Kirana, wanita berusia 30 an pernah merasa hidupnya sempurna. Menikah dengan pria yang dicintainya bernama Arga, dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Naya.
Ia percaya kebahagiaan itu abadi. Namun, segalanya berubah dalam sekejap ketika Arga meninggal dalam kecelakaan tragis.
Ditinggalkan tanpa pasangan hidup, Kirana harus menghadapi kenyataan pahit, keluarga suaminya yang selama ini dingin dan tidak menyukainya, kini secara terang-terangan mengusirnya dari rumah yang dulu ia sebut "rumah tangga".
Dengan hati hancur dan tanpa dukungan, Kirana memutuskan untuk bangkit demi Naya. Sekuat apa perjuangan Kirana?
Yuk kita simak ceritanya di novel yang berjudul 'Single mom'
Jangan lupa like, subcribe dan vote nya ya... 💟
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 10 - Mimpi
Ep. 10 - Mimpi
🌺SINGLE MOM🌺
"Ayaaahhh!!! Ayaaahhh!! Hu hu hu hu... Ayaaahhh...!! 😭😭😭😭."
Kirana yang baru saja tertidur langsung terbangun dengan jantung yang berdebar. Saat menoleh, ia melihat Naya duduk di tempat tidur sambil menangis histeris dan memanggil-manggil ayahnya dengan suara yang serak.
“Naya! Sayang, ada apa?!,” tanya Kirana dan segera mendekat lalu memeluk tubuh kecil itu untuk menenangkannya.
Namun, Naya terus meronta dalam pelukan Kirana, bahkan tangisnya pun semakin keras. “Aku mau Ayah! Aku mau Ayah!!," teriaknya dengan suara yang melengking. Tubuhnya mengguncang keras dalam dekapan ibunya.
“Naya, sayang… tenanglah. Ibu di sini. Ibu selalu di sini untuk kamu,” ujar Kirana sambil mengusap rambut Naya, meski air matanya mulai menetes tanpa ia sadari.
Lalu Naya memandang Kirana dengan mata penuh air mata, lalu memeluk ibunya dengan erat. “Aku mimpi, Bu. Ayah pergi jauh… Aku nggak bisa kejar Ayah. Aku nggak mau Ayah pergi! Hiks Hiks hiks!,” katanya dengan suara yang terisak-isak.
Kirana pun memejamkan matanya karena menahan rasa sakit yang mendera hatinya. Ia tahu kehilangan Arga adalah pukulan berat untuk mereka berdua, terutama untuk Naya yang belum sepenuhnya mengerti arti kematian.
“Sayang, Ayah memang sudah pergi. Tapi Ayah selalu di hati kita, Nak. Ayah sayang sekali sama kamu,” ujar Kirana sambil mengecup kening Naya.
Namun, Naya tetap menangis keras. "Hu hu hu hu hu hu... 😭😭😭 Aku mau Ayah sekarang! Aku mau Ayah!,” teriaknya lagi.
Tangisan Naya yang tak kunjung reda membuat Kirana tak bisa lagi menahan emosinya.
Ia lalu memeluk putrinya erat-erat sambil ikut menangis sesenggukan.
“Naya… 😭😭😭😭 Ibu juga kangen Ayah. Ibu juga mau Ayah ada di sini. Tapi kita harus kuat, Nak. Demi Ayah, hiks hiks hiks...” ucap Kirana lirih dengan air matanya yang membasahi rambut putrinya.
Pelukan itu terasa sangat berat, penuh dengan kesedihan yang tak terucapkan. Sementara, Naya terus menangis di pelukan ibunya hingga tubuh kecilnya itu bergetar hebat.
Kirana pun hanya bisa membiarkan tangis mereka menyatu dalam malam yang dingin itu.
"😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭."
**
Setelah beberapa saat, tangis Naya mulai mereda, meski sesekali ia masih terisak.
Lalu, Kirana meraih sebuah bingkai foto yang terletak di meja samping tempat tidur. Foto itu adalah foto keluarga kecil mereka saat masih lengkap, dengan Arga yang tersenyum hangat sambil menggendong Naya.
“Naya, lihat ini,” kata Kirana sambil menunjukkan foto itu kepada putrinya. “Ini Ayah. Ayah selalu ada di hati kita, Nak. Dia mungkin nggak ada di sini, tapi dia selalu menjaga kita dari sana.”
Naya menatap foto itu dengan mata yang masih basah. Ia lalu mengelus wajah Arga di foto itu dengan tangan kecilnya dan berkata, “Ayah nggak marah kalau aku nangis terus?,” tanyanya dengan polos.
Kirana pun tersenyum kecil sambil menyeka air mata di pipi Naya. “Ayah nggak akan marah. Tapi Ayah pasti ingin kita bahagia, sayang. Ayah ingin Naya jadi anak yang kuat," ucapnya.
Setelah menenangkan Naya, Kirana membaringkan putrinya kembali di tempat tidur. Kemudian, ia menyanyikan lagu nina bobo yang biasa ia nyanyikan dulu bersama Arga.
Naya pun memejamkan matanya perlahan, hingga genggaman tangannya di jemari Kirana pun terasa semakin lemah. “Ibu… aku kangen Ayah,” bisiknya sebelum akhirnya tertidur.
Kirana menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca. Ia mengusap kepala Naya, lalu berbisik lirih, “Mas, seperti Naya yang sangat kehilanganmu, aku juga sama, Mas... 😭😭😭."
**
Malam itu, setelah berhasil menenangkan Naya, Kirana akhirnya memejamkan matanya.
Kelelahan fisik dan emosional membuatnya terlelap dalam tidur yang berat. Namun, dalam tidurnya, sebuah mimpi yang begitu nyata hadir.
Dalam mimpi itu, Kirana berdiri di tepian pantai yang indah. Langit sore berwarna jingga dengan matahari yang perlahan tenggelam di cakrawala.
Suara deburan ombak terdengar menenangkan, berpadu dengan angin sepoi-sepoi yang menyapu rambutnya.
Lalu, ia menoleh ke samping dan melihat Naya berlari kecil sambil tertawa riang, dikejar oleh Arga yang tersenyum hangat.
"Naya, pelan-pelan larinya, nanti jatuh," ujar Arga dengan suara khasnya.
Kirana pun tertawa kecil melihat keakraban mereka. Hatinya terasa begitu damai, seperti beban berat yang selama ini ia pikul tiba-tiba menghilang.
"Mas, terima kasih untuk hari ini. Rasanya indah sekali," ucap Kirana sambil menghampiri mereka.
Arga pun menoleh ke arah Kirana, dengan tatapan mata yang penuh cinta. "Aku selalu ingin kamu dan Naya bahagia. Itu yang paling penting bagiku," jawabnya sambil menggenggam tangan Kirana dengan erat.
Kemudian, ketiganya duduk bersama di atas pasir seraya menikmati pemandangan laut yang memukau.
Adapun Naya, ia sibuk membuat istana pasir kecil di antara mereka, dan sesekali tertawa puas saat karyanya mulai terbentuk.
"Bu, lihat! Istana untuk kita bertiga," kata Naya dengan wajah berbinar.
"Indah sekali, Nak. Ayah pasti bangga," jawab Kirana sambil mengusap kepala Naya.
Namun, kebahagiaan itu mendadak berubah karena tiba-tiba saja Arga berdiri dan berjalan ke arah bibir pantai sambil membelakangi Kirana dan Naya.
"Mas? Mau ke mana?," tanya Kirana namun Arga tidak menjawab. Ia hanya terus berjalan perlahan ke arah laut yang semakin dalam hingga membuat Kirana cemas.
"Mas! Tunggu! Jangan pergi!," teriak Kirana, lalu berdiri dan berlari mengejarnya.
Namun, semakin Kirana berlari, semakin jauh pula jaraknya dari Arga. Air laut yang dingin pun mulai menyentuh kakinya hingga membuat tubuhnya gemetar kedinginan.
"Mas, tolong! Jangan tinggalkan aku dan Naya! Kami butuh kamu!," jeritnya dengan air mata yang membasahi pipinya.
Lalu, Arga pun berhenti sejenak, tetapi tidak menoleh sama sekali dan berkata, "Kirana, kamu harus kuat. Aku selalu ada di hati kalian. Jaga Naya... untukku," katanya dengan suara yang terdengar sayup-sayup.
Setelah itu, Arga melangkah lebih dalam ke laut, hingga akhirnya tubuhnya tenggelam dan menghilang di bawah permukaan air.
**
"Hah! Hah! Hah! Hah!!."
Kirana pun terbangun dengan napas tersengal-sengal. Tubuhnya basah oleh keringat dingin, matanya membelalak menatap langit-langit kamar.
"Mas... Mas..." bisiknya sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.
Kemudian ia menoleh ke samping dan memastikan Naya masih terlelap di tempat tidurnya. Lalu, Kirana menggenggam tangan kecil putrinya dengan air mata yang kembali mengalir.
"Mimpi itu... Kenapa terasa begitu nyata?," gumamnya.
Setelah beberapa saat, ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke jendela. Angin malam yang dingin menyapu wajahnya hingga membuat pikirannya sedikit jernih.
“Mas, apa kamu sedang mencoba menyampaikan sesuatu? Apa yang harus aku lakukan sekarang?," ujarnya pelan, dengan tatapan yang menerawang jauh ke luar jendela.
Bersambung...
Next episode...
serahkan semua sama Allah minta petunjukNya. Allah tidak diam. tugasmu hanya berdoa meminta... selebihnya biar Allah yg bekerja 💪💪💪
aku sudah mampir ya kak, ceritanya baguss😍
jangan lupa mampir ya kak kecerita aku..lagi belajar menulis novel 😊🤭
ceritanya menarik 😍