Suami lebih memilih menikah lagi hanya karena tidak kunjung hamil membuat Nadira Yasmine Aulia memang merasakan sakit. Namun, Rasa sakit itu tidak ia perlihatkan. Cukup di dalam saja, Tapi tidak dengan di luar.
Sikap protagonis yang selama ini tulus ia berikan kepada sang suami berubah menjadi sikap antagonis detik itu juga. Yasmine bukan wanita lemah yang bisa di tindas begitu saja. Dia bukan wanita penurut yang iya-iya saja saat di sakiti. Ia harus balas semuanya..
•••••
"Aku paling benci dengan sebuah pengkhiatan! Silahkan kau menikah lagi. Tapi setidaknya kau dan keluargamu, termasuk istri barumu itu tidak menjadi benalu dalam hidupku!!. Mungkin aku tidak sempurna di mata kalian.. Tapi perlu kalian ketahui, Bahwa aku lebih sempurna daripada kalian!"Nadira Yasmine Aulia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolak Cerai
"Loh? Kalian kesini?" Mirna membuka pintu dan mendapati anak dan menantunya di depan rumah. Sinta mengangguk malas, Istri kedua dari Farhan itu masuk dan duduk di kursi di ruang tamu rumahnya.
Farhan juga ikut masuk dan duduk di samping istri keduanya itu.
"Kalian darimana?" Tanya Mirna duduk di kursi yang berbeda. Wanita paruh baya itu sebenarnya malas dengan kedatangan anak dan menantunya ini. Tapi mau bagaimana lagi..
"Kita dari rumah bu...Sinta di usir sama istri pertama mas Farhan.." Adu Sinta kepada ibunya. Mirna menatap tak suka Farhan yang terlihat santai sejak tadi.
"Farhan, Kamu itu gimana sih? Masa istri kamu di usir kamu diam saja.. "Farhan menghela nafas.
"Lalu aku harus bagaimana?Sinta di usir ya terpaksa aku antar kesini. Ibu harus ingat ya, Rumah itu milik Yasmine..Ya, Kalau di usir ya pergilah.."Sinta berdecak kesal mendengar jawaban dari suaminya.
"Ya, Makanya mas.. Kamu harus bisa mengambil semua surat dan sertifikat milik istri pertama kamu itu. Dengan begitu semua akan jadi milik kita.. ",Farhan diam tak menanggapi. Bicara memang mudah, Tapi perlu di ingat semua tidak semudah itu.
"Kamu mau kemana mas.."Sinta menahan lengan Farhan yang tiba-tiba saja beranjak.
"Aku mau pulang..
"Kenapa harus pulang mas.. Kenapa gak nginep disini aja.."Farhan memutar bola matanya jengah. Lama-lama ia pusing dengan istri kedua nya ini.
"Yasmine masih istriku. Dan selama itu aku harus adil.. Aku pulang dulu, Kau baik-baik saja disini.."Farhan mengusap kepala Sinta dengan pelan sebelum akhirnya pria itu pamit pulang ke rumah istri pertamanya.
"Kamu jangan mau kalah sama Yasmine itu. Ingat, Dia itu mandul dan gak bisa ngasih Farhan keturunan..Usahakan agar kamu hamil..Dengan begitu, Farhan akan lebih sayang ke kamu.."Sinta menatap sang ibu yang tengah mengprovokasinya.
"Ini juga sedang usaha bu.. Ibu tenang aja. Gak lama lagi, Mereka akan cerai dan aku akan hamil. Tapi sebelum itu, Aku minta Farhan buat ngambil surat-surat penting rumah sama perusahaan..Setelah di ganti kepemilikan atas nama mas Farhan.. Aku yakin, Yasmine pasti akan jatuh miskin dan akulah yang kaya.."Mirna tersenyum, Ide putrinya memang bagus. Ia sudah tak sabar menunggu dimana hari itu.
"Dan kamu juga harus bisa ngerebut semua itu dari Farhan. Setelah semua atas nama Farhan, Kamu harus bisa melahirkan anak untuknya..Setelah itu barulah ganti atas nama kamu.."Sinta tersenyum sumringah. Ide ibunya lumayan juga.
*****
Farhan masuk ke kamar utama dimana Yasmine tengah duduk di depan meja rias. Rambut istrinya itu terurai indah. Sungguh, Istrinya ini sangat cantik dan jika boleh jujur, Yasmine lebih cantik daripada Sinta. Entah ada apanya di mata Farhan? Bagaimana bisa pria itu selingkuh sampai tekad menikah lagi dengan selingkuhannya.
"Sayang.."Dengan tidak tahu dirinya, Farhan memeluk Yasmine dari belakang. Farhan yakin, Yasmine pasti tidak menolak. Pria itu mengira bahwa sebenarnya Yasmine bukannya tak lagi cinta melainkan kurang perhatian darinya.
"Lepas!" Ketus Yasmine berusaha berontak dari pelukan pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan suami itu.
"Sayang,Aku tahu.. Kamu pasti sangat menginginkan kan? Mumpung kita sudah berdua saja. Bagaimana, Kalau kita melakukannya. Lagi pula sekarang sinta sudah pulang jadi kita..
"LEPAS FARHAN!!" Farhan tersentak kaget dengan bentakan itu. Pelukan yang semula erat itu terlepas. Yasmine bangkit kemudian berbalik badan seraya menatap tajam Farhan.
"Kamu kira? Aku mau di peluk oleh pengkhianat seperti kamu? Kamu kira aku senang hah!!? Jangan pernah sentuh aku lagi laki-laki jahat!! Aku jijik!! Lagi pula.. Sebentar lagi kita akan cerai.."Farhan menggelengkan kepalanya, Ia tidak mau cerai dari sang istri. Ia masih sangat mencintai Yasmine demi apapun.
"Sampai kapanpun aku gak akan pernah menceraikan kamu Yasmine! Tidak akan pernah.. Kamu itu milikku dan selamanya akan seperti itu.."Yasmine terkekeh sinis. Wanita itu melipat kedua lengannya di dada.
"Terus? Aku harus peduli gitu? Terserah akulah.. Aku mau cerai apa enggak.. Yang penting surat sama bukti-bukti udah aku kasih ke pihak pengadilan. Kamu gak dateng juga gak masalah buat aku.. Itu lebih baik. Kurang baik apalagi sih aku ini? Aku lepas kamu juga supaya kamu bisa bersatu sama Bitch kamu itu..Sekarang keluar!
"Yasmine...
"Keluar atau aku tembak!!" Farhan langsung mengangkat kedua tangannya ketika pistol itu mengarah padanya.
"Ok, Aku keluar.. "Dengan terpaksa Farhan sudah keluar dari kamar Utama.
Braaaakk!!
"Kalo gak takut hukum sama Neraka udah jadi abu kamu..
.
.
.
Seorang pria tampan tengah duduk di ruangan kerjanya. Dengan laptop yang berada di depannya, Pria tampan dengan aura dinginnya itu fokus menatap data yang terpampang di depannya.
Bibirnya terangkat ke atas. Ia tersenyum miring begitu data-data itu muncul. Namun, Senyum itu pudar tatkala sebuah fakta..
"Jadi dia bukan dari keluarga seperti kami? Astaga? Apakah aku bisa masuk ke dalam keluarga yang penuh dengan keagamisan itu? " Pria yang tak lain adalah Rainer itu menutup laptopnya, Ia berdiri menghadap jendela apartemen nya. Melihat indahnya kota malam ini.
Memperlihatkan rintik hujan yang mulai membasahi bumi. Aura datar nan dinginnya benar-benar mencekam. Ia ingin sekali saja merasakan bahagia.
Sebenarnya ia sudah bahagia, Mempunyai orang tua yang lengkap. Harta yang cukup dan seterusnya akan cukup hingga sampai ke keturunannya. Tapi entah mengapa, Rainer merasa ia seolah sendiri.
Sejak Adiknya yang bernama Raisa hilang di culik ia merasa semua kehidupannya runtuh.
Masih Rainer ingat sampai sekarang bagaimana ayahnya yang berjuang demi bisa membangun perusahaan yang sampai sekarang. Di saat perusahaan sang papa baru naik, Orang tuanya harus bersedih karena kehilangan seorang anak yang baru usia dua hari.
Rainer juga pernah berumah tangga namun ketulusannya justru di khianati. Dan di tahun ini, Adiknya Rania pergi dan tinggal di luar negeri. Padahal biasanya, Rania yang bisa mengobati luka hatinya.
Drrt..Drrt...
Benda pipih di atas meja itu bergetar, Rainer mengabaikan panggilan yang sudah ia tahu siapa itu.
Satu kali..
Dua kali..
Tiga kali..
Hingga berulang kali, Ponsel mahal itu terus bergetar. Rainer berdecak kesal, Dengan kasar pria tampan itu menyambar gawainya.
"Berhenti menghubungiku! Atau kau akan tahu akibatnya.."Rainer menekan tombol merah itu dan kembali memblokir nomor tanpa nama itu.
"Wanita gila.."Ini sudah kesekian kalinya Rainer memblokir nomor Nalara. Mantan istrinya yang menolak bercerai darinya. Menatap ponsel, Sudut bibir Rainer terangkat. Ia lupa, Ia baru saja ingat bahwa ia menyimpan nomor wanita yang masih berstatus istri orang itu...
"Malam Beby..
.
.
.
TBC