NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar Aisha

Di Balik Cadar Aisha

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perjodohan / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Slice of Life
Popularitas:195.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

Aisha berjalan perlahan mendekati suaminya yang terlihat sedang menelepon di balkon, pakaian syar'i yang sehari-hari menjadi penutup tubuhnya telah dia lepaskan, kini hanya dengan memakai baju tidur yang tipis menerawang Aisha memberanikan diri terus berjalan mendekati sang suami yang kini sudah ada di depannya.

"Aku tidak akan menyentuhnya, tidak akan pernah karena aku hanya mencintaimu.."

Aisha langsung menghentikan langkahnya.

Dia lalu mundur perlahan dengan air mata yang berderai di pipinya, hingga ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, Alvin tidak tahu jika Aisha mendengar percakapan antara dirinya dengan seseorang di ujung telepon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Operasi

"Abah." Siti memberanikan diri berbicara dengan menahan tangisnya.

"Siti tahu jika perceraian adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah SWT, tapi Siti pikir ini adalah jalan terbaik untuk Siti dan suami Siti."

Abah termangu.

"Tapi kenapa nak? Bukannya kamu sudah menerima dengan ikhlas poligami ini?" tanya Ibunya Yusuf terheran-heran.

"Kakakku pasti akan ikhlas jika suaminya bisa berlaku adil padanya," jawab Aisha mewakili Siti.

"Adil? Ibu yakin jika Yusuf sudah adil pada dua istrinya," ucap Ibunya Yusuf dengan yakin.

"Oh ya? Maaf. Tapi kemana anak ibu ketika kakak saya sakit dan harus di operasi?"

Ibu Yusuf tidak menjawab.

"Jadi itu lagi masalahnya?" Yusuf tersenyum sinis.

"Hanya karena aku tidak menemani istriku saat dia sakit kalian langsung men-cap diriku telah berlaku tidak adil padanya?" tanya Yusuf.

Aisha tersenyum.

"Cinta suami diuji ketika istri sakit. Mencintai perempuan yang sehat adalah hal yang wajar. Jika istri sehat suami akan dibantu dan dilayani, tapi sebaliknya jika istri sakit, disitulah ujian cinta suami. Apakah sabar dan merawat istri dengan sepenuh hati?"

"Ataukah akan memilih untuk tak peduli?" Asha melihat Yusuf.

"Aku bukannya tak peduli, tapi saat itu juga istri keduaku juga sedang sakit."

"Disitulah letak kenapa anda disebut tak adil, tak bisa memprioritaskan diantara dua istri mana sebenarnya yang harus lebih anda jaga dan rawat. Entah apa sakit istri kedua anda saat itu, tapi Kak Siti sakit dan hampir saja kehilangan rahimnya hingga tak bisa mempunyai anak lagi."

Yusuf terdiam. Semua orang terdiam mendengarkan perkataan Aisha.

"Dari hal sebesar itu saja anda sudah tak adil, apalagi hal-hal kecil lainnya yang pasti anda anggap sepele," ucap Aisha lagi.

Aisha tampak akan berkata lagi, tapi Ummi yang sedari tadi menangis memegang tangannya memintanya untuk tak lagi mengatakan sesuatu. Ummi pikir jika Aisha sudah terlalu banyak bicara dan ia takut jika hal itu akan membuat suaminya marah.

"Biarkan saja. Biarkan saja Aisha mengatakan semuanya," ucap Abah tiba-tiba membuat semua orang heran.

"Anggap saja jika Aisha telah mewakili Abah untuk berbicara."

Semua orang terlihat semakin heran. Tak biasanya kali ini Abah mendukung Aisha yang selalu lantang mengemukakan pendapatnya tanpa takut sedikitpun.

"Abah menyetujui perceraian ini." Abah melihat Siti.

Kali ini semua orang dibuat kaget. Terlebih Yusuf dan keluarganya.

"Maaf Pak Haji Nasir. Saya harap perceraian putra-putri kita tak mempengaruhi hubungan persahabatan kita, semoga tali silaturahmi kita tetap terjalin dengan baik." Abah berdiri dengan susah payah.

"Saya mohon undur diri. Kesehatan saya memang sedang kurang baik akhir-akhir ini." Abah yang terlihat pucat berjalan perlahan, namun kemudian kedua putranya, Ahmad dan Ali membantu sang ayah dengan memapahnya.

Semua anak-anak Abah yang lain terlihat khawatir melihat kesehatan Abah yang nampak turun drastis, mereka semua mengikuti sang Ayah yang akan beristirahat di rumah.

Yusuf dan kedua orang tuanya berpamitan pada Ummi dan Zainab yang masih berada disana.

***

Benar saja. Kejadian tadi membuat kesehatan Abah memburuk. Bahkan Abah terlihat sudah tak mampu lagi untuk sekedar duduk. Abah kini berbaring dengan di kelilingi oleh semua anak menantu dan cucunya.

Siti menangis sambil memegang dan menciumi tangan ayahnya, dia berkali-kali meminta maaf karena merasa ini adalah kesalahannya.

Akhirnya, setelah disepakati oleh semuanya. Abah dibawa ke Rumah Sakit agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.

____

Aisha dan ketiga kakak laki-lakinya menunggu Abah di Rumah Sakit, sementara Ummi dan Zainab baru saja pulang. Ummi tidak bisa menunggu suaminya karena harus menemani Siti yang juga baru pulih ditambah sekarang sedang merasa sedih, begitu juga dengan Zainab yang tak bisa terus-menerus meninggalkan anaknya.

Aisha duduk di samping ranjang ayahnya, ada Ahmad dan Ali yang juga duduk tak jauh dari sana, sedangkan satu kakaknya yang lain sedang membeli makanan untuk mereka semua.

"Kak. Aku mau shalat Isya dulu di mushalla." Aisha melihat kedua kakaknya sambil berdiri.

"Mau kakak temani?" Ali sedikit khawatir karena ini sudah larut malam.

"Tidak usah kak."

"Hati-hati."

Aisha berjalan menuju mushalla yang letaknya cukup jauh dari sana, sambil berjalan dia teringat jika hampir seharian ini dia tak melihat ponselnya yang ia setel dalam mode hening.

Dia kaget melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari suaminya, dia lalu ingat jika suaminya sudah mengingatkan bahwa dia akan selalu meneleponnya.

Aisha buru-buru menelepon balik.

"Kemana saja. Sudah aku bilang untuk selalu membawa ponselmu kemanapun kamu pergi."

"Maaf. Ponselnya saya bawa, tapi di mode senyap."

"Kenapa harus di setel di mode senyap. Jika ada yang menelepon kamu tak akan bisa mendengarnya."

"Karena saya sedang ada di Rumah Sakit. Takut nanti mengganggu orang lain."

"Di Rumah Sakit? Apa Abah masuk Rumah Sakit?"

"Iya."

"Bagaimana keadaannya sekarang?"

Aisha terdiam. Dia tak tahu harus menjawab apa karena menurutnya keadaan sang ayah malah semakin memburuk.

"Baiklah. Sama siapa kamu disana?" Alvian seakan tahu jika mungkin keadaan mertuanya tidak cukup baik.

"Kak Ahmad, kak Ali dan Kak Ridwan."

Aisha sudah sampai di mushalla.

"Sudah dulu. Saya mau shalat."

"Baiklah. Jaga kesehatanmu juga. Tolong terus kabari aku."

"Iya."

Setelah mengucapkan salam, Aisha menutup teleponnya.

Dia lalu masuk ke dalam mushalla untuk melaksanakan shalat Isya.

***

Keesokan harinya.

Aisha dan ketiga kakaknya terheran-heran melihat dokter melakukan pemeriksaan yang mendetail dan menyeluruh pada ayah mereka, seperti kali ini setelah di CT scan sang ayah juga akan melakukan Gastroskopi.

"Memangnya apa penyakit ayah kami dok?" tanya Aisha khawatir.

"Kami juga sedang mencoba untuk mencari tahu, semoga saja tidak ada apa-apa."

Aisha hanya pasrah ketika sang ayah dibawa ke sebuah ruangan.

Cukup lama mereka menunggu, hingga ayahnya dibawa kembali lagi ke ruang perawatan, disana sudah ada Ummi dan Zainab.

"Beberapa jam lagi hasilnya akan keluar, mohon ditunggu," ucap perawat sebelum meninggalkan ruangan.

Aisha dan semua orang nampak khawatir menunggu hasil pemeriksaan.

Beberapa jam kemudian.

Aisha tidak mau pulang dulu walaupun Ummi dan kakak-kakaknya sudah menyuruh, dia memilih untuk tetap disana dan menunggu hasil pemeriksaan ayahnya

Tiba-tiba, perawat memanggil keluarga pasien untuk menemui dokter. Ketiga kakaknya pergi dan Aisha bersikeras untuk ikut.

Sampai di sebuah ruangan, Aisha juga kakak-kakaknya dibuat kaget melihat Alvian berada disana, ditambah lagi dengan wajahnya yang terlihat serius dan sedih.

Alvian menatap Aisha dengan tatapan penuh kesedihan, membuat Aisha terheran-heran.

"Hasilnya sudah keluar. Dengan sangat menyesal kami memberi tahu jika pasien menderita kanker lambung." Dokter memberikan sebuah kertas hasil pemeriksaan pada Ahmad.

Semuanya terhenyak kaget. Terlebih dengan Aisha.

"Berkat permintaan Dokter Alvian untuk melakukan pemeriksaan yang menyeluruh kanker bisa terdeteksi secara dini."

"Kanker masih tahap awal, sehingga untuk pengobatan kami sarankan untuk melakukan operasi."

"Dokter Alvian yang akan melakukannya."

Aisha menatap wajah suaminya.

1
Phia Artia Dullah
betul. Dan aku sampai saat ini masih menjadi penunggu itu.
tidak memiliki kenalan lawan siapapun, tidak pernah berbicara dengan lawan jenis yg bukan mahram, dan tidak pernah bertemu dengan lawan jenis yg bukan mahram. siapapun.
masih menjadi perunggu krna tidak tahu harus seperti apa.
Frans Alfahrezi
Smga author sehat bahagia nx sukses selalu 🤲🤲
Marlina Yulita
makin mesra da bahagia Aisya ma Alvian 😍😍
Marlina Yulita
senang bacanya sebab penjelasannya tentang agama menambah wawasan kita yg tadinya blom tau menjadi tau 👍👍🤗🙏🙏
Marlina Yulita
sepertinya ni yg akan meniqahi Anita sebab jadi guru d pondok abah
Phia Artia Dullah
maharnya mahal bet, 12 M dong. hahahaha
Phia Artia Dullah
saking pedenya mau bayar utang yg jadi do'a dia yg paling khusu', sampe lupa klo kakinya masih sakit. hahahaha. koplak
Marlina Yulita
alvian tersedak atw gugup juga ya ☺️☺️❤️
Marlina Yulita
mati kutu kan jika Aisyah yg berbicara pasti bener tu 👍AQ mendukungmu Aisyah
Marlina Yulita
akhirnya ada Anita d garda terdepan buat belain KK Aisya 😍😍
Marlina Yulita
kakak Aisyah dapat kdrt kasian cobaan selalu ada ,tetap semangat keluarga Abah umi
Marlina Yulita
tuhkan mereka baikan ,AQ udah baca ni Thor klw GK salah udah sekitar 4 thunan senang meski d ulang sebab ceritanya pun bagus 👍👍
Kasma Wati
baca novel ni mewek aja bawaan nya 😂😂😂 tp bagus byak nilai agama nya
Marlina Yulita
ikut senang melihat mereka bahagia meskipun hanya melalui baca ☺️
Dahlia
keren
Marlina Yulita
akhirnya Anita menyadari atas kekeliruannya
Marlina Yulita
Siti punya batas sabar sudah memaafkan TPI GK bisa bersama kok memaksa banget si yusuf
Marlina Yulita
senang campur haru akhirnya bisa bersama lagi 😍
Miftahul Jannah
ya Allah sedih,suami dokter obatin org tapi istri sendiri sakit tanpa suami..
Marlina Yulita
Aisyah semangat ya biar cepetan sembuh 😍💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!