Hanya karena dipuji ketampanannya oleh seorang wanita, Miko justru menjadi target perundungan sang penguasa kampus dan teman-temannya.
Awalnya Miko memilih diam dan mengalah. Namun lama-kelamaan Miko semakin muak dan memilih menyerang balik sang penguasa kampus.
Namun, siapa sangka, akibat dari keberanian melawan penguasa kampus, Miko justru menemukan sebuah fakta tentang dirinya. Setelah fakta itu terungkap, kehidupan Miko pun berubah dan dia harus menghadapi berbagai masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan Besar
Begitu urusan dengan kepala kampus selesai, Miko keluar dari ruangan kepala kampus dengan perasaan yang lebih tenang. Sekarang yang akan dia lakukan adalah, menuju ke ruangan untuk mengikuti pembelajaran.
Saat ini, Miko bisa merasakan perbedaannya ketika status dirinya sudah berubah. Jika kemarin-kemarin Miko hanya dianggap mahasiswa biasa dan tidak ada yang memberi hormat kepadanya, tapi mulai hari ini, dia mendapat perlakuan yang berbeda dari orang-orang di kampusnya.
Beberapa dosen yang tak sengaja berjumpa dengan Miko, banyak yang memberi hormat dan bersikap hangat kepadanya. Bukannya Miko tak suka diperlakukan istimewa, tapi dia heran, kenapa bisa sampai segitunya mereka berubah sikap hanya karena sebuah status sosial yang berbeda.
Tapi Miko tidak terlalu memikirkannya. Bagi Miko, yang penting dia bisa belajar dengan nyaman, tanpa ada kebisingan dari orang-orang yang menganggapnya musuh.
Sepanjang kaki melangkah menuju ruang kelas, Miko pun merasakan sikap yang berbeda dari para mahasiswa. Meskipun belum ada yang memberi sapaan, tapi Miko bisa merasakan beberapa mahasiswa yang membicarakan dirinya.
Miko pun memilih terus melangkah, karena Miko tidak ingin terlalu mengambil pusing dengan semua yang dia dengar.
Begitu langkah kaki Miko hampir sampai di ruangan yang dia tuju, matanya menangkap sosok yang dia kenal sedang duduk bersama di salah satu tempat santai yang disediakan pihak kampus. Tidak perlu banyak pertimbangan, Miko memutuskan untuk menghampiri mereka.
"Hai Mik, kamu nggak apa-apa?" tanya salah satu teman akrab Miko begitu melihat kedatangannya.
Miko tersenyum. "Yah, seperti yang kamu lihat, Di," jawab Miko sembari duduk di sisi Didi.
"Syukurlah," Didi terlihat cukup lega. Begitu juga dengan dua teman lainnya. "Tapi, Mik, emang benar, kamu cucunya Tuan Dixion?"
Kening Miko agak berkerut. "Apa gosipnya menyebar secepat itu?"
"Bukan gosip lagi. Tadi aku juga mendengarnya langsung ketika kamu berhenti berkelahi," balas Belinda.
Miko mengangguk samar dan senyumnya terkembang. "Yah, seperti yang kalian dengar, aku juga tahu, belum lama ini."
"Astaga!" Seru Didi dan Aldo hampir bersamaan.
"Pantesan, aku merasa janggal, waktu lihat Tuan William pertama kali datang menjengukmu," ucap Aldo. "Tapi, kalau kamu benar cucunya Hendrick Dixion, ayah kamu..."
Lagi-lagi Miko mengangguk dan tersenyum tipis. Meski, Aldo menggantung ucapanya, tapi Miko tahu, apa yang akan Aldo ucapkan.
"Astaga! Kok bisa sih, Mik?" Aldo nampak syok. Begitu juga dengan Belinda dan Didi. "Tuan Wiliam ayah kandung kamu?" tanya Aldo mempertegas.
"Berarti gosip tentang ibu kamu ... benar?" tanya Belinda agak tak enak hati.
Kali ini Miko menggeleng. "Tidak," jawab Miko. "Sebenarnya, ibuku ada hubungan dengan William di masa lalu, sebelum William menikah Renata."
"Terus?" secara otomatis ketiga teman Miko semakin penasaran dengan awal cerita yang menyebabkan Miko menjadi keturunan keluarga Dixion.
Jujur, Miko sebenarnya enggan menceritakan masa lalu yang baru dia ketahui beberapa hari terakhir ini. Namun berita yang mengatakan kalau ibunya pernah menjadi pelakor hingga memiliki anak, membuat Miko mau tidak mau harus meluruskan kesalah pahaman, meskipun hanya pada tiga temannya itu.
Miko pun langsung menceritakan masa lalu Ibunya, menurut yang dia ketahui secara garis besar. Miko juga sebenarnya agak malu kalau dirinya, anak yang lahir di luar nikah, tapi Miko tidak menceritakan kalau dirinya dulu pernah tak dianggap ada oleh William.
"Ya ampun!" seru Belinda. "Jadi, kamu sama Kelvin, saudara kandung?"
"Enggak lah," bantah Miko. "Bukankah kamu tadi bilang, kamu mendengar kalau aku cucunya Tuan Dixion, dari mulut Pak Cakra? Apa kamu tidak mendengar, yang Pak Cakra katakan tentang Kelvin?"
Belinda langsung tercenung, dan saat itu juga, dia langsung kembali mengingat-ingat ucapan sang pemimpin kampus.
"Oh iya!" seru Belinda. "Kalau Kelvin sudah bukan urusannya keluarga Dixion, apa jangan-jangan Kelvin sebenarnya bukan anaknya William?" terka Belinda dan Miko pun langsung menjawabnya dengan anggukkan.
"Astaga...." lagi-lagi jawaban Miko membuat ketiga temannya terkejut.
"Kalau Kelvin bukan anak kandung William, terus dia anak siapa?" Rasa penasaran Aldo dan kedua teman lainnya semakin bertambah.
Mau tidak mau, Miko pun kembali menceritakan tentang asal usul Kelvin, seperti yang dia ketahui.
"Ya ampun!" Seru Belinda sampai beberapa orang yang ada di sekitarnya, menoleh ke arah mereka. "Jadi Kelvin..."
Miko mengangguk.
"Gila!" seru Aldo. "Pantesan, setelah kejadian kemarin dia tidak kelihatan wajahnya di kampus. Pasti dia malu banget tuh, karena kelakuan ibunya kebongkar."
"Pasti itu," sahut Didi. "Terus kamu tahu nggak, Mik, sekarang Kelvin ada dimana?"
Miko menggeleng. "Cuma William, yang tahu, mereka dimana."
"William?" mata Belinda memicing. "Kenapa kamu hanya menyebut namanya? Dia kan ayahmu? Nggak sopan."
Miko sontak tersenyum lebar. "Entahlah, aku masih bingung. Di satu sisi, aku masih kecewa, tapi di sisi lain, kehadirannya, membawa pengaruh besar buat aku dan Ibu."
Tiga sahabat Miko menunjukan reaksi yang berbeda pada wajah mereka, namun memiliki arti yang sama.
"Aku ngerti perasaanmu," sahut Aldo. "Tapi, berdasarkan ceritamu, Tuan William tidak sepenuhnya salah. Dia melakukannya, karena pengaruh teman-temannya yang nggak benar."
Belinda dan Didi setuju dengan pendapat pemuda berambut kriwil tersebut.
"Lalu status ibumu bagaimana?" tanya Belinda.
"Mungkin akan dinikahin sama William. Tapi entahlah, aku belum bicara sama ibu mengenai hal ini," balas Miko.
Dan ketiga sahabatnya mengerti.
"Ya sudahlah, kamu jalani aja, jika ini memang takdirmu," ujar Aldo. "Sebagai teman, tentunya aku hanya mendoakan yang terbaik untuk kamu, Mik."
Miko tersenyum haru.
"Tapi selain mendoakan, kamu juga harus ajak kami makan-makan dong, kan sekarang uangmu banyak," celetuk Didi.
"Nah, ini yang aku harapkan," seru Belinda.
"Ah, sial, kalian. Ya udah nanti pulang kampus," sungut Miko dan disambut bahagia oleh ketiga temannya.
Di tempat lain, Kelvin malah lagi bengong memikirkan nasibnya yang saat ini berubah drastis. Meskipun sedang dihukum William, dia dan yang lain sebenarnya masih bisa menjalankan aktifitas yang mereka mau. Tapi Kelvin yang biasa berangkat ke kampus dengan segala aksesoris mewahnya, memilih tidak berangkat karena malu pada teman-temannya.
"Mom, kapan kita kaya dulu lagi?" rengek Kelvin saat Renata menghampirinya.
"Sebentar lagi, Sayang, kamu yang sabar ya," ucap Renata lembut. "Mommy juga udah nggak betah hidup kaya gini."
"Apa lagi aku. Udah panas, makanannya nggak enak," protes Kelvin.
"Sabar, Sayang, sebentar lagi pasti William akan menjemput kita."
Kelvin menoleh, menatap Renata dengan kening berkerut. "Emang apa rencana Mommy?"
Wanita itu tersenyum sinis. "Tunggu saja kabar bahagia dari John dan Daniel, Sayang."
"Baiklah. Aku juga sudah geram. Gara-gara Miko, aku jadi seperti ini. Awas aja, kalau aku kembali, aku nggak akan melepaskan anak itu," sumpah Kelvin penuh dendam.
dikhianati org yg disayang memang amat sangat sulit sembuh, cinta 100% akan berubah menjadi benci 1000%