Firman selama ini berhasil membuat Kalila, istrinya seperti orang bodoh yang mau saja dijadikan babu dan tunduk akan apapun yang diperintahkan olehnya.
Hingga suatu hari, pengkhianatan Firman terungkap dan membuat Kalila menjadi sosok yang benar-benar tak bisa Firman kenali.
Perempuan itu tak hanya mengejutkan Firman. Kalila juga membuat Firman beserta selingkuhan dan keluarganya benar-benar hancur tak bersisa.
Saat istri tak lagi menjadi bodoh, akankah Firman akhirnya sadar akan kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu si pelakor
Firman menghela napas dengan kasar. Ia berkacak pinggang sambil mendongak menatap langit-langit.
"Kenapa harus begini sih, Sayang? Kenapa kamu benar-benar berubah? Sebenarnya, satu hari itu... kamu kemana? Siapa yang kamu temui sehingga kamu benar-benar berubah menjadi sosok yang tak bisa Mas kenali lagi, hah?"
"Bukannya, aku sudah jawab ya, Mas? Bukan orang lain yang merubah aku, tapi kamu!" tegas Kalila dengan tatapan berapi-api.
"Oh iya, sebaiknya kamu pertimbangkan ucapan aku barusan. Minta tolonglah kepada istri mudamu itu!" lanjut Kalila.
Kalila berlalu pergi dengan tawa kecil yang benar-benar meremehkan Firman. Hatinya kini semakin layu. Pikirannya semakin terbuka bahwa Firman selama ini memang hanya ingin memanfaatkan dirinya.
*
Firman akhirnya tiba di rumah lewat tengah malam. Ketika ia menyalakan lampu, betapa terkejutnya ia saat menjumpai rumah yang benar-benar terlihat seperti kapal pecah.
Sampah bekas makanan ringan berserakan dimana-mana. Bantal sofa juga tidak berada pada tempatnya. Belum lagi, mangkok bekas mie rebus juga menumpuk di meja ruang tengah.
"Kalila!!" teriak Firman memanggil sang istri pertama. Sayangnya, tak ada jawaban meski Firman mengulang teriakannya berkali-kali.
"Mas, sudah pulang?"
Bukan Kalila yang muncul melainkan Lia. Wanita itu turun dari lantai dua dengan rambut yang awut-awutan. Matanya menyipit, berusaha terbuka meski rasa kantuk masih membujuk untuk tetap terpejam.
"Kalila mana?" tanya Firman.
"Kalila udah tidur, Mas. Kenapa memangnya?"
Firman menghela napas kasar. "Itu... siapa yang habis makan mie dan makanan ringan tapi nggak dibersihkan?"
Lia langsung nyengir kuda. "Aku sama Ibu kamu, Mas."
"Sebanyak itu sampahnya?"
"Kan, dari tadi pagi."
"Kenapa Kalila nggak beresin?"
Wajah Lia langsung ditekuk. Ia menempelkan tubuhnya ke tubuh sang suami kemudian bergelayut dengan sangat manja dilengan pria itu.
"Itu dia, Mas! Istri tua kamu itu nggak mau diajak kompromi. Dari tadi, aku sama Ibu udah paksa dia buat beresin rumah.Tapi, dianya nggak mau. Katanya, itu bukan tugasnya dia."
Firman merenung sejenak. Kalila yang sekarang benar-benar berbeda dengan Kalila yang dulu. Sejak kapan, Kalila tahan melihat rumah yang sangat berantakan seperti ini? Bukankah istri pertamanya itu sangat menyukai kebersihan?
"Kamu harus tegur dia, Mas! Kalau perlu, kamu ancam cerai aja kalau dia nggak mau nurut sama kamu lagi," lanjut Lia mengompori.
"Ya, nanti Mas akan tegur Kalila," angguk Firman. "Untuk sekarang, kamu aja yang bersihkan semua sampah-sampah itu ya, Sayang!"
"Kok jadi aku lagi yang kena?" protes Lia dengan wajah merengut kesal.
"Ya, mau gimana lagi? Kalila kan masih marah."
"Ish!! Kamu jahat, Mas!" Lia menghentakkan kakinya dengan kesal.
"Please kamu ngertiin dong, Lia! Saat ini, keadaan memang lagi nggak baik. Selama Kalila masih marah, maka selama itu juga kamu wajib bersabar."
"Kamu nggak adil, Mas!" ucap Lia dengan mata berkaca-kaca.
"Kalau kamu nggak mau, ya sudah! Mas akan cari pembantu tapi bayarnya dengan cara memotong jatah kamu separuh setiap bulannya."
"Jangan dong, Mas!"
"Makanya, nurut apa kata Mas, Lia!"
Firman berlalu begitu saja tanpa menunggu komentar lebih lanjut dari istri mudanya itu. Kepalanya sudah hampir pecah akibat masalah yang ada di toko. Jika ditambah lagi dengan masalah rumah, maka kepala Firman benar-benar bisa meledak.
Tujuannya kini ke kamar sang istri pertama. Bayang-bayang wajah dan penampilan Kalila yang sungguh berbeda terus menari-nari dalam benaknya.
Ah, Firman mendadak rindu kepada istri pertamanya itu. Apalagi, kini ia baru sadar bahwa sudah lama sekali dia tak pernah lagi menyentuh Kalila.
Tok! Tok! Tok!
"Kalila! Buka pintunya, Sayang!" panggil Firman sambil mengetuk pintu.
"Pasti Kalila akan sangat senang sekali jika tahu aku mau tidur dengannya malam ini." Firman bermonolog dalam hati sambil mesem-mesem sendiri.
"Kalila, ini Mas. Buka pintunya, sayang! Ayo!"
Tak ada jawaban. Kalila sepertinya tertidur dengan lelap sekali.
"Kalila!! Mas kangen. Tolong buka pintunya! Mas mau tidur sama kamu malam ini."
"Apa kamu bilang, Mas? Kamu mau tidur sama perempuan burik itu?"
Glek!
Firman susah payah meneguk salivanya yang mendadak kering. Ketika dia berbalik, ia menemukan sosok istri mudanya yang sudah meneteskan air mata.
"Kamu benar-benar jahat, Mas! Kamu tega minta aku untuk membersihkan seisi rumah tengah malam begini, sementara kamu mau senang-senang sama perempuan burik itu, iya?"
"Bu-bukan. Bukan seperti itu, Kalila!" geleng Firman menyangkal.
"Lia, Mas! Namaku Lia! Bukan Kalila!" seru Lia dengan penuh luka. Tega sekali suaminya memanggil nama istri pertamanya saat berhadapan dengan dirinya.
Syukurlah yang akan membeli Kalila sendiri. pethiasan yang untuk modal usaha Firman ditagih sekalian,
Dia penjaja tubuh, dan modal rayuan harus bisa Firman, kamu ngerasa kan tak ada campur tangan Kalila kamu tidak bisa apa- apa, dan buka siapa- siapa. Nikmati saja toh itu pilihanmu, dulu miskin kembali miskin, pas kan. Itu tepat bagimu yg tak bisa bersyukur dan lupa kau jadi kaya darimana