.”
Mama Lia hanya terdiam. Kirana merangkul lengan mamanya dan menyenderkan kepalanya di bahu sang mama.
“Kiran sudah dewasa, Ma. Lagipula kalau sampai ada hubungannya dengan keluarga Pratama, Sebastian berjanji tetap akan berdiri di sisi Kiran.”
Mama Lia menatap wajah putrinya dan kembali membelai wajah Kirana dengan penuh kasih sayang.
“Kejadian itu tidak ada hubungannya dengan keluarga Pratama, Ki. Tapi keluarga Nyonya Rosa.”
Mama Lia kembali menarik nafas panjang dan Kirana sudah kembali dengan posisi duduk tegak, memiringkan tubuhnya ke arah mama Lia sambil menyilangkan kedua kakinya di atas sofa.
“Kiran siap jadi pendengar dan teman curhat mama,” Kirana tersenyum lebar membuat mama Lia pun pun ikut tersenyum.
“Kamu tahu kan kalau sekolah tempat mama mengajar milik keluarga Steven dari pihak mamanya ?”
Kirana mengangguk mengiyakan pertanyaan mama.
“Begitu juga dengan perusahaan tempat papa bekerja adalah milik keluarga Nyonya Rosa, bukan keluarga Pratama.”
“Jadi Tante Rosa berasal dari keluarga berada juga, Ma ?”
“Iya. Yang memegang sekolah dan pabrik adalah kedua adik laki-lakinya.”
Kirana hanya diam dan mengambil bantal sofa laundiletakan di atas pahanya.
“Tuan Roland, yang dipercaya memegang sekolah adalah seorang laki-laki buaya yang tidak pernah puas dengan satu wanita. Sudah memiliki istri yang cantik, pintar dan berasal dari keluarga berada, tetap saja masih suka jajan di luar. Beberapa guru perempuan di sekolah, mulai dari SD sampai SMA pernah ada yang didekatinya. Dan yang menjadi masalah adalah para guru wanita yang didekati sudah memiliki suami.”
“Termasuk mama ?”
“Iya,” mama Lia mengangguk. “Dan mungkin mama adalah salah satu yang terparah karena hampir saja dilecehkan oleh Tuan Roland.”
Kirana mengepalkan kedua tangannya dengan wajah geram. Ia masih cukup menyimpan memori wajah Tuan Roland. Beberapa kali pria itu datang ke sekolah untuk menghadiri acara-acara khusus di sekolah.
“Tapi Tuhan masih melindungi mama. Belum sampai dilecehkan, Bu Winda dan Bu Maryam yang belum pulang juga sore itu, bisa tiba-tiba ingin menemui mama yang masih di ruang UKS, membangunkan Kendra yang masih tidur. Mereka adalah saksi perbuatan Tuan Roland hari itu.”
“Apakah tidak ada guru yang melaporkannya, Ma ?”
“Para guru yang didekati Tuan Roland hanya sekedar dirayu dan mama adalah yang pertama hendak dilecehkan. Awalnya Bu Winda dan Bu Maryam mencegah mama melapor ke dewan yayasan karena takut kalau mama akan dipecat.”
“Apa papa tahu juga, Ma ?”
“Mama menceritakan kejadian itu pada papa setelah beberapa hari kemudian. Mama bersyukur karena papa seorang suami yang penuh pengertian. Bukan hanya menghibur mama, papa juga mendukung mama untuk membawa kasus ini ke dewan yayasan sekolah. Tapi sayangnya Bu Winda dan Bu Maryam tidak berani menjadi saksi atas laporan mama. Mereka takut kehilangan pekerjaan.”
“Jadi mama tidak berhasil meminta pihak sekolah untuk menuntut Tuan Roland ?”
“Sebetulnya tujuan papa dan mama bukan sekedar mencari dukungan apalagi dianggap pahlawan karena berani membongkar perbuatan Tuan Roland, tapi mencegah supaya tidak ada guru lain mengalami hal yang sama.”
“Kenapa Kiran tidak pernah mendengar masalah itu, Ma ?” Kiran mengerutkan dahinya.
“Kamu masih terlalu kecil, sayang,” sahut mama Lia sambil tertawa pelan.
“Apa mama berhasil membuat Tuan Roland bertanggungjawab.”
“Tidak berhasil karena semua orang yayasan sama takut kehilangan pekerjaan mereka. Tapi Tuhan masih membuka jalan yang lain. Nyonya Deswita, istri Tuan Roland, datang menemui mama dan papa. Beliau akan membantu niat kami karena sudah tidak tahan dengan kelakuan suaminya. Keluarga Nyonya Deswita yang cukup berpengaruh akhirnya mengirimkan tim khusus untuk membongkar kebusukan suaminya hingga berakhir dengan perceraian.”
“Lalu apa hubungannya dengan papa, Ma ?”
“Tuan Arnold, adik Tuan Roland dan Nyonya Rosa, yang memegang perusahaan tempat papa bekerja, tidak menerima kalau kakaknya dipermalukan seperti itu oleh istrinya, dan menganggap papa dan mama sebagai sekutu Nyonya Deswita. Karena itu papa dipindahkan ke daerah dengan berbagai tekanan. Secara jabatan papa meningkat menjadi kepala pabrik, tetapi gajinya justru diturunkan, bukan diberi rumah dinas seperti aturan perusahaan, tapi ditempatkan di mess karyawan. Dan belum puas karena melihat papa tetap menjalankan sepenuh hati semua yang dilakukan oleh Tuan Arnold, seseorang sengaja membayar orang untuk melakukan sabotase di pabrik untuk merusak nama baik papa.”
“Masalah kebocoran saluran pembuangan limbah, Ma ?”
“Iya,” mama Lia mengangguk. “Dan sebelum kita ikut papa pindah, Nyonya Rosa menemui mama. Banyak kalimat hinaan yang dilontarkan olehnya, dan yang paling membuat mama marah adalah saat kamu dianggap sebagai perempuan tidak benar yang terus menerus mendekati Steven. Bukan itu saja, Nyonya Rosa juga sempat menyebarkan isu di lingkungan sekolah, yang berlawanan dengan kenyataan soal Tuan Roland dan mama. Beredar gosip kalau mama yang sengaja menggoda Tuan Roland dan menjadikanmu umpan untuk mendekati Steven supaya bisa mendapatkan hidup yang lebih baik karena tidak tahan hidup susah dengan papamu.”
“Dasar keluarga penjahat semua !” Omel Kirana sengan nada geram. Kedua tangannya mengepal erat.