NovelToon NovelToon
Pengantin Pengganti Untuk Pria Arogan

Pengantin Pengganti Untuk Pria Arogan

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.6M
Nilai: 4.6
Nama Author: Moms Al

banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.

karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.

mengandung *** bijaklah dalam membaca

Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.

William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

"tuan, pihak musuh mulai bergerak. Incaran nya kini yaitu nona Zahra tuan". Ujar Bram berdiri dihadapan opa Jastib, Bram mendarat di Indonesia sekitar dua jam yang lalu karena perintah opa Jastib.

Jastib menggeram marah dengan tangan terkepal kuat.

"K*rang aj*r, pantau mereka terus Bram dan secepatnya cari Zahra sampai ke pelosok desa sekalipun. Jangan biarkan dia terluka". Perintahnya pada Bram.

"Baik tuan". Bram segera menunduk dan pamit dari kamar milik tuannya dan segera menghubungi anak buah nya yang memang sudah ditempatkan di Indonesia.

Setelah kepergian Bram, Jastib juga keluar dari kamarnya. Pria tua itu membawa langkahnya menuju kamar dimana William berada, semenjak sakit pria itu seakan tak punya semangat hidup dirinya selalu dihantui dengan penyesalan.

Ceklek

Jastib membuka pintu bercat putih itu, hal pertama dia lihat adalah kamar yang sedikit berantakan. Disana sudah ada William yang tengah termenung menatap keluar kearah balkon kamarnya.

"Apa yang kau lakukan bodoh!!. Cepat bangun istrimu sedang dalam bahaya". Sentak Jastib menarik William segera berdiri.

Mendengar kata istri William seakan tersadar menatap lekat opanya. "Apa opa sudah menemukannya ?". Tanya nya dengan sorot mata cekung.

"Dasar b*doh!!. Kenapa kau hanya mengandalkan opa mu saja. Apa kamu juga tidak ingin mencarinya ? Suami macam apa kamu ini pantas saja Zahra kabur dari rumah neraka itu". Bukannya menjawab pertanyaan cucunya tapi pria tua itu malah memaki nya. Dia melakukan itu dengan sengaja agar William bisa semangat kembali dan mulai mencari Zahra.

"Jika opa belum menemukannya jangan kesini, telingaku capek mendengar cacian opa itu".

Bugh

Tongkat Jastib sudah mendarat pada kepala William, entah kenapa cucunya begitu bodoh. Dan kenapa dia harus memilik cuc seperti ini.

"Cepat bangun, istrimu dalam bahaya si*lan!!. Pihak musuh sudah mengetahuinya dan juga mereka mencari istrimu. Apa kamu membiarkan mereka mendapatkan duluan dan menjadikan Sandera hmm ?". Ucap Jastib yang mulai emosi.

Seketika mata William terbelalak, tangannya terkepal kuat bahkan kini matanya melotot.

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Cukup aku saja yang menyesal telah menyakitinya. Jika orang lain melakukan itu maka aku akan memb*nuh mereka semua".

"Dasar b*doh!. Cepat bersihkan dirimu dan mulai pencarian mu lagi ". William langsung melaksanakan apa yang dikatakan oleh opa nya memang benar tidak seharusnya dia terpuruk dalam penyesalan ini.

Jastib hanya menggeleng kan kepalanya melihat tingkah cucunya yang entah turunan dari siapa, apa turunan dari Handoko ? Entahlah dia pusing memikirkan itu semua.

Jastib segera berlalu dari sana dan menemui keluarga nya yang tengah berkumpul diruang keluarga.

"Apa yang dikatakan Bram dad ?". Tanya Farah menatap suaminya.

Jastib menghela nafasnya "mereka sudah mengetahui Zahra dan juga sedang mencari keberadaan nya. Kita harus menemukannya terlebih dahulu sebelum terjadi apa-apa pada Zahra".

Semua yang ada diruangan itu terkejut akan berita yang dibawa oleh Jastib bagaimana bisa dia melibatkan Zahra dalam hal ini padahal anak itu tidak tahu apa-apa.

"Kenapa mereka melibatkan Zahra dad ? Zahra tidak ada sangkut pautnya dalam hal ini". Tanya Airin yang geram.

"Dia memanfaatkan semua itu agar mereka bisa mengancam kita". Jawab Jastib melihat semua keluarganya secara bergantian.

"Kerahkan seluruh anak buah kalian sampai Zahra ditemukan lebih dulu. Aku tidak mau cucu menantuku terluka gara-gara masalah kita". Sambung nya lagi.

"Si*lan tua Bangka itu, sudah bau tanah masih saja bertingkah". Maki Clara dengan wajah merah padam.

Sedangkan dikamar William, pria itu sudah selesai dengan ritual bersiap nya. Dia akan mendatangi markas nya untuk mengerahkan semua anak buahnya disana. Sebenarnya bisa saja dia menelpon nya langsung tapi dia tidak lakukan karena ingin juga menghirup udara segar diluar setelah beberapa mengurung diri dikamar.

Pria itu menuruni tangga dengan sedikit berlari.

"Kau mau kemana ?". Tanya Airin melihat anaknya yang sudah rapi.

"Aku ingin mencari Zahra". Jawabnya kemudian melangkah kembali keluar dari rumah.

Airin menatap Daddy nya "aku sudah mengatakan jika Zahra dalam bahaya, agar anak itu tidak menyendiri dan larut dalam penyesalannya". Airin hanya mengangguk mengerti.

William melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi tujuannya agar sampai disana dengan cepat. Setelah menempuh perjalanan beberapa jam akhirnya dia sampai didepan gerbang rumah mewah ditengah hutan lebat.

"Dimana Samuel ?". Tanyanya pada Dirta.

"Dia ada di ruangannya tuan, apa perlu saya panggilkan ?". Tanya nya membuat William menganggukkan kepalanya.

Dirta segera memanggil Samuel, diruangan itu bukan hanya Samuel seorang tapi juga Arlan yang sudah beberapa hari tiba di kediaman itu.

"Bang, tuan William ada diluar ingin bertemu dengan mu". Ucap Ditra  pada Samuel.

"Kapan tua William datang ?".

"Barusan bang, seperti nya ada hal penting sampai dia rela datang kemari biasanya selalu menelpon". Samuel dan Arlan saling pandang kemudian mengangguk dan lekas menemui William yah sudah duduk di taman belakang tempat bisanya anak buah nya dilatih.

"Tuan". Ucap Samuel dan Arlan secara bersamaan.

"Sejak kapan kamu datang Arlan ?". Tanya William menelisik Arlan.

"Sekita tiga hari yang lalu tuan, setelah musuh dinyatakan out saya segera kembali kesini". Ucapnya dengan menundukkan kepalanya.

William hanya mengangguk kemudian mempersilahkan dua orang kepercayaan nya untuk duduk.

"Kenapa Anda harus repot-repot datang kemari tuan, kami bisa mendapat perintah hanya dengan anda menelpon kami". Ujar Samuel.

"Santai saja berbicara dengan ku Samuel, jangan terlalu formal begitu. Aku sudah menganggap kalian seperti saudara". Samuel dan Arlan saling tatap, memang jika hanya bertiga maka William selalu mengatakan itu tapi mereka berdua seakan sungkan karena bagaimana pun pria itu lah yang menolong nya selama ini.

"Jangan sungkan jika hanya kita bertiga kalian tidak perlu berbicara formal seperti itu. Oh iya kedatang ku kesini tentang istriku. Tolong kerahkan semua anak buah kalian mencarinya karena pihak musuh sudah tahu mengenainya aku takut jika mereka menemukannya duluan".

"Baik tu.. eh baik bang". William tersenyum melihat kecanggungan Samuel sedangkan Arlan terkekeh pelan.

*

*

"Neng Zahra sudah siap ?". Tanya Bu idah menatap Zahra.

"Sudah Bu, apa bidan Rasti sudah datang ?".

"Belum neng, tapi sebentar lagi dia datang tadi habis telpon ibu". Zahra hanya mengangguk kemudian mereka berjalan keluar rumah menunggu bidan Rasti disana.

Tak berselang lama yang ditunggu akhir nya datang, tujuan mereka kali ini menuju ke kota untuk memeriksa kandungan Zahra agar semuanya jelas.

"Kalian suda siap ?". Tanya bidan Rasti setelah turun dari motor yang dicatat oleh suaminya.

"Sudah Bu bidan, kita hanya menunggu Bu bidan tadi". Jawab Bu idah.

Mereka kemudian berangkat menggunakan mobil yang memang dirental dikampung itu untuk mengantarkan mereka ke kota.

Beberapa jam perjalanan menuju kota akhirnya mereka sampai disebuah rumah sakit besar, sebelumnya bidan Rasti sudah menghubungi temannya terlebih dahulu karena kebetulan temannya itu bekerja disana sebagai dokter kandungan.

"Rasti.....". Pekik dokter itu melihat Rasti yang berjalan masuk kedalam rumah sakit kebetulan dia habis makan karena memang sudah siang.

"Astaga Dewi...". Mereka berdua berpelukan menumpahkan segala kerinduan yang melanda. Sudah dua tahun lamanya mereka tida bertemu karena memang Rasti menikah dengan orang yang berasal dari kampung yang sekarang dia tinggali saat ini.

"Astaga kamu apa kabar sih". Tanya Dewi ketika pelukan mereka terlepas.

"Alhamdulillah baik, kamu gimana sudah berapa nih keponakan ku".

"Alhamdulillah otw dua nih hehe".

"Alhamdulillah".

Mereka berkomunikasi melalu telepon saja tapi itupun kadang-kadang karena kesibukan masing apalagi mereka telah memiliki keluarga masing-masing jad tidak bisa sesering dulu ketika masih gadis.

"Astaga sampai lupa, ini neng Zahra yang aku maksud mau periksa kandungannya". Ucap Rasti menarik Zara dihadapan Dewi.

"Oh Iyah, ayo keruangan ku". Mereka berjalan masuk kerumah sakit dan masuk kedalam ruangan yang bernuansa putih dilengkapi dengan beberapa alat disana.

"Nah sekarang kamu baring dulu yah, kita akan melakukan USG melihat nya didalam sana". Ujar Dewi dengan senyuman manis.

Zahra hanya menurut saja karena memang baru kali ini dia seperti itu. Sedangkan Bu idah sedari tadi deg-degan entah kenapa.

"Nah kalian bisa lihat sudah ada kantung janin disana". Ujar Dewi menggerakkan alat yang ada diatas perut Zahra.

Setelah menjelaskan apa-apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh Zahra mengingat kehamilannya masih rentan karena masih muda, akhirnya mereka berpamitan untuk pulang.

Saat keluar dari rumah sakit sudah ada seseorang yang memantau mereka bertiga sejak dari masuk rumah sakit hingga hingga keluar. Bakan orang itu juga masuk kedalam mengikuti mereka bertiga.

Ponselnya sudah beberapa kali mengambil gambar sedari tadi. Kemudian menempelkan ponsel itu ditelinganya menghubungi seseorang.

"Target sudah ditemukan tuan". Ucap orang itu.

Bersambung...

1
Mala Ibu'a Raline Nabila
Luar biasa
Rusti Susanti
ceritanya lumayan seru
Bola nasi
berarti si William niru kelakuan paman nya dong /Facepalm/
Ari_nurin
di novel ini jujur aku bingung dg umur masing-masing tokoh .. kayak ga nyambung gt .. tp yah dinikmati aja cerita nya 😂😂
Ari_nurin
kok ayahnya William tdk ada peran ya, justru opa nya William yg banyak peran
Ari_nurin
nah nathasa tau tdk kelakuan kakaknya spt ini.
Bola nasi
hihhh enak banget ya ngomong gitu kamu, inget zahra gak bakal maafin kamu kalo tau intan yg murahan/Smug/
Ari_nurin
kok ga ada bodyguard yg jaga ruangan Zahra ???
Ari_nurin
bosan dengan penyesalan kamu.. spt kaset rusak berulang ulang tp ga ada maknanya 😡😡 emosi aja yg didepankan a
Ari_nurin
betul banget aunty Clara.. harus lebih lama diberi pelajaran buat William..
Ari_nurin
that right .. emang ga punya malu William.. 🤨😏
Ati Husniati
Bagus thor..hapy ending..👍
Rika Baril
saya gak setuju kk kalau zahra sama willian mending sama yg lain aja yg sayang sama zahra
Rika Baril
saya gak setuju kk kalau zahra sama willian mending sama yg lain aja yg sayang sama zahra
Yuliana Homsin
Kecewa
Yuliana Homsin
Buruk
Sandisalbiah
dasar laki² munafik si Wiliam
Sandisalbiah
dan semoga saat Wiliam tau kebenaran itu, kamu tdk luluh padanya Zahra...
Sandisalbiah
manusia arogan dan tolol seperti Wiliam itu emang cocok berpasangan dgn Intan kenapa Zahra harus di selipin di antara mereka suh..
Sandisalbiah
hanya badut banci yg menyalahkan dan menghukum org tanpa mencari tau kebenaranya dulu.. merasa diri paling benar padahal hanya pecundang... dan itu kau Wiliam..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!